Ekstra 1

2.4K 347 19
                                    

"Iya, Ibu. Aku istirahat dengan baik, aku juga makan makanan yang bergizi, Ibu tidak usah khawatir."

Kudengar ibu menghela napas lega, kemudian berpesan untuk menjaga diri baik-baik sebelum menutup telepon. Aku termenung, menatap kosong ke arah meja belajar dengan setumpuk buku, lalu beralih ke sebuah lemari yang salah satu pintunya terbuka.

Hanya tinggal beberapa hari lagi untuk hari pengumuman kelulusan dan setelahnya aku akan kembali ke Ansan, kembali ke rumah orang tua sebelum menyibukkan diri untuk mendaftar ke universitas. Aku masih tidak percaya, begitu cepat waktu berlalu yang aku habiskan di sekolah hingga kini aku berada di titik akhir. Senang rasanya bisa menjadi dewasa, tetapi ... ada beberapa hal yang tak ingin aku tinggalkan dari sekolah.

Beberapa hari lalu, seluruh siswa kelas tiga mengadakan pesta perpisahan, sebenarnya bukan pesta, sih. Hanya pergi ke tempat wisata selama beberapa hari untuk menghabiskan waktu bersama sebelum berpisah, Eunbyul banyak bercerita padaku, belakangan dia terlihat memikirkan sesuatu.

Katanya, ada banyak pilihan yang harus ia pertimbangkan. Aku mencoba memahami situasinya dengan mendengarkan, dia ingin melanjutkan pendidikan di Paris karena tertarik dengan busana, tetapi ayahnya yang sakit ingin ia meneruskan perusahaan mainan yang nama dan produknya telah tersebar ke banyak negara.

Eunbyul ingin bebas, tak ingin kehendak dipaksakan padanya, tetapi sebagai anak tunggal tiada yang bisa diharapkan selain dirinya. Malam itu Eunbyul juga menangis karena keadaan ayahnya kian memburuk, dan yang dapat aku lakukan hanya memeluknya, membiarkan dia menangis hingga dadanya merasa lega. Aku bukan orang yang pandai memberikan nasihat dan solusi, aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik.

Jungkook kembali ke Busan kemarin, dia terlihat terburu-buru saat aku kembali dari minimarket untuk mengisi persediaan dapur untuk beberapa hari ke depan. Lelaki itu tak mengatakan apa-apa, wajahnya tampak khawatir sedang berjalan tergesa-gesa melalui koridor.

Tidak, hubungan kami tidak sedang dalam keadaan buruk. Kami baik-baik saja, hanya saja kurang dalam berkomunikasi sejak disibukkan belajar untuk ujian akhir. Setelah aku putus dengan Yugyeom, Jungkook jadi bersikap baik, kadar menyebalkannya mulai berkurang. Serangan di sekolah juga tak lagi aku rasakan karena Jungkook meminta para penggemarnya itu untuk menjauhiku.

Aku tak mengerti apa saja yang Jungkook katakan kepada mereka, tetapi aku sering mendapatkan hadiah-hadiah kecil dan surat-surat singkat yang berisikan kalimat semangat. Ada beberapa yang mengatakan mendukung hubunganku dengan Jungkook, itu membuatku bingung sebab aku dan Jungkook tak memiliki hubungan apa pun selain teman satu asrama.

Tetapi aku tidak terlalu memusingkan hal tersebut, aku hanya bersyukur karena kehidupan sekolahku menjadi damai di hari-hari terakhir menjadi siswa.

Rasanya aneh, di sini terlalu sepi dan aku tidak menyukainya. Biasanya, jika hari libur, aku akan melihat Jungkook di dapur untuk membuat sarapan paginya, tetapi pagi ini yang aku dapati hanya hampa. Aku tak mengerti, karena belum terbiasa, hari ini aku banyak meneriakkan nama Jungkook sebab suatu hal ganjil yang tak seharusnya ada di asrama, setelahnya aku sadar bahwa itu terjadi karena ulahku sendiri.

Lucu, karena diam-diam aku berharap Jungkook menghubungiku untuk memberitahu alasan kenapa pria itu pulang terburu-buru. Bahkan setelah melihat bagaimana Jungkook pergi, aku tak berhenti memeriksa ponselku berharap jika ada sebuah pesan singkat yang datang dari Jungkook.

Aku menyangkal untuk merindukannya, dia menyebalkan, aku tidak suka lelaki menyebalkan. Hanya belum terbiasa, itu saja. Tetapi menjadi kesepian rasanya sedih, sangat aneh, padahal sebelum Jungkook datang aku terbiasa sendirian dan begitu tenang dalam keadaan senyap.

Kenapa ini menjadi berbalik keadaan? Kenapa aku tak lagi menyukai sepi yang dahulu aku gadang-gadang sebagai teman setiaku?

Ini melelahkan.

𝟏𝟑 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐬 𝐖𝐡𝐲 𝐈 𝐇𝐚𝐭𝐞 | ✓Where stories live. Discover now