08. Korps mana?

3.9K 352 17
                                    

Aris PoV

  Hari ini jadwalku untuk menjadi pelatih Ayu. Tapi aku merasa bersalah kepadanya, ya, gara-gara kemarin aku menggodanya. Tapi sungguh! Aku tidak tau bahwa itu Ayu!

  Aku takut kalo Ayu nggak bakal maafin aku. Apa daya ku untuk membujuk nya lagi? Ayu orang yang pandai membalikkan omongan orang lain. Salah-salah aku ngomong, aku yang kena terkaman nya.

  Aahh! Ini sungguh membuatku gegana! Ya, aku ini tentara tapi aku tak pandai dalam berbicara. Apa lagi dihadapan wanita yang kutaksir, Ya Allah..

  4 : 00 AM

   Tak tau lah aku harus bagaimana. Lantas aku pun segera memakai baju dan mencuci muka ku. Hari ini aku akan olahraga sendiri saja, biar lah hari ini aku bolos melatih. Toh, dia juga udah jago dalam segala hal latihan nya.


  Hari ini Aris memutuskan untuk bolos melatih Ayu. Ia tak tau harus berbuat apa untuk memberi penjelasan yang sebenarnya kepada Ayu. Aris sangat menyesal, dari mulai hal kecil yang tak terduga malah jadi masalah yang besar. Kini ada jarak diantara Aris dan Ayu.

  Tapi, melihat profesi Aris yang jadi tentara, apakah keputusan ini malah menjadikan Aris sebagai tentara yang lari dari masalah?

  Entah lah. Keputusan dan akibatnya hanya Aris yang akan menanggung nya.

Hari ini Ayu sengaja datang terlambat, ia muak melihat wajah tampan Aris. Dan tepat dugaan Ayu, Aris sudah datang terlebih dahulu. Kini mereka berdua bersikap dingin, layaknya dua orang yang belum kenal. Meskipun begitu, Aris tetap memaksakan diri untuk memberi pengarahan dari tiap-tiap latihan.


Cuek tapi tetap memberi pengarahan, memberi pengarahan tapi tetap cuek.

  Itulah yang ada dibenak Aris. Sebenarnya ia tak mau bersikap begini, bersikap begini malah semakin memperkeruh keadaan. Tapi tak ada jalan lagi untuk si tentara muda ini.

  "Ingat ini! Jangan memaksakan latihan, jika suasana hatimu sedang tak nyaman," ucap Aris dengan sikap cuek yang ia buat-buat. Ayu sebenarnya sudah memaklumi kejadian kemarin. Tapi, Ayu hanya ingin menge-tes Aris saja.

  "Jangan memaksakan latihan ini jika suasana hatimu sedang tak nyaman.. Haha! Jangan memaksakan sikap yang tidak ada di dirimu untuk lari dari masalah," ketus Ayu mengeluarkan skak pertamanya. Deg! Aris langsung diam membisu, baru saja ia berbicara, langsung saja ia diterkam Ayu.

   Lantas dengan sekuat tenaga, Aris memasang wajah yang lebih dingin. Tapi Ayu tetaplah Ayu, ia anak yang bisa serius tapi bisa juga humoris. Aris belum tau itu.

  "Cobalah sebisa mungkin. Karena apapun sikap yang dipasang disana, yang asli tetaplah baik dan tampan," lirih Ayu sambil menunjuk wajah Aris dan membuat Aris salah tingkah. Dan tanpa aba-aba Aris langsung memeluk Ayu.

  "Dek, mas salah. Mas kemarin bentak kamu, mas kebawa emosi kemarin," bisik Aris sambil mencoba melepaskan pelukannya kepada Ayu.

  "Ya. Ayu tau itu, Ayu juga masih punya hati. Ayu ingat kalo mas punya jasa besar untuk cita-cita Ayu. Makasih ya mas udah bantu Ayu."

