First Night?

469 41 7
                                    

Apartemen Baru

Aku melihat-lihat lingkungan sekitar apartemen dari jendela depan dan pintu belakang. Model pintu belakangnya berupa pintu full kaca geser dan tidak memakai gordyn.
Aku masukkan ke list belanja untuk membeli gordyn.
Untungnya apartemen ini full furnished jadi sepertinya aku tidak perlu membeli banyak barang.

Apartemen ini tipe 2 ldk, ada living room, dining room, dan bed room. Sebenarnya living room dan dining room adalah satu ruangan besar, karena dipasang pintu geser sebagai partisi, ruangannya bisa menjadi dua fungsi.

Aku beruntung mendapat apartemen ini karena biasanya student dapatnya apartemen tipe studio yang lebih kecil dari ini.

Aku menghirup udara segar sore hari sekuat paru-paruku mampu menampung oksigen yang masuk.

Hmm...segar sekali!

Segar tapi dingin sih, perutku mendadak terasa lapar. Baru kusadari dari pagi belum ada makanan yang masuk ke perut, hanya minum segelas coklat hangat di bandara.

Aku tengok ke dalam Aji tidak nampak batang hidungnya.

“Ji…Aji, lagi ngapain?”

Hening, tidak ada jawaban.

Kututup pintu kaca geser dengan perlahan dan kukunci, lalu melihat sekeliling ruang apartemenku. Nyaman dan wangi khas tatami begitu menguar, aku suka.

Tatami adalah tikar anyaman khas Jepang, hampir semua ruangan dipasang tatami, hanya area dapur saja yang dilapisi vinyl.

Kulihat ke dalam kamar tidur, ternyata Aji sudah terlelap, jelas sekali dia kelelahan.

Aku makan apa, ya?

Aku buka kopor besar berisi makanan, kupilih mie instant yang mudah dibuatnya.
Ealah…aku belum punya panci untuk masak air.
Aku coba minum dari keran yang kata Fengxia bisa diminum, hm…benar, airnya segar.

Aku masuk lagi ke kamar dan duduk di samping kasur. Mau kubangunkan Aji tapi tak tega, jadi kutunggu saja lah.

Kuperhatikan sosok Aji, tubuhnya tinggi hingga kakinya sedikit menjuntai, perawakannya berisi, bentuk bibir merahnya serasi dengan tulang hidung yang tinggi dan alis hitam yang menyempurnakannya.
Jemariku terus menelusuri setiap lekuk wajahnya.

Aji membuka matanya sedikit sambil tersenyum, aku kaget dan segera berdiri, salah tingkah.

“Eh, sori…aku gak bermak –“

Belum selesai aku bicara, Aji menarik tanganku dengan kuat hingga aku jatuh ke pelukannya.

“Ssttt…”

Oh My…

Didekap erat seperti ini mengunciku, tak sanggup kumeronta, dadaku berdegup lebih kencang sampai aku takut kalau Aji merasakannya juga.
Tangan dan kakiku terasa lebih dingin sementara tubuhku memanas.
Apa ini panas karena dipeluk atau aku merasakan panas yang lain?

Oh, My...

Aji berguling hingga posisiku berhadapan dengannya, kurasakan napasnya yang hangat di wajahku.

“Aku sayang kamu, Lea.”

Aku terdiam dibawah tatapan sendunya.
Dadaku semakin bergemuruh, napasku mulai tak beraturan.

Let me love you, Azalea,” ucapnya setengah berbisik.

Lalu Aji mengecup bibirku dengan lembut dan lama yang semakin membuatku gerah.
Lidahnya mulai bermain didalam mulutku, menimbulkan sensasi menggelitik yang membuatku ingin menggeliat dipelukannya.

Bibirnya menjelajah leherku, lenganku mencengkeram bahunya dengan kuat menahan desisan nikmat.

Aji semakin menggebu, aku semakin terhanyut.  Daun telingaku dicecap dengan sedikit gigitan lembut.
Pecah sudah pertahananku, aku mendesah menggeliat membebaskan diriku dari dekapannya.

Aku balas melumat bibirnya, menciumi garis rahangnya terus ke bawah menelusuri lehernya dengan bibirku.

Sisi liarku menginginkannya, sisi lainnya melarangku dengan segala aturan pamali yang selalu dijejali mama sedari kecil.

Lengan Aji membuka kancing celanaku, pertahananku hanya setipis dalaman sekarang.
Pikiranku semakin kalut antara menikmati dan takut, tiba-tiba Aji membalikkan tubuhnya menindihku.

“Ji…udah ya, Ji.” Aku berkata lirih masih dengan napas memburu, dan aku tak mampu meronta, lemas dibawah tindihannya.

Aji kembali mencumbuku, melepas pakaianku, semakin bergairah didadaku.

I love you Azalea, trust me.” Bisiknya lirih di telingaku sambil mengulumnya.

Mati lah aku…

Aku sudah tidak tahu yang terjadi selanjutnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(Not) Only YouWhere stories live. Discover now