PART 5 - SANG KAPTEN

105 24 2
                                    

Ratusan prajurit terbaik dari berbagai kesatuan berkumpul di sebuah stadion tertutup. Seleksi kedua akan dilaksanakan hari itu. Babak pertama seleksi yang akan dilakukan adalah pertahanan diri. Dalam seleksi itu, partisipan akan berhadapan dengan prajurit elit dari kesatuan khusus. Orang-orang itulah yang akan menilai mereka berhak lolos atau tidak, demikian hingga babak terakhir seleksi.

Sebanyak tiga puluh orang prajurit berpakaian hitam dan mengenakan penutup wajah turun ke lapangan. Masing-masing mereka akan menghadapi sepuluh partisipan. Tiga dari sepuluh prajurit yang berhasil memukul mundur prajurit elit akan diloloskan. Demikian seterusnya.

Pada babak berikutnya, pesaing tak lebih dari seratus orang. Di babak ketiga, prajurit akan dihadapkan dengan seorang kapten pasukan khusus. Babak ini bersifat sayembara. Prajurit yang berani berduel dengan sang kapten—yang bertarung dengan mata tertutup—dan berhasil memukul mundur ia, akan diloloskan pada seleksi babak terakhir.

Sang kapten memasuki lapangan dengan sepatu latihan, celana PDL, kaus putih, dan penutup mata. Sepuluh orang pertama yang berdiri dan menyatakan siap menghadapi kapten duduk berjajar tak jauh dari arena. Beberapa orang melakukan pemanasan, sementara seorang yang lain memutuskan untuk menjadi yang pertama menyerang. Tidak sampai dua menit, ia terpental dan jatuh tersungkur. Hal ini membuat pesaing lain menjadi penasaran: sebegitu sombongnyakah sang kapten dengan kemampuannya itu? Ia ingin memamerkan kemampuan bela dirinya yang cukup unik pada para peserta. Hal yang sama bahkan terulang hingga peserta ketujuh. Hingga menit ke-30, belum ada satu pun prajurit yang berhasil membuat kapten keluar dari garis kotak tempatnya berdiri.

Peserta kedelapan memasuki arena seleksi. Ia tampak tenang sejak duduk di tempat yang tak jauh dari arena. Suara sorak sorai dan teriakan tak percaya terlontar ketika ia melangkahkan kaki ke sana. Sang kapten terus waspada. Suara-suara yang ia dengar jauh lebih ramai dari sebelumnya. Ia hanya bisa mengandalkan kepekaan indera dan feeling-nya. Sesaat setelah peluit dibunyikan, peserta itu menyerangnya. Pada gerakan pertama, sang kapten tampak mengerutkan keningnya. Pergelangan tangan itu sempat terkunci selama beberapa detik. Ia ingin menyerang dan mengunci balik, tapi sayangnya gerakan peserta itu jauh lebih cepat. Serangan ketiga pun dilancarkan. Ini sudah lebih dari tiga menit dan tak ada satupun dari dua petarung di dalam arena yang terpukul mundur. Keduanya sama kuat dan hal inilah yang membuat sang kapten merasa aneh.

Dalam sejarahnya menjadi salah satu juri seleksi, tak ada satupun peserta yang bisa membaca gerak dan serangan unik sang kapten dalam bertarung. Namun, peserta ini cukup berbeda. Semua gerak dan serangannya selaras dengan serangan sang kapten hingga bisa dikatakan kapten bertarung dengan dirinya sendiri. Pada menit keempat, peserta kedelapan menyerang, menendang, mengunci, dan hendak membanting. Sayangnya, sang kapten lebih dulu bersiap sehingga keduanya berakhir jatuh bersamaan di luar garis kotak. Sang kapten: jatuh.

Sorak sorai prajurit lain membuncah, disusul dengan ekspresi kecewa karena mereka harus melewati babak-babak lain yang jauh lebih banyak menghabiskan tenaga. Jatuhnya sang kapten membuka potensi lawan dikenal oleh banyak petinggi. Jatuhnya sang kapten di arena juga merupakan saat yang tepat untuk membuat pengakuan—bahwa unitnya kedatangan seseorang yang betul-betul tangguh—dan membuka penutup matanya.

"Kau pikir ini masuk akal, eoh? Selama hampir sepuluh tahun aku berdikari dengan seluruh kemampuan yang kumiliki, memimpin sebagai kapten di Tim Beta, menjalankan lebih dari dua puluh misi, dan apa? Hari ini di depan banyak orang aku seharusnya membuka penutup mata dengan sukarela, tapi kudengar peserta itu meminta pada panitia untuk tak melakukannya. Astaga. Parah. Ini benar-benar parah. Aku tak tahu di mana harus kuletakkan wajahku sekarang, aish!"

"Kapten Lee, Anda harus ikhlas menerima semua itu."

"Ya! Kalau dipikir-pikir lagi, bukankah aku dan dia jatuh bersamaan? Bukankah ini artinya aku tidak kalah? Jadi bukankah seharusnya memang aku tak membuka penutup mata? Siapa dia sebetulnya? Yang mana? Kebiasaan buruk panitia adalah menyembunyikan wajah peserta yang berhasil itu dari kita."

"Kapten Lee, Anda harus tenang. Jika butuh meditasi, saya akan menyediakan ruangannya untuk Anda."

"Me.. meditasi? Apa? Meditasi apa? Aish. Aku sedang tak ingin bicara denganmu. Pergi!"

"Siap, laksanakan!" Kopral Jo, yang sejak tadi menjadi korban curahan hati, benar-benar beringsut pergi. Ia kembali ke ruangannya, meninggalkan sang kapten yang tengah kesal.

Lee Eun Sang, ia lulusan terbaik Akademi Militer Korea, putra dari seorang petinggi di Unit Pasukan Kontra-Teroris Utama dan Reaksi Cepat Korea Selatan. Prestasinya di kemiliteran tak pernah diragukan. Keberhasilan menjalankan misi-misi yang cukup berat membuat ia dijuluki sebagai kaki elang. Ia pandai menyusun taktik dan perencanaan. Meski demikian, ia juga terampil dalam bela diri dan menggunakan senjata. Kepekaan indera yang ia miliki sangat membantu dalam perjalanan karier di kemiliteran. Ini adalah tahun ketiga Lee Eun Sang menjadi kapten Tim Beta dari Brigade Pasukan Khusus ke-15 "Golden Lion" Komando Perang Khusus Tentara Republik Korea. Dengan kemampuan dan dedikasi yang dimilikinya, pemuda itu seharusnya bisa meraih jabatan yang lebih tinggi. Sayangnya, ia jarang mendapat promosi akibat beberapa kali melanggar protokol lapangan.

Dar! Dar! Dar! Dar! Empat tembakan berturut-turut dari pistol Kapten Lee Eun Sang menembus titik tengah target bidik. Tak berhenti sampai di sana, ia beberapa kali berguling dan melepaskan tembakan kembali ke titik bidik yang lebih rendah. Pada satu kesempatan, ia berlari sambil menembaki target manusia bayangan. Ketika pelurunya habis, ia melempar pistolnya ke tanah dan mengeluarkan pisau dari lipatan dekat ikat pinggang. Diserangnya target manusia bayangan yang terbuat dari jerami, menusuk tepat di ulu hati, memukul dagu, kemudian menyerang tepi leher.

"Wah wah wah... Kapten Lee, apa yang membuatmu tiba-tiba rajin berlatih seperti itu?" Seseorang muncul dari pinggir lapangan dan menyapa Lee Eun Sang, Han So Jin.

"Eoh, Han Sangsa! Kau tak mendengar rumor tentangku? Ah, benar. Kau baru saja naik pangkat. Jadi, harusnya itu adalah 2ndLiteunant Han So Jin!" teriak Lee Eun Sang. Ia masih terus berkutat dengan manusia jeraminya.

"Ah, ternyata gara-gara itu kau terprovokasi? Ckckck, luar biasa. Daripada berlatih dengan manusia jerami itu, bagaimana jika kau berlatih denganku? Kupikir, aku bisa memberimu serangan yang cukup fantastis. Jangan bermain dengan benda mati!" ejek Han So Jin.

"Berhenti mengejekku, Letnan Han! Kemarilah! Mari kita bertarung!" Secepat kilat, Han So Jin berlari ke tengah lapangan dan menyerang Lee Eun Sang.

"Woahh, kau kuat sekali. Jadi, bagaimana 'ia' bisa mengalahkanmu?" Lee Eun Sang menangkis serangan Han So Jin tanpa basa-basi dan balik menyerang. Ia memasukkan pisau kecilnya ke dalam saku dan bertarung dengan tangan kosong.

"Itu sungguh tak terduga. Ia benar-benar... bagaimana mengatakannya? Aku seperti bertarung dengan diriku sendiri. Apakah dia robot? Ha!" Eun Sang mengunci pergerakan Han So Jin hingga pria itu tak berkutik dan terdiam selama beberapa saat.

"Mari kita hentikan sampai di sini, Kapten Lee. Kali ini kau berhasil mengunciku. Sekarang mari kita bersiap," ujar Han So Jin.

"Apa? Sudah? Begitu saja? Kau mengingatkanku pada laki-laki yang pernah berkelahi denganku di hari ketiganya masuk wajib militer. Pria gila. Apa? Bersiap untuk apa? Apakah ada yang mau datang?" tanya Lee Eun Sang. Ia tak begitu penasaran dengan hal yang dibicarakan So Jin.

"Kita akan menyambut anggota tim baru untuk misi yang akan datang." Lee Eun Sang lupa. Beberapa waktu lalu, dua anggota timnya dipindahtugaskan ke tim yang baru, dengan misi lain. Beta Team membutuhkan anggota baru yang setidaknya memiliki kemampuan setara dengan anggota lamanya.

"Ada berapa orang yang akan bergabung?"

"Dua orang. Satu sersan mayor dan yang lain sersan," jawab Han So Jin.

"Oho, baiklah, mari bersiap menyambut mereka. Kajja." Lee Eun Sang tak memikirkan apa pun. Satu-satunya harapan yang ia miliki adalah anggota tim barunya berkemampuan minimal setara dengan rekan pendahulu. Ia bahkan tak sempat berpikir bahwa salah satu dari dua calon anggota timnya adalah seorang wanita.







(TBC)










Note:
Yeokshiiii!!!! Siapa yang sudah nunggu Kapten Lee??? Wkwkwkwk 🤭🤭💕
Akhirnya part dia muncul jugaaa setelah sekian lama 😂😂🔥
Happy reading, Yeorobun.

[2020] LET ME WIPE YOUR TEARS ☑️Where stories live. Discover now