Make You Mine

531 23 4
                                    

Jadwal wisuda sudah terpampang namun apa daya, aku masih menunggu jurnalku submit. Perpanjangan masa studi yang kutakutkan akhirnya malah terjadi. Sebenarnya jurnal kedua sudah kukirim ke publisher namun prosesnya memakan waktu lebih lama dibanding jurnal pertama.

Dana beasiswa untuk biaya hidup sehari-hari sudah tidak kuterima dan sekarang aku harus segera keluar dari apartemen. Dalam waktu satu minggu aku harus segera menemukan tempat tinggal baru sampai jurnalku publish.

Belum lagi aku harus mengurus laporan administrasi di kantor karena kalau tidak, aku dianggap mangkir dan harus mengganti biaya selama studi.

“Le, ayolah lo tinggal di tempat gue. Emang lo ada solusi lain yang lebih baik?” ujar Sienna, “Kalau kita bareng, seenggaknya lo gak perlu mikir sewa apartemen,” lanjutnya.

Sudah tiga hari ini Sienna terus memintaku untuk pindah ke apartemennya. Aku belum bilang apa-apa ke Aji, aku takut tapi di sini aku butuh fasilitas untuk menopang kehidupanku sampai lulus.

“Oke, gue tinggal bareng lo,” putusku setelah menimbang-nimbang terutama dari segi finansial dan kepraktisan.

Ketika kuceritakan pada Syilla, dia menyerahkan semua kepadaku. Kupikir begitu lebih baik daripada mengkritik karena kondisiku sudah diluar rencana.
Untungnya apartemen Sienna dekat jadi kami tak kesusahan memindahkan barang yang penting.

“Oke, barang terakhir cuma koper lo ini, kan?” Sienna membawakan koperku keluar apartemen.
“Iya. Besok gue serahin kunci apartemen ke International Center.”
“Siaaap! Babang ganteng bakal nemenin!” serunya ceria.
“Pret!” kusapu wajahnya dengan tanganku.

Setelah membereskan barang-barangku, Sienna mengajak makan malam di luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah membereskan barang-barangku, Sienna mengajak makan malam di luar.

“Enggak lah, mending bikin aja deh, sayang uangnya. Kamu harus hemat juga.” Tolakku tegas.
“Okeee…kalau gitu Tuan Putri mau dimasakin apa?” gombalnya kumat.
Baru akan kujawab, hp ku duluan berdering.

Aku menatap bimbang, tak tahu harus bicara apa. Akankah dia mengerti keadaanku sekarang?
Deringnya berhenti. Belakangan ini sudah beberapa kali video call Aji tak kuangkat, pesan teks kubalas basa basi, dan juga beberapa missed call.

“Angkat aja sih. Gak baik kalau dibiarin gitu, nanti dia malah kepikiran macem-macem.” Sienna berkata ringan.
Iya juga pikirku, lalu kami makan dalam diam.
.
.
Satu bulan sudah aku tinggal bersama Sienna dan setiap Aji menelepon aku selalu angkat ketika sedang berkegiatan di luar.
Seperti sekarang ini, setelah seharian berkegiatan di rumah sakit dan kampus, aku dan Sienna berjalan bersisian di Tama Center menuju apartemen.
Lagu Make You Mine dari hp Sienna menemani perjalanan.

Kami berbagi earphone dan bergandengan tangan sambil sesekali mengikuti lirik lagunya dengan tawa.
Tiba-tiba hp ku bergetar di saku celana, dari Aji. Kuberi tanda pada Sienna agar tidak menggangguku.

“Hai hunny,” sapa Aji tanpa senyum.
“Hai bunny,” balasku pura-pura ceria.
“Kamu di mana?” tanyanya.
“Mau pulang, masih jalan nih.” Kuarahkan kamera ke jalan di depanku, “Nanti aku telepon lagi ya kalau sudah di apartemen.”
“Oke.” Aji langsung menutup sambungan telepon tanpa kecupan-kecupan romantis virtualnya.

Sepertinya Aji merasa ada yang aneh pada diriku. Aku tak menyangkal, namun aku belum menemukan waktu yang tepat untuk menceritakan semua.

Sienna tiba-tiba berhenti di taman ujung apartemen.
“Lea, gue serius. Gue sayang banget ama lo,” tatapan matanya tak bohong.
Aku menelan ludah membasahi kerongkongan yang kering.
“Lea, gue mau kita nikah!” serunya tanpa ragu.

Oh My!

Aku tercekat sama sekali tak menyangka Sienna akan nekat begini.
Hp ku bergetar, kuangkat panggilan dari Aji.

“Di mana hun?” tanyanya.
“Belum sampai. Nanti aku telepon lagi ya.”
“Tunggu!” teriakan Aji terdengar dekat dan nyata tepat sebelum kusudahi teleponnya.

Lalu muncul sosok lelaki yang sudah sangat kukenal dari kegelapan malam.
Aku diam tak bergerak, jantungku copot secopot-copotnya.

 Aku diam tak bergerak, jantungku copot secopot-copotnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(Not) Only YouWhere stories live. Discover now