  "Ya, sama-sama. Mas juga berterima kasih karena kamu udah maafin mas," gumam Aris. Lantas mereka pun kembali bersama. Ayu merasa Aris adalah pria baik-baik untuk pilihan hatinya. Tapi, haruskah ia kembali menarik ucapannya dulu yang selalu ia gaungkan?


  Latihan pun usai. Ayu dan Aris pulang bersama, tapi ada satu hal yang Ayu lupakan. Ya, ia lupa membeli sayuran di pasar. Ah, Ayu memang pelupa.

  "Mas! Ayu lupa, Ayu kan disuruh Mak buat beli sayur dipasar! Aduh!! Mana gak bawa duit lagi!" Seru Ayu resah.

  "Memang kamu yang sering masak nya dek? Kalo kamu gak bawa duit, mas ada. Cukup lah buat beli sayur."

  "Iya mas, aku sering diajarin masak sama Mak. Kali ini dia minta aku masakin sayur asem," jawab Ayu.

  "Yaudah, pasar gak jauh kan? Kita jalan kaki aja. Masalah uang, mas yang bayar. Sekalian mas mau tau rasa masakan kamu," pungkas Aris. Lantas mereka berdua pun pergi kepasar bersama. Mereka mengobrol banyak soal militer. Sampai-sampai menjurus ke pilihan korps.

  "Mas, dari dulu aku gak tau mas masuk korps mana. Kalo bang Rama sih tau, Infanteri."

  "Mas juga Infanteri kok. Emang gak liat pas kita bertiga mau jalan ke resto korea? Baret mas dan Rama itu kan lambang nya sama," jawab Aris dan Ayu hanya menggelengkan kepalanya.

  "Kamu mau masuk apa dek?" Tanya Aris.

  "Mas, jangan panggil aku Adek begitu. Panggil saja seperti biasa, risih aku denger nya," gerutu Ayu kemudian dianggukkan oleh Aris.

  "Oke, kamu mau masuk korps mana?" Tanya Aris.

  "Hhmm.. Aku sih maunya masuk Infanteri, mau jadi anggota tim Raider, tapi rasanya enggak deh! Aku mau masuk korps Artileri Medan!" Tegas Ayu yang membuat Aris terkejut.

  "Yang bener? Artileri kan korps yang mengoprasikan meriam howtizer, rudal kayak gitu!" jawab Aris kemudian dianggukan oleh Ayu.

  "Iya mas, bener! Ayu ingin wanita juga bisa mengoprasikan alat-alat artileri. Mana yang bawa nya cewek lagi!" Seru Ayu dengan semangat.

  "Iya, iya.. Berarti, nanti kamu di Akmil harus masuk prodi teknik  mesin pertahanan militer. Karena kalo gak salah, Artileri itu berbau alat-alat mesin," sahut Aris.

  "Iya, mas. Nanti kalo hut TNI kan suka ada parade alutsista kan? Nah, salah satu yang bawa itu ada aku. Kalo ada itu juga," tandas Ayu. Kemudian dianggukan oleh Aris.

  Ya, akhirnya mereka saling baikkan dan berkat Aris juga, Ayu bisa memilih korps mana yang tepat untuk diri Ayu yang sangat suka hal baru. Artileri cocok untuk Ayu. Suatu saat nanti, ia akan menggunakan baret coklat dengan pakaian loreng khas tentara. Kita tunggu saja.

.
.
.
.
.
.
.

  To be continue.....

Halo readers!! Apa kabar?? Terima kasih ya sudah baca. Huf, bikin cerita yang satu ini butuh pengetahuan lebih tentang militer. Apa lagi nanti, saat part-part ikut seleksi dan part yang udah jadi taruni. Menguras otak syyekali.. Btw buat yang lumayan tau kehidupan di akademi militer itu bagaimana bisa komen ya!! See You..

*Gegana : Gelisah, Galau, Merana*

Tentara Wanita  [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang