Alasan Ketiga

2.6K 410 9
                                    

Ini adalah hari ketiga sejak Jungkook menjadi teman satu kamarku, kebiasannya benar-benar buruk dan itu menganggu. Tak jarang dia akan bernyanyi di kamarnya dengan suara lantang, ya meskipun suaranya bagus tetapi tetap mengganggu. Aku suka ketenangan, karena itu bisa membuatku nyaman dan tentram.

Tapi sejak kedatangannya, aku tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai. Karena setiap kali pulang dari sekolah ruang bermalas-malasan sudah dalam keadaan kacau, bungkus makanan ringan dan kaleng-kaleng minuman yang sudah kosong berserakan di sana-sini. Remah makanan yang mengotori karpet bulu berwarna cokelat dan salah satu sofa panjang, televisi yang dibiarkan menyala sementara dia sendiri tak jarang kutemukan terlelap di atas sofa yang satunya.

Jungkook selalu pulang lebih awal karena aku memilih untuk berada di perpustakaan sekolah selama beberapa waktu, membaca beberapa buku atau hanya sekedar mengobrol dengan si penjaga perpustakaan. Usianya tak jauh berbeda dari kakak, namanya Wi Namjoon, dan dia pria manis karena memiliki lesung pipi di kedua pipinya. Kak Namjoon orang yang ramah, dia orang pintar dengan bahasa yang intelek, itu sebabnya aku senang mengobrol dan bertukar pikiran dengan kak Namjoon. Tak jarang aku juga membawakan makanan saat istirahat makan siang dan makan bersama dengannya di perpustakaan.

Kembali dengan keseharianku bersama Kwon Jungkook yang menyebalkan itu, hari ini aku harus datang pagi-pagi karena ada piket kelas. Aku juga harus mengembalikan buku paket fisika yang aku pinjam tiga hari lalu, sebab tidak sempat mengunjungi perpustakaan saat istirahat. Waktu istirahat akan menjadi waktu yang lebih sibuk dari jam pelajaran, karena biasanya beberapa guru akan meminta bantuan melakukan beberapa tugas mereka yang tak bisa diselesaikan sendiri di ruang guru.

Jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul enam pagi, sudah lima belas menit berlalu menunggu Jungkook selesai mandi. Aku bahkan sudah membereskan kekacauan yang ia buat semalam karena bermain Overwatch hingga larut malam, suaranya terlalu berisik dan mengganggu tidur. Dia belum keluar dan masih senang bernyanyi di dalam kamar mandi, itu sangat menyebalkan.

Sementara aku sudah menggigit bibir bawah dengan cemas, takut terlambat dan tidak sempat piket. Jadi aku memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur, menyandang selembar baju mandi di salah satu bahu serta rambut yang kusut, aku menggedor pintu kamar mandi seperti orang kesetanan. Tak peduli jika Jungkook akan keluar dan mencekikku nantinya, aku hanya ingin dia menyelesaikan ritual mandinya dengan segera karena tentu akan membuatku terlambat jika dia lama-lama berada di dalam sana.

Apa sih yang dia lakukan hingga sebegitu lamanya?

"Hei! Bisa tidak cepat sedikit? Aku akan terlambat jika kau terus berada di dalam sana," pekikku dengan kepalan tangan yang terus menggedor pintu kamar mandi, aku tak peduli jika suara nyaring dan debum pintu mengganggu siswa asrama lain yang bersebelahan dengan kamarku.

Ini pertama kalinya ada suara gaduh di kamar asramaku, di hari yang masih begitu pagi untuk memulai aktifitas. Bel sekolahku berbunyi pukul tujuh lima belas menit, sementara sekarang sudah pukul enam lewat sepuluh. Biasanya mereka akan bersiap-siap pada pukul enam tiga puluh atau enam empat puluh lima jika hanya sendirian.

Ah, kenapa juga aku harus peduli? Aku hanya harus peduli diriku sendiri. Bukankah di era modern seperti ini jarang sekali ada orang yang peduli dengan sesama? Mereka hanya mementingkan diri sendiri dan hanya akan peduli jika orang itu memiliki pengaruh untuk mereka.

"Kwon Jungkook, keluar atau aku akan mendobrak pintunya!" pekikku lagi sekencang mungkin, wajahku mungkin sudah memerah karena terlalu kesal terhadap tingkah si gila ini.

Kemudian aku mengulum kedua belah bibirku karena seseorang yang berada di kamar sebelah memukul dinding dengan kuat. Oke baiklah, mereka merasa terganggu karena suaraku. Kupikir setiap kamar memiliki dinding yang kedap suara, ternyata aku salah. Tetapi cepat melupakan protes dari tetangga sebelah, aku beranjak ke kamarku untuk mengambil tongkat baseball.

𝟏𝟑 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐬 𝐖𝐡𝐲 𝐈 𝐇𝐚𝐭𝐞 | ✓Where stories live. Discover now