Alasan Kedua

3.5K 447 11
                                    

Setelah hari aku pingsan karena lemparan bola tenis yang dilakukan oleh Jungkook, aku sudah memukulnya berulang kali dengan bantal unit kesehatan. Dia melindungi tubuhnya yang aku serang dengan tangan dan tak jarang bersembunyi di belakang Yugyeom, seperti orang kesetanan, aku tak peduli jika menyebabkan cacat pada dirinya. Aku hanya peduli pada diriku sendiri, kesal karena kehadiran si congkak itu mengganggu ketenanganku.

Bukannya aku terlalu percaya diri atau semacamnya, di sekolahku banyak gadis-gadis cantik mereka bahkan sering mengganggunya, tetapi kenapa hanya aku yang kehidupannya terusik? Pemuda dengan gigi kelinci itu bahkan tidak berbicara dengan mereka sedikit pun, dia hanya menggangguku. Seolah satu hari tanpa mengganggu dan membuatku kesal bisa membuatnya terkena serangan jantung secara mendadak, apa aku ini pantas dijadikan bahan olokan seperti itu? Aku bahkan tak mengerti kesalahan apa yang sudah aku lakukan padanya.

Hari ini adalah hari libur, hari paling menyenangkan yang pernah ada selama hampir tujuh belas tahun aku hidup dan bernapas di muka bumi. Tinggal di asrama sendirian membuatku bebas untuk melakukan apa pun yang aku mau. Ah ya, sekolahku memiliki asramanya sendiri, siswa yang bersekolah di sini diwajibkan untuk tinggal di asrama. Aku tak masalah. Jika kau beruntung, maka kau akan mendapatkan teman asrama yang sejenis denganmu, tetapi jika tidak maka tidak kecil kemungkinan kau akan tinggal bersama siswa pria.

Aku tak mengerti.

Mereka memang memberikan dua kamar tidur, ada satu kamar mandi, dan satu ruangan dengan dua sofa panjang dan satu televisi di setiap kamar. Di kamarku juga begitu, satu kamar mandi dengan shower dan toilet, ada wastafel juga. Satu ruangan dengan sofa dan televisi yang kusebut sebagai ruang bermalas-malasan, satu dapur dengan satu meja makan dan sepasang kursi.

Tidak buruk, tetapi aneh jika seorang perempuan harus satu asrama dengan laki-laki meskipun berbeda kamar. Mereka seakan tak mengkhawatirkan apa yang mungkin akan terjadi jika dua manusia berbeda jenis kelamin ditempatkan dalam satu ruangan yang sama dalam waktu yang begitu lama, bukankah itu mengerikan?

Tetapi daripada memusingkan hal seperti itu, aku lebih memilih duduk santai di ruang bermalas-malasan. Menonton televisi layar datar keluaran terbaru ditemani secangkir coklat panas dan satu toples kue kering, seperti ini saja sudah liburan yang luar biasa untukku. Jarang sekali aku bisa seperti ini karena di rumah biasanya aku akan membantu ibu mengurus kebun, bahkan tak jarang mondar-mandir karena ayah atau nenek menyuruhku melakukan ini dan itu.

Cokelat panasku sudah tertinggal setengah dan kue kering juga sudah aku habiskan hampir seperempat saat bel pintu kamar asramaku dibunyikan seseorang secara brutal, membuatku berdecak kesal dan mau tak mau bangkit untuk membukakan pintu karena aku menguncinya. Dan hal selanjutnya yang kulihat dan membuatku hampir jatuh terduduk dengan mulut menganga lebar adalah ....

Kwon Jungkook, berdiri di depanku dengan satu koper besar dan ransel motif pakaian tentara, tersenyum miring dengan satu lengan yang dinaikkan dan siku yang disandarkan pada daun pintu. Alisnya naik turun melihat aku yang melotot kaget setelah mendapati presensinya.

"K-kau? Apa yang kau lakukan di sini?" aku terbata, tersadar karena Jungkook menjentikkan jarinya di depan wajahku. Oh, malu rasanya karena Jungkook melihat mulutku yang menganga lebar.

"Apa Guru Shim lupa memberitahumu?" balasnya balik bertanya, apa aku sudah bilang jika aku paling tidak suka pertanyaanku dibalas juga dengan pertanyaan? Tetapi kenapa Kwon-sialan-Jungkook ini membuat hal seperti itu seolah menyenangkan untuknya?

Ah, sial!

"Memberitahu apa? Guru Shim bahkan tidak mengatakan apa pun padaku," aku menyahut, menggaruk kepalaku yang tak gatal dan membuatku tersadar jika aku belum menyisir rambut setelah selesai mandi pagi tadi. Aku mungkin terlihat seperti orang bodoh sekarang.

𝟏𝟑 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐬 𝐖𝐡𝐲 𝐈 𝐇𝐚𝐭𝐞 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang