Him Again

352 28 0
                                    

Kenapa dia di sini?

Don’t over react! Mungkin aja kebetulan dia ada perlu ke sini titik.
Aku jadi heran, dari mulai tadi di acara, cowok itu seperti berusaha mengakrabkan diri padaku terus.
Eh, tapi waktu di stasiun Minami Ohsawa dia rada galak juga waktu aku salah sangka padanya.

“Kenapa, hun?” Aji mengacak rambutku lembut.
Shit! Gue malah kepikiran cowok tadi. Dibilang jangan dipikir, malah kepikiran!

“Hei! Kenapa jitakin kepala kayak gitu?” Aji menahan tanganku.
“Enggak, gak apa-apa,” elakku sambil nyengir.

Lagian tadi sebelum dia pergi kenapa kok ngeliatin Aji kayak yang sewot bener. Kenapa ya?

“Lea, daritadi kenapa sih?” gawat Aji mulai nanya-nanya.
“Siapa emang cowok yang tadi?” Nah loh kok Aji tau.
“Hah?” aku gelagapan.

“Iya, cowok yang tadi itu kan yang kamu pikirin?”
“Ya, tadi dia ada di acara dan nantinya aku bakal kerja bareng dia satu lab. Ya udah gitu aja sih.”

“Siapa namanya?”
“Lupa! Dia sih ngomong tapi aku lupa.”
Aku lupa beneran, waktu dia sebut namanya pikiranku lagi fokus ke makanan di buffet, bukan mau menghindar atau menutupi.

“Mungkin apartemen dia di daerah sini juga,” tebak Aji.
“Ya mungkin, soalnya apartemen temanku, Izzah dari Malay, dekat dengan apartemenku.”

Kuminum coklat hangat kalengan yang sudah kubuka. Ah, nikmatnya! Hangatnya langsung menjalar ke seluruh tubuh, hormon endorfin dan dopamin yang mengalir deras membuatku nyaman dan tenang.

Kugandeng tangan Aji pulang ke apartemen sambil sesekali kuisengi melompat ke punggungnya. Aku tak mau pikiranku terganggu hal gak penting, seperti cowok tadi misalnya.
.
.
Ketika sinar mentari membuatku membuka mata, aroma sedap menuntunku untuk segera keluar kamar, hmm…

“Morning my sunshine,” sapa Aji memamerkan lesung pipi imutnya sambil merengkuhku ke dalam pelukannya dan mengecup puncak kepalaku.

“Aku mandi dulu, ya.”
Jadi kebiasaan nih dimanja terus ama Aji, bisa gawat nanti kalau Aji udah balik pulang. Aku kan wanita mandiri yang kelemahannya hanya sedikit homesick, jangan sampai nambah jadi manja juga dong!

Selesai mandi dan berpakaian aku menyantap English breakfast ala-ala dilengkapi jus jeruk dengan lahap. Baru musim gugur rasanya lapar terus, bagaimana nanti musim dingin?

Oh My…

Aku masukkan timbangan badan ke reminder agar tak lupa kubeli.

“Ji, sebentar lagi kita ke kampus ya,” kusemprotkan parfum secukupnya.
Beautiful!” sahut Aji tersenyum melihat aku memakai jaket pemberiannya.

Aji memakai outfit senada denganku, t-shirt putih dan celana jeans biru tua dilengkapi jaket hitam.
Wangi Bvlgari Extreme pour homme memenuhi ruangan, aku suka wanginya jika sudah bercampur dengan aroma kulit Aji.
.
.
“Aku antar sampai gedung jurusan kamu,” Aji menggandeng tanganku. Aku merapatkan tubuh ke lengannya, angin dingin menerpa kencang wajahku.
Di jurusan aku menemui mentorku, Tamura sensei, belum terlalu tua, kutaksir usianya sekitar awal lima puluhan.

“Aku jalan ya. Nanti telepon kalau sudah beres.” Aji pamit akan jalan-jalan di sekitaran kampus.
Kampus ini satu lokasi dengan pusat perbelanjaan besar dan dikelilingi oleh taman lokal, apartemen dan pertokoan.

Aku harus memakai kacamata kuda agar tidak mudah tergoda membeli barang yang tidak perlu namun membuat lapar mata. Lagipula di sini aku susah jajan, tidak bisa sembarangan makan.
Semoga cepat kurus deh.

Tamura sensei membawaku keluar dari gedung utama menuju laboratoriumnya yang terletak di samping gedung utama agak menjorok ke belakang.

Di dalam sudah ada Hideki dan Tomoko, lalu aku diantar berkeliling laboratorium dua tingkat ini.
Uniknya di tingkat dua disediakan futon, kasur lipat khas jepang untuk istirahat bila kelelahan di tengah pekerjaan.

Ketika aku akan turun, ada yang menahanku.
“Hai!” ujarnya jail.

“Hai!” ujarnya jail

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Not) Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang