Welcoming Party

335 32 0
                                    

Pagi di musim gugur membuatku ingin menarik kembali selimut, tapi belaian lembut tangan lelaki nan so sweet ini di pipiku, berhasil membuatku membuka mata.

“Hun, kamu masih banyak yang harus dikerjain, loh. Bangun bangun, yuk.” Aji menepuk-nepuk pipiku.
“Jam berapa sih ini?”
“Jam delapan, yuk bangun.”
Aji melingkarkan lenganku ke bahunya dan memeluk sambil menarikku untuk berdiri, lalu mengecupku lama.
“Iya iya, aku mau mandi,” aku menyerah dan mengambil handuk.

Selesai mandi, kupilih setelan kasual andalan t-shirt hitam dan ripped jeans, tak lupa kusemprotkan cool water aroma mood boosterku. Sementara di dapur Aji memasak sesuatu yang aromanya membuat perutku bernyanyi.

“Masak, Pak?” godaku sambil memeluknya dari belakang dan mengendus masakannya.
“Duduk gih,” perintahnya sambil memberi kecupan singkat.

Aku ambil laptop dan duduk menunggu makan. Tak lama tersaji dua piring English breakfast ala-ala dan jus kartonan, hmm…wangi!

 Tak lama tersaji dua piring English breakfast ala-ala dan jus kartonan, hmm…wangi!

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।


“Banyak banget, Ji, bisa kenyang sampe sore ini sih,” ujarku.
“Dingin gini mesti banyak makan biar anget.”
“Kemarin malem nyuruh jalan biar turun bb, sekarang disuruh makan banyak, huu…!”
“Ya udah sini buat aku aja,” sahutnya sambil berakting mengambil piringku.
“Eits, tak semudah itu Fernando!” aku tepis tangannya dan kami pun tertawa bersama.

Selesai sarapan, kami menunggu Suzuki di taman dekat apartemen, iseng aku main ayunan.
Tak lama Suzuki tiba, kami langsung menuju Sofrbank mengurus nomor hp baruku.
Untuk memiliki nomor hp harus memenuhi beberapa syarat karena sistemnya terikat kontrak minimal dua tahun akan tinggal di Jepang dan setelah dua tahun harus perpanjang kontrak jika kita masih tinggal di Jepang.

Setelah selesai, kami menuju kantor Docomo untuk daftar pemasangan wifi di apartemen.
Lalu kami ke konter tiket kereta untuk membeli abodemen per bulan, beda harga langganan dengan non abodemen lumayan juga.

Setelah beres Suzuki pamit dan menolak ajakan makan siang karena ada urusan lain lagi.
Jadi aku dan Aji makan siang donat dan segelas coklat hangat di Lawson saja, enak juga.

Lalu kami ke kedutaan dengan arahan dari Suzuki, untung aku ditemani Aji, kalau aku sendiri entah berakhir di mana nantinya. Melihat peta jalur kereta yang banyak serta berseliweran, juling mataku dibuatnya, tambah pusing lagi kalau harus pindah kereta dan pindah jalur, sudahlah biar Aji yang menuntunku, setidaknya dia ngerti baca peta dan GPS andalan.

Setelah beres di kedutaan, aku langsung menuju kampus, Fengxia mengingatkanku untuk datang ke acara welcoming party yang diadakan kampusku karena profesor pembimbingku hadir juga.

Aku dan Aji langsung menuju kampus, sampai di stasiun Minami Ohsawa sudah jam tujuh malam. Fengxia sudsh menungguku di pintu keluar stasiun dan langsung membawaku ke restoran tempat welcoming party diadakan.

“Kamu gak apa-apa kan, aku tinggal sebentar?” pamitku.
“Gak apa-apa lah, aku bisa jalan-jalan di sini. Udah cepet pergi sana, gak baik ngebiarin pembimbingmu nunggu lama.” Aji mengacak rambutku lembut. Lama-lama aku jadi suka diperlakukan begitu. Tak sadar aku senyum sendiri.

Begitu sampai, sudah ada empat orang calon teman satu laboratorium di bawah bimbingan Profesor Yamazaki, dari negara yang berbeda

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।


Begitu sampai, sudah ada empat orang calon teman satu laboratorium di bawah bimbingan Profesor Yamazaki, dari negara yang berbeda. Kami saling berkenalan dan berbincang hangat diselingi canda tawa.

Aku mengambil hidangan udang dan salad di buffet, tiba-tiba sebuah suara bariton menyapa dari belakangku.
“Kamu yang dari Indonesia juga, kan?”

Aku otomatis menoleh padanya dengan pandangan bertanya.
“Hai, gue Arsienna, panggil aja Sienna. Tadi belom liat gue, ya. Telat datang gue,” Sienna nyengir lebar ceria sambil mengulurkan tangan.

Aku terpaksa menyimpan piring salad untuk menerima jabat tangannya.
“Hai!”
“Sini gue bawain piringnya, lo pilih lagi aja yang lo mau ambil. Gak usah malu-malu,” Sienna tiba-tiba mengambil alih piring-piringku sambil tertawa dan membawanya ke meja.

Aku melongo melihat aksi sok akrabnya yang ceria itu.




(Not) Only Youजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें