01. Inilah ceritaku

11.7K 754 41
                                    

  "Oke anak-anak, beri tepuk tangan kepada teman mu yang berhasil menjuarai lomba prensentasi antar kelas XII. Rahayu Kusumah silahkan maju kedepan.."

  Tepuk tangan pun saling bersahutan, apalagi suporter diriku yang sedari tadi sudah gatal ingin bertepuk tangan dan berteriak mendukungku.

  "Selamat ya, Rahayu."

  "Siap! Terima Kasih," jawab ku sambil berbicara ala seorang tentara.

   "Oke Rahayu, apa harapan yang mau kamu sampaikan kepada teman-temanmu, silahkan.."

  "Baik terima kasih, yang mau saya sampaikan hanya sedikit saja. Harapan saya hanya ingin lulus seleksi taruni Akademi Militer dan resmi menjadi taruni Akmil lalu menjadi perwira TNI yang bertanggung jawab. Sekian terima kasih!"

  "Sangat luar biasa.. Tapi, ibu mau tanya, alasanmu mau daftar anggota TNI itu apa alasannya?"

  Akupun menghembuskan nafas panjang sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari guruku tadi.

  "Saya ingin menjadi seorang tentara karena terdorong oleh keadaan hidup saya yang pas-pasan, d..dan jug..juga di desa, orang tua saya hanya seorang buruh tani yang bekerja saat musim panen...." aku terisak tangis, karena harus menceritakan hidupku yang kekurangan.

   "Saya berjanji kepada orang tua saya, saya akan melakukan yang terbaik untuk mereka.. Da––dan saya berusaha semaksimal mungkin untuk berprestasi di sekolah, setidaknya bisa membuat mereka bahagia.."

   "Tapi, tekad yang sangat bulat untuk saya menjadi tentara adalah kondisi keluarga saya yang kekurangan lalu selalu di intimidasi oleh golongan kaya di desa saya, saya miris melihatnya! Pekerjaan apa, profesi apa yang membuat derajat orang tua saya tidak direndahkan lagi? Lalu terpikirlah saya untuk menjadi seorang tentara. Memang tentara tidak kaya, tapi mereka akan selalu ada untuk negara. Dan juga, saya ingin membuat orang yang sombong itu berpikir 100 kali! Seorang anak miskin, bisa menjadi seorang yang sukses!" Tegas ku semangat.

  Tangisku tak berhenti ketika aku tadi menceritakan hidupku, air mata terus bercucuran membasahi pipiku, bahkan setelah aku selesai bercerita air mataku masih mengucur deras. Lalu sampailah guruku memelukku dan akupun larut dalam tangis pelukannya.

  "Kuatkan hatimu ya, Nak.. Anak-anak sekalian, kita bisa mengambil hikmah dari cerita yang diceritakan Ayu tadi.. Jadi jangan pernah meremehkan orang lain yang siapa tahu ternyata mereka bisa lebih sukses dari kita, ya."

  "Baik buu..." Akupun disuruh duduk kembali, lalu segerombol kawan terdekatku memeluk erat tubuhku sembari menyemangatiku, "sabar ya, Yu.. Kami bakal setia nemenin kamu dari latihan sampai nanti lulus akmil kok!"

  Akupun mengangguk setuju dan akhirnya mereka kembali ke bangku masing-masing. Memang ya, punya kawan yang sangat baik itu membuat semangat menjadi menyala. Ya, aku ingat sebuah ucapan yang pernah kubaca dibuku biografi seorang pahlawan. Lebih tepatnya pahlawan revolusi favoritku. Om Pierre Tendean.

  'Jangan lupa sama kawan. Karena kawanlah yang membelamu sampai mati..'

  Ya, aku mengerti sekarang tentang ucapan Om Pierre yang kubaca di buku. Dan sekarang aku merasakan apa yang diucapkannya tsb.

          ***********


  "Assalamualaikum.. Mak, abah, Ayu pulang."

  "Waalaikum salam.. Ayo nak, kita makan. Dari tadi abah udah nungguin kamu lho! Eh? Itu apa yang dikaitkan di lehermu?" Tanya Emakku yang tak tau bahwa anaknya juara satu lomba antar kelas.

   "Nanti Ayu ceritain sambil makan, Ayu mau mandi dulu ya Mak."

.
.
.

   "Yu, katanya mau ceritain benda tadi?? Lupaa ya??" Tanya Mak ku yang selalu ingat segala hal yang ia tak ketahui. Orang tuaku sangat menyayangi diriku, apalagi aku anak semata wayang.

   "Oh iya ini. Mak, abah, Ayu juara satu lomba presentasi antar kelas tadi.

   "Alhamdullilah.. Ayu kita jadi makin pinter ya Mak," ujar Abah yang sangat bahagia dan bangga melihat piala yang di kaitkan dileherku.

.
.
.

   Selesai makan, kami bertiga pun sibuk membereskan piring yang dipakai makan tadi.

  "Mak, besok kan hari minggu. Ayu mau latihan fisik ya sama Bang Ramadhan, bolehkan?" Tanyaku sambil membawa piring ke tempat cuci piring.

   "Boleh saja.."

   "Apa kamu masih tetep kekeh Ayu, mau jadi tentara? Jadi tentara itu susah, Nak. Jadi tentara enggak hanya fisik sama kesehatan.. Harus siap lahir batin menjalani pendidikannya," nasihat Abah kepadaku. Aku hanya menunduk mendengarkan nasihatnya. Tapi tekadku sudah bulat! Aku tak akan menyerah!

   "Iya, Ayu.. Apa kamu kuat nantinya?" Tanya Mak yang dengan keibuannya bertanya kepadaku.

   "Ayu yakin! Ayu bisa melalui semua pendidikannya selama empat tahun!! Ini juga demi Mak dan Abah, Ayu nggak tega melihat Mak dan Abah sering di intimidasi! Itu pondasi yang bakal mengokohkan mental Ayu. Ayu hanya mohon doa dan restu saja, tak lebih," gumam dengan tegas lalu air mata tak terasa membasahi kedua pipi ku.

   "Ayu anakku..." Tangis Mak yang langsung memelukku. Mereka harus rela anaknya pergi membela negara. Tapi, ini memang sudah jalanku. Maka aku akan jalankan segera!

.
.
.
.
.
.
.
.
.

    To be Continue........

  

 

Tentara Wanita  [Segera Terbit]Where stories live. Discover now