Alasan Kedelapan

1.8K 373 10
                                    

Setelah insiden pengusiran yang aku lakukan pada Jungkook di kantin, suasana di antara kami sangat dingin dan itu membuatku bingung harus bersikap bagaimana. Jungkook tak mengatakan apa pun saat kami berpapasan atau berada dalam satu ruangan yang sama, dia seperti ingin menghindariku akan tetapi tidak memperlihatkannya secara langsung.

Sesungguhnya, amat tenang saat Jungkook tak lagi membayang-bayangi ke mana pun aku pergi, dia terdiam di sana, menatap dingin layar televisi saat aku kembali dari sekolah lebih lambat darinya sebab harus mengurusi kegiatan club lebih dulu dan Song Donghwan meminta data yang harus aku rangkap seminggu lalu.

Aku mendapatinya sibuk memasukkan camilan ke dalam mulut, tanpa melirik sedikit pun padahal jelas aku berdiri di sana tengah melepaskan sepatu sekolah. Oh, itu hal yang bagus sebab aku tidak akan merasa takut dan tak nyaman lagi, satu-satunya penguntit yang aku miliki sudah menjauhiku dengan sendirinya, jika tahu akan semudah ini kenapa aku tidak lakukan sejak kemarin-kemarin saat tahu Jungkook akan menjadi pengganggu.

Usai membersihkan diri aku pergi ke dapur untuk memasak makan malam, Jungkook hanya melirikku sebentar yang berjalan menuju dapur dan kembali menatap televisi besar itu. Hari itu benar-benar sepi, aku seperti tinggal sendirian sama seperti dulu sebelum Jungkook datang.

Kupikir semua kekacauan itu akan benar-benar berakhir hari itu sebab Jungkook tak lagi menggangguku, namun pada kenyataannya, siang hari saat istirahat makan siang ketika aku berjalan sendirian menuju kantin karena Eunbyul telah lebih dulu berada di sana. Kelompok orang-orang yang mendeklarasikan dirinya sebagai penggemar Jungkook garis keras menghadangku.

Sekitar empat orang menghalangi jalan dan aku tak tahu apa maksud mereka, tatapan tajam mereka tujukan padaku, tetapi yang aku lakukan balas menatap heran mereka. Sungguh, aku tidak ingin berurusan dengan apa pun yang berhubungan dengan Jungkook lagi, namun kini penggemarnya yang genit-genit itu malah mencegatku tanpa alasan yang jelas karena hanya menatapku sinis seraya meneliti penampilanku.

Apa yang salah dengan penampilanku?

"Kalian menghalangi jalanku, apa yang kalian inginkan?"

Salah satu dari mereka yang berambut panjang berdiri paling depan tertawa sengau, seolah perkataanku barusan adalah sebuah lelucon garing murahan. "Bagaimana kau masih bisa bersikap sesantai ini setelah berlaku kasar pada Jungkook? Apa kau punya hati?"

Wah, lihat! Sebenarnya di sini siapa yang menjadi korban. Aku! Akulah si korban atas kekacauan yang Jungkook ciptakan, hidupku tak lagi tenang dan setiap hari selalu saja ada tatapan sinis yang aku dapatkan dari mereka yang tak terima aku dekat dengan Jungkook. Di mana letak kesalahanku sebenarnya? Aku hanya mencoba membuat Jungkook menjauhiku agar hal-hal yang membuatku tak nyaman juga pergi.

"Kalian menyalahkanku?"

"Tentu saja, kau adalah alasan terbesar kenapa Jungkook berubah pada kami."

Sungguh, aku ingin tertawa saja rasanya. Itu salah Jungkook sendiri, kenapa harus melibatkan orang lain untuk menutupi kesalahannya. Lihatlah orang-orang ini, mereka membuang-buang waktu dengan membalas seseorang yang belum tentu peduli terhadap mereka.

Membalas tawa yang lebih dulu mereka tunjukkan, aku hendak melangkah pergi saat tiba-tiba seember air yang datang entah dari mana mengguyurku hingga basah kuyup. Membuatku memekik dan ada air yang masuk ke telingaku, aku bisa merasakan rasa perih karena air menampar kulitku begitu kencang.

Ada aroma tak sedap yang dapat kucium menempel pada tubuhku berasal dari air, dan aku baru tahu jika ada telur busuk yang tercampur di air itu.

Mereka tertawa, disusul dengan seorang perempuan lain yang membawa sebuah ember lumayan besar, tersenyum miring merasa puas melihat hasil kerja kerasnya membuat penampilanku tak keruan dan beraroma tak sedap. Mereka mengejekku, menatapku dengan cara menjijikkan hingga aku harus menahan emosi agar tidak menyerang lebih dulu dan menciptakan keributan yang akan membuatku berakhir di ruang detensi.

"Ini adalah balasan karena kau sudah bersikap kasar pada Jungkook, belajarlah dari kesalahanmu." itu adalah penutup dari kalimat yang mereka katakan, pergi begitu saja setelah menatapku dengan cara menjijikkan untuk terakhir kali.

Aku tak menyadari jika sudah banyak orang yang melihat apa yang terjadi padaku, di sana, aku melihat Kwon Jungkook berdiri di ujung belokan lorong menatapku tanpa ekspresi. Namun, tatapanku berubah, penuh kebencian sebelum pergi dari hadapannya diiringi oleh tawa ejek dan bisik-bisik dari siswa lain.

Pintu toilet sengaja aku banting, berdiri di depan cermin wastafel lalu meneliti bagaimana penampilanku setelah mereka menghancurkan dengan seember air berbau busuk. Sungguh mengerikan dan bahkan rambutku begitu lengket, aku tidak tahu bagaimana mereka mendapatkan air bau itu dan telur-telur busuk.

Tetapi rasanya sakit, sangat sakit hingga aku tak dapat menahan air mata yang merembes keluar. Bibirku gemetar menahan tangis, diam-diam terisak masih memaku tatap pada refleksi diri.

Kenapa? Kenapa aku bisa berakhir seperti ini? Kesalahan apa yang pernah aku lakukan hingga balasannya bisa sesakit ini?

Aku tak pernah membohongi orang tuaku, aku selalu mematuhi semua perintah dan nasehat mereka, aku tak pernah membolos dan melanggar peraturan sekolah.
Lantas, hal apa yang mendasariku pantas untuk menerima balasan yang amat memalukan begini?

Alasan kedelapan kenapa aku membenci Kwon Jungkook adalah, penyebabku mendapatkan perlakuan tak pantas hingga aku merasakan malu yang amat besar. Dia yang membuatku dibenci banyak orang hanya karena aku tak suka karena dia selalu mengikuti ke mana aku pergi. []

𝟏𝟑 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐬 𝐖𝐡𝐲 𝐈 𝐇𝐚𝐭𝐞 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang