Keduanya saling melempar pandangan, lalu kemudian berbagi ciuman yang lebih intim lagi guna menyalurkan kemesraan.

Yah, walau kurang mengerti, tapi Vernon paham kalau itu adalah foto usg Seungkwan. Dalam artian, itu foto pertama anaknya.

Ingatkan Vernon untuk meletakkan kertas tersebut di pigura nanti.

"Ngomong-ngomong, kamu cek usg kapan, sama siapa, hm?"

"Kemarin.
Sendiri."

"....sendiri?"

"Ung~
Shua hyung dan Seok hyung sudah pindah seminggu yang lalu. Terus nuna tidak jadi kesini karena belum perpanjang passport. Dino juga belum libur sekolah, jadi ya.. Kwanie sendiri.
Bisa, kok. Walau sempat tersesat di rumah sakit. Hehe."

Ah, hati Vernon mencelos mendengarnya.

Membayangkan bagaimana wajah cantik ini kebingungan di rumah sakit asing dan sendirian. Dengan kemampuan bahasa yang pas pasan untuk interaksi. Sejenak ada rasa bersalah yang muncul di benaknya sebagai suami.

"Kapan lagi jadwal kamu periksa? Nanti aku temani."

"Jinjja?!"

"Ya.
Masa sudah hampir delapan bulan istriku hamil, belum pernah sekalipun kuantar periksa."

"Ish, gwaenchana!
Kwanie kan tau kalau Bononie sibuk.."

"Ya, tapi-"

"Ohiya. Terus pulangnya, Kwanie beli sepatu bayi. Lucu. Bononie harus lihat! Sebentar.."

Vernon tidak bisa berkata apa-apa lagi saat tubuh Seungkwan beringsut turun dari kasur dengan susah payah. Ia hanya menghela nafas. Mendengarkan semua cerita Seungkwan yang sangat dibumbui api semangat, seakan ikut membakar lelah yang Vernon rasakan tadi.

Manik coklat terang itu tak lagi memerhatikan objek yang istrinya tunjukkan. Malah beralih menatap wajah kesukaannya cukup lama.

Lama sekali sampai sebuah dorongan memaksanya maju, memantulkan sebuah ciuman di pipi mulus tersebut.

"Yak! Kwanie lagi bicara juga!"

"Hehe. Aku lapar."

"Huh?"

"Mau gigit pipi kamu."

"EH JANGAN!"

Refleks, Seungkwan melindungi kedua pipinya dengan tangan sampai menimbulkan suara nyaring.

Iyap. Seperti tamparan.

"Pfft-"

"...sakit."

"-hahahaaaa"

"Aish, bononie!!"

Sudah. Cukup. Vernon tidak tahan lagi.
Ia ganti posisi kedua telapak Seungkwan dengan tangan miliknya. Membawa wajah sang istri untuk mendongak, saling bertatapan sebelum mengusakkan hidung satu sama lain tanpa melepas kontak mata sedikitpun.

"Pertanyaanku belum dijawab, sayang."

"Ung? Yung munu?"

"Jadwal kamu periksa. Kapan lagi?"

"Ubsu. Bulun dupun-"

"Aishh.."

Skinship mereka akhirnya selesai. Vernon memberikan kesempatan untuk Seungkwan berbicara normal tanpa harus dicapit pipinya.

"Eobseo, bononie. Tapi bulan depan Kwanie disuruh mulai rawat inap karena bisa saja bayinya mau keluar di waktu yang tidak menentu.

Kau tau kan, Shua hyung tidak ada. Nuna tidak disini. Lalu kamu.. kerja.
Jadi dokter bilang sebaiknya rawat inap. Gitu."

"...."

"Kau.. tidak akan bisa menemaniku periksa.
Karena tidak ada kesempatan seperti itu lagi. Mian. Hehe."

Kenapa Seungkwan yang minta maaf?

Kenapa Vernon malah diam seribu bahasa?

Kenapa tiba-tiba air mata Seungkwan malah menetes?

Ah, ia harus mencari alasan.

"K-kau tau.
Kwanie.. tadi sangat bahagia karena foto pangeran. Ani. Sampai sekarang juga bahagia hahaha duh sampai nangis begini saking bahagianya aish.."

"Bohong."

"....."

"Kau bohong, iya kan?"

Sial.

Padahal daritadi sudah susah payah mengalihkan pembicaraan. Tapi Vernon malah terus memancingnya dan berakhir seperti ini.

Sehingga mau tak mau, air mata tumpah dengan derasnya kala Seungkwan merundukkan kepala. Terisak sampai terbatuk saking sesaknya dalam dada.

"Kwanie.. takut."

"Kwanie takut sakit. Kwanie takut mati. Kwanie takut melahirkan, Bononie!"

"Bagaimana kalau tidak bisa? Bagaimana kalau ternyata anakku- ani. Kalau aku-"

"Ah eotteohke?!!"

"Mianhae. Hiks..
Mianhae Kwanie menangis di depan Bononie. Mianhae, padahal Kwanie sudah janji. Mian huwaaa-"

Sakit, memang.

Rasanya seperti terhunus ribuan pisau kala melihat orang yang kau cintai menangis semenyedihkan ini.

Namun Vernon tak lagi mundur seperti dulu. Sekarang ia memberanikan diri untuk maju, membuka tangan, mendekapnya erat berusaha menenangkan.

Meski tak ada satupun kalimat manis yang keluar, tapi pelukan ini.. sudah cukup.

Perlahan, Seungkwan mulai meredakan tangisnya dan kembali membuka mulut.

"Bononie."

"Hm?"

"Boleh Kwanie minta sesuatu?"

"Apa?"

"Bulan depan-
-Kosongkan jadwalmu."

"..."

"Tolong temani Kwanie saat lahiran nanti."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang