PART 28 - ANOTHER GOOD BYE

107 16 21
                                    

Denting-denting gelas yang beradu, alunan musik yang hangat, aroma potongan buah-buah, juga obrolan bisik-bisik yang bukan lagi rahasia menghiasi pub petang itu. Han So Jin mendengar kabar bahwa salah seorang dokter di sebuah klinik di perbatasan wilayah tiba-tiba menghilang. Sejujurnya, ia bahkan tak tahu apa hubungan kasus itu dengan kasus organisasi kriminal yang tengah mereka selidiki, tapi dirinya melaporkan semua hal yang didengar pada Lee Eun Sang. Apa pun itu. Menjelang malam yang begitu malam, Han So Jin bahkan mendengar berbagai hal. Ini tak seperti biasanya.

"Kau dengar kabar itu? Detektif perempuan baru yang sok tahu sore dua hari lalu mendatangi perusahaan kayu dan mengatakan hal yang tidak-tidak. Dia sepertinya sudah gila..."

"Apa yang dia katakan?"

"Aku tak sengaja mendengar bahwa perusahaan kayu sebenarnya tak memiliki izin operasi legal. Woah, bagaimana dia bisa mengatakannya ketika baru berada di sini selama kurang dari dua minggu? Kupikir memang dia sudah tidak waras."

"Lalu bagaimana? Apa yang dikatakan oleh orang-orang?"

"Kudengar ia diusir dari sana dan kembali ke kantornya. Auhh, dasar perempuan keras kepala. Mungkin ini alasan ia dimutasi, bukan begitu?"

"Tuan-tuan, ini pesanan Anda." Han So Jin menyela dan menghidangkan beberapa minuman dingin pesanan mereka.

Sembari melirik ke arah jam dinding yang bertengger di atas pintu utama, Han So Jin bersiap untuk meninggalkan tempat kerjanya. Ini adalah hari terakhirnya bekerja di pub itu. Surat pengunduran diri sudah ia serahkan pada pemilik kelab, menyusul pengunduran diri Yoon Myeong Ju beberapa hari lalu. Tak bersamaan, mereka mundur dari pekerjaan masing-masing di waktu berbeda untuk menghilangkan prasangka dan kecurigaan. Sementara itu, dari lokasi perusahaan kayu, sinyal darurat tiba-tiba dikirim.

***

Ahn Yoo Jung terjebak dalam ruangan pemilik perusahaan ketika ia hendak mengambil catatan pembukuan perusahaan di brankas yang tersimpan di balik rak buku. Yoon Myeong Ju yang kebetulan sedang berada di sekitar sana kemudian menyusup ke beberapa ruangan setelah mendapat sinyal darurat. Ruangan biru itu terkunci secara otomatis setelah Yoo Jung mencoba membuka brankasnya. Seharusnya, hal ini tak terjadi. Hingga kemarin malam, sandi dan teknis penguncian ruangan masih sama. Ia sempat curiga pergerakannya selama ini sudah terbaca, tapi buru-buru ditepisnya pemikiran itu. Ahn Yoo Jung sudah memastikan semua berjalan lancar, lebih-lebih Myeong Ju sering berkunjung ke sana untuk menemui Seo Joon.

"Sialan. Kenapa juga harus terjebak di sini ketika file bukunya sudah kudapatkan," gumamnya. Sekali lagi, Ahn Yoo Jung memastikan keberadaannya tidak tertangkap kamera CCTV. Itu aman. Hanya saja, ketika hendak kembali, tiba-tiba ia menyadari sesosok mayat di balik sofa dengan mata terbelalak, busa putih di mulut, dan wajah membiru.

"Seo... Seo Joon? Mwoya ige?" Ahn Yoo Jung sekali lagi mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan. Ada dua gelas yang baru terisi bubuk kopi dan bercak air di meja. Ia pun kemudian membaui aroma busa yang tersisa di sudut bibir Seo Joon. Sianida.

Situasi ini semakin rumit. Sejenak Ahn Yoo Jung merenung sambil menunggu kedatangan Myeong Ju. Jika ia tak berhasil mengetahui sebab kematian Seo Joon, bisa-bisa dirinya tertuduh sebagai pembunuh. Yoo Jung kemudian mengingat bahwa hari itu Myeong Ju dan Seo Joon akan bertemu. Itulah mengapa ketika sinyal darurat dinyalakan, Myeong Ju sudah berada di sekitar sana. Jika itu adalah lokasi pertemuan Myeong Ju dan Seo Joon, maka dua gelas kopi yang belum sempat dibuat itu adalah bukti. Soal sianida, Ahn Yoo Jung menduga itu dilumurkan di tombol penggeser rak buku. Beberapa kali, dari CCTV, ia melihat pemilik perusahaan mengenakan sarung tangan untuk menekan tombol itu. Jika memang demikian, ini semua akan masuk akal.

Kronologinya akan menjadi seperti ini. Seo Joon mempersiapkan pertemuannya dengan Myeong Ju. Gadis itu akan dikenalkan pada sang pemilik perusahaan. Sambil menunggu air mendidih, Seo Joon tak sengaja melihat tombol-tombol di sisi rak buku. Karena penasaran, ia menyentuhnya. Ia tak sempat menekan tombol karena pada saat yang sama air mendidih. Pria itu lalu kembali untuk menyiapkan kopinya. Jika kemudian air yang hendak dituangnya ke gelas tak sengaja tumpah dan menggulingkan gelas hingga gula-gulanya berceceran juga, maka satu hal yang pasti—setelah ia membersihkan semua itu, ia tanpa sadar menjilat jarinya usai membuka bungkus kopi baru.

[2020] LET ME WIPE YOUR TEARS ☑️Where stories live. Discover now