Time Will Tell

1.9K 36 9
                                    

Akhirnya Aji menyewakan apartemen yang lebih kecil dari apartemenku sebelumnya dekat kampus dan harganya tentu lebih murah.

“Hun, aku memakai tabungan yang kusiapkan untuk pernikahan kita. Kamu gak apa-apa?” tanya Aji sebelumnya.
“Justru kamunya gimana?” aku balik bertanya.
“Kupikir karena ini buat kepentingan kita juga, ya gak masalah.”
“Aku setuju!” ujarku cepat.
“Huu…dasar!” Aji mengacak rambutku.

Lalu Aji mengirim surat ijin ke kantornya untuk bekerja remote dari Jepang, meskipun kadang ia dinas ke luar negeri namun menurutnya dia merasa tenang bila bersamaku.

Sementara aku menunggu jurnalku publish, aku masih membantu penelitian di rumah sakit bersama Sienna.
“Sien, maafin gue ya,” kataku saat pulang bersamanya dari rumah sakit.
“Maaf apa? Lo gak salah apa-apa kok,” jawabnya sambil tersenyum.

“Harusnya gue gak ngebiarin ini semua terjadi.”
“Jangan gitu dong…artinya lo nyesel bareng gue.”
“Enggak, maksud gue bukan nyesel tapi harusnya gue gak ngancurin perasaan lo. Padahal lo baru kehilangan juga kan waktu itu,” jawabku mengeluarkan ketidakenakanku padanya.

Thanks a lot, babe. Arigatou gozaimasu.” Sienna membungkuk padaku.
“Apaan sih?”
“Ya gue makasih karena lo justru menyelamatkan perasaan gue yang udah hancur lebur. I feel alive and I’m happy I have feeling for you. My feeling so true but we've had a situation here. I totally understand.
Aku terharu mendengarnya, tak terasa air mataku menitik.

“Asal lo tau, gue gak akan berhenti mencintai lo.”
Aku terbatuk mendengarnya.

Bener-bener sontoloyo!

Aku pun sekarang tulus menyayanginya sebagai sahabat.

Sepanjang jalan yang kami lalui diselimuti bunga sakura yang berguguran bagai permadani yang menghampar. Pertanda sebentar lagi akan masuk musim panas.

“Lo liat…bagai sakura yang mekar dalam waktu singkat namun memberi kesan serta kenangan yang abadi, begitu juga dengan perasaan gue buat lo.”
“Pret!” aku mengucek-ucek wajah sok romantisnya.

Kami tertawa lepas, sebebas perasaan yang sudah tak terbelenggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kami tertawa lepas, sebebas perasaan yang sudah tak terbelenggu.
“Azalea…” Sienna mengunci kedua lenganku dan memelukku erat. Manik matanya menatapku lurus dan lembut. Perlahan tapi pasti bibirnya menemukan bibirku dan memagutnya lembut.

“Makasih Lea…Sakura Indahku.”
Baru kali ini kulihat mata Sienna berkaca-kaca.
Kami pun meneruskan perjalanan pulang dengan diam dan berpisah di stasiun Tama Center.

Di kereta aku mendapat notifikasi email yang mengabarkan kalau jurnalku sudah submit.

Thank’s God.

Begitu sampai di stasiun Minami Osawa, aku berlari ke pelukan Aji yang sudah menungguku.
“Aku ada kabar bagus!” ujarku senang sembari melompat-lompat, tak peduli pandangan orang-orang yang memperhatikan.

 “Aku ada kabar bagus!” ujarku senang sembari melompat-lompat, tak peduli pandangan orang-orang yang memperhatikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Oke…oke…kamu dulu,” kata Aji.
“Aku dulu? Emangnya kamu punya kabar apa, hayooo?”
“Udah, kamu dulu aja. Apa?”
“Jurnalku sudah submit! Yaayyy!!!”
Aku melompat bagai anak kecil kegirangan, Aji tertawa melihatku.

“Mau makan sushi dulu buat selamatan kecil-kecilan kita?” tawaran yang menggiurkan dan pantang ditolak, pamali.
“Terus apa berita bagus dari kamu?” tanyaku.

“Hmm...Karena tabungan pernikahan kita sudah terpakai buat biaya kita di sini. Pernikahan kita batal.”
“Hah?! Batal kok bagus? Bagus dari mananya?!” protesku.

“Tunggu…belum selesai! Batal nikah di Indonesia, jadi kita nikah di sini aja. Mama papaku sudah setuju dan mama bapak kamu juga oke, apalagi si Berry. Siapa tau dia jodoh ketemu Miyabi.”

Kami terbahak-bahak membayangkan si Berry ketemu Miyabi.

Begitu jadwal sidang dan wisuda keluar, aku mengabarkan rencana kami pada orangtua masing-masing yang disambut dengan suka cita.
Tak lupa kukabari Syilla.
“Cay!”
“Dut!”
“Gua mo nikah Cay!”
“Asiiiikkk…kapan?”
“Nanti abis wisuda, biar sekalian ortu pada ke sini. Lo cuti dong ke sini sekalian bawa si Joy.”
Your wish is my command, ma'am!”

Kemudian tibalah hari dimana aku mengikat janji suci dengan Aji yang disaksikan masing-masing keluarga inti serta sahabat, Syilla dan Sienna.

“Selamat berbahagia Sakura Indahku,” Sienna mengecup pipiku memberi selamat.
“Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan, lo!”
“Dikiiiittt…”
Kami pun tertawa dalam kebahagiaan.

Ternyata memang yang terjadi adalah pernikahan tanpa rencana, namun sakral serta berujung indah dan membahagiakan.
Itu hadiah terindah dari Tuhan untukku.



______
Alhamdulillah TAMAT juga cerita Lea dan Aji.

Eh, lagu-lagunya coba didengerin ya biar lebih menghayati baca per part nya 😁

Makasih ya para terorejingku yang udah meneror tiada henti, gak subuh, pagi, siang, sore, malem, terus deh muter gitu.
Luv u deh.

Terutama...makasih banyak buat yang udah baca dan ngikutin cerita ini dari awal ampe akhir.
Sekali lagi makasih, yaaa

Eh iya Follow aku ya buat yang belom follow. Nanti aku bikin cerita-cerita lagi buat kamu.

Happy Reading yes
XOXO
😘♥️

(Not) Only YouWhere stories live. Discover now