Alasan Kelima

2.3K 383 11
                                    

Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba Eunbyul berpikir bahwa aku dan Jungkook mandi bersama. Menatap kami berdua dengan pandangan tajam penuh selidik, bahkan gayanya sudah seperti seorang detektif yang sedang menguak sebuah kasus pembunuhan berantai. Selama lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi terus menanyai kami dengan pertanyaan-pertanyaan aneh, tetapi malah membuat perutku bergolak mual. Oh, bayangkan jika pertanyaan yang dia ajukan itu hanya berputar di situ saja.

Jungkook tak banyak membantu, pria itu tidak bisa diandalkan sama sekali. Kepalanya hanya mengangguk mengiyakan setiap kali Eunbyul melontarkan pertanyaan yang hanya perlu dijawab dengan 'iya' atau 'tidak'. Dia menjawab semua pertanyaan Eunbyul dengan jawaban 'iya' tidak ada yang 'tidak'. Oke, katakan jika aku orang yang jahat karena mengatai bodoh kepada teman sendiri, tetapi memang begitu yang terjadi.

Eunbyul bahkan lebih mempercayai semua jawaban Jungkook daripada mendengarkan kalimatku terlebih dahulu, percuma kesal karena pada akhirnya Eunbyul lebih memilih berbicara dengan Jungkook dan mengabaikanku, kemudian pergi begitu saja tanpa merasa bersalah karena telah menuduhku dengan hal yang tidak-tidak.

Setelah seharian berada di sekolah dengan suasana yang luar biasa menyebalkan, sore ini aku bisa bernapas lega karena terbebas dari sorot mata tajam dari siswa-siswi tersohor di sekolah. Aku tidak membuat masalah, sama sekali tidak, karena aku adalah siswi baik-baik yang masuk ke sekolah itu dengan baik-baik.

Itu semua karena Jungkook, dia yang sengaja mengantarku hingga ke depan kelas pada pagi hari lalu mendatangiku saat jam istirahat makan siang, dengan sok baik membersihkan sudut bibirku yang kotor oleh saus kemudian tersenyum dengan manis seolah yang dia lakukan bukan masalah besar.

Dia mengundang banyak sorot mata sinis dari banyak siswa-siswi di sekitar kami dengan sikapnya yang sok manis itu, nyaris menggenggam tanganku jika aku tidak segera menepisnya dengan kasar. Jangan lupakan dengan mereka yang berbisik-bisik saat aku berjalan melewati koridor dengan Jungkook yang berjalan di sebelahku dengan santainya, mengantarku lagi hingga ke depan kelas dan berpesan agar aku belajar dengan baik.

Aku muak, gayanya itu sudah seperti seorang pacar padahal hubungan kami tidak begitu dekat, aku bahkan selalu mengusirnya setiap kali dia menggangguku yang sedang belajar di kamar atau mematikan game online-nya miliknya karena terlalu berisik.

Percayalah, aku tak pernah berdamai dengannya dalam waktu yang lama.

"Jungkook, aku ingin menonton," pintaku karena sudah dua jam Jungkook bermain game online dan tidak terlihat bosan sama sekali, bahkan sepertinya semakin seru saja untuk dirinya.

"Kenapa tidak gunakan laptopmu saja? Ini semakin seru," jawabnya tanpa beralih dari layar datar televisi berukuran lima puluh inci itu.

Sekolah benar-benar memfasilitasi para siswanya agar merasa nyaman tinggal di asrama, kamar tidur bahkan didesain paling nyaman dengan masing-masing satu meja belajar dan sebuah sofa yang cukup untuk berbaring santai. Kamar mandinya juga ada bath tub dan showerㅡselain toilet, dilengkapi dengan sistem air panas lemari pakaian dan tempat tidur bahkan sudah disediakan, semua kualitas terbaik dan kau akan merasa jika kau sedang menginap di hotel bintang lima.

"Kenapa tidak kau saja yang bermain di laptopmu?" balasku yang memberi saran. Sebenarnya itu bukan saran, melainkan sebuah tanda bahwa aku kesal dan bosan karena hanya menontonnya bermain video game sejak dua jam yang lalu.

Oh ayolah, aku juga butuh hiburan walaupun hanya menonton program komedi atau program musik yang biasa ditayangkan oleh salah satu saluran televisi lokal di setiap sabtu malam. Setidaknya aku harus memanfaatkan satu hari liburku dengan baik, karena hanya satu hari itu aku terbebas dari tugas dan segala hal yang berhubungan dengan sekolah selain hari-hari libur nasional.

𝟏𝟑 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐬 𝐖𝐡𝐲 𝐈 𝐇𝐚𝐭𝐞 | ✓Where stories live. Discover now