Busy

310 24 0
                                    

Pagi ini aku sukses tidak bangun telat, bahkan sempat bikin sarapan beef slice ala Matsuya sudah matang, dan masih banyak waktu sebelum ke kampus. Pak Gultom kalau tahu pasti bangga, nih. Biasanya hampir tiap hari marah-marah padaku karena telat. Di sini kalau telat malunya ampun, gak ada yang namanya budaya telat, orang jalan kaki aja kayak balapan.

 Di sini kalau telat malunya ampun, gak ada yang namanya budaya telat, orang jalan kaki aja kayak balapan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Balik ke sarapan, karena masih bersisa aku jadikan bento saja alias bekal sendiri.
Saat aku sedang berjibaku dengan wadah-wadah bekal, dering hp memanggil-manggil.

“Hai hun, sudah bangun ya?...Cool babe,” Aji memberi kecupan virtual.
“Iya dong! Lihat nih aku lagi siapin bekal juga,” kuperlihatkan bekal makanku padanya dengan bangga.
Woohoo!” serunya menyemangati dengan gembira.
Aku tersenyum senang melihat lesung pipi imutnya yang bisa jadi mood booster-ku.

“Hei, kamu mau ngapain itu, kok ke kamar mandi?” tanyaku.
“Mandi dong, mau berangkat kan sebentar lagi.”
Oiya kalau di sini jam delapan lewat tiga puluh, berarti di Jakarta sekitar jam enam tiga puluh.

“Kok dibawa hp nya?”
“Ya kali mau sekalian nemenin sambil ngobrol,” Aji melirik menