Mood Booster

320 28 4
                                    

Kedai es krim ini tidak besar tapi homey dan enak untuk hang out sore-sore. Segelas besar banana split mendinginkan panas hati dan tubuhku akibat ulah si Sontoloyo, Sienna, tadi.

Harusnya kutendang saja selangkangannya, biar tau rasa!
Lagipula tingkahnya yang sok akrab sudah membuatku jengah, sekarang malah semakin kurang ajar.

Aji sudah hapal tabiatku, bila ada hal yang tidak mengenakan hati, dia tidak akan langsung membahas. Seperti sekarang ini, guilty pleasure treatment ini membuatku puas mengeluarkan unek-unek yang kemudian didinginkan dengan es krim, never fail!

“Aku percaya kok sama kamu,” dengan belaiannya Aji berusaha menguatkanku. Caranya yang manis menyejukkanku yang selalu spontanitas dan berapi-api.

“Belom juga mulai udah ketemu setan aja!” sungutku kesal.
“Eh, Syilla apa kabarnya ya?” pengalihan topik ke Syilla membuatku tersedak.
“Ya amplop! Gawat gawat! Dari waktu itu dia nelepon aku tutup, aku belum kontak lagi!” kukeluarkan hp dan langsung wa call.

Sinyal internet di sini yahud, kualitas jaringannya bagai puma lari mengejar mangsa dan jernih bak mata air pegunungan.
“Nyet!” suara Syilla langsung terdengar.
“Maafkan diriku ini wahai penakluk pria bernama Joy.”
Joy adalah kekasih Syilla dua tahun ini.
“Gilingan! Ngapain lo nelepon?”
“Bagai pungguk merindukan bulan, daku mengharap maaf darimu.”
“Najoooong! Berenti gak lo, gue tutup nih, jijay banget!” ancamnya misuh-misuh.
Jurus andalan kalau sahabat konyolku merajuk harus digombalin ala-ala pujangga salah jurusan.

“Gue kangen,” ujarku jujur. Di saat ada yang mengganggu pikiran seperti ini biasanya aku cerita padanya.
Mana bisa aku membiarkannya berlama-lama mendiamkanku.
“Gue minta kitkat green tea. Gak mau satu!”
“Preman!” balasku.
Pecahlah tawa kami berdua lalu kami saling berbagi cerita dengan seru. Aku tidak menceritakan perihal Sienna demi menjaga perasaan Aji.
Setelah puas ngobrol ngalor ngidul kusudahi percakapan kami.

Kugenggam tangan Aji, “Makasih ya Ji udah ngingetin soal Syilla."
Aji tersenyum sambil mengacak rambutku, “Nambah lagi ga es krimnya?”
Aku menggeleng.
Kami diam menikmati pemandangan di luar jendela, dedaunan yang berwarna warni semakin indah diterpa matahari sore dan kedai semakin ramai oleh dengung suara obrolan anak-anak sekolah Jepang yang datang.

“Hun, kamu gak apa-apa?” tanya Aji memecah keheningan diantara kami.
“Justru kamu yang gak apa-apa?” kataku balik bertanya.
“Aku tau kamu, hun. Selama kita bareng dari jaman sekolah, aku tau gimana kamu ngadepin orang yang usil,” jawabnya menguatkanku.
“Kamu gak bt?”
“Banget!” ujar Aji mengepalkan tangan.
Kuusap pipinya menenangkan.
Aji meraih tanganku dan membawanya ke kehangatan bibirnya, aku pun tak berniat menariknya kembali.

Sialnya, dalam diam kami, pikiranku malah mengembara ke si Sontoloyo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sialnya, dalam diam kami, pikiranku malah mengembara ke si Sontoloyo. No, no, no! Jangan rusak mood yang udah membaik. Es krim satu ronde lagi gak bakalan mempan nanti.
Ya Lord, biarkanlah aku merasakan kehangatan dari lelaki baik tanpa cela dihadapanku ini dengan sepenuh hati.

“Pulang yuk, Ji,” ajakku.
Sepanjang jalan dedaunan berwarna warni berguguran mengiringi langkah kami.
“Besok aku flight jam sepuluh malam, transit di Malaysia, nyampe Jakarta pagi,” Aji menghentikan langkahnya lalu menatapku, “Kamu baik-baik ya,” dikecupnya dahiku dan mengacak rambutku lembut.
Aku jadi melow dan sedikit takut, entah perasaan apa yang kurasakan saat ini.

Kami tiba di apartemen dengan diam, tanpa banyak kata seolah saling memahami apa yang dipikirkan masing-masing.
Aku mandi, Aji packing. Aji mandi, aku menyiapkan makan malam. Kupilih lagu Missing You John Waite yang mewakili perasaan melowku, i've already missing him.

Selesai makan aku duduk santai di balkon belakang, sejenak memperhatikan beberapa orang yang baru pulang. Tiba-tiba sosok yang mulai termemori di kepalaku muncul dari kegelapan menuju salah satu bangunan apartemen di seberang jalan.
Si Sontoloyo!



(Not) Only YouWhere stories live. Discover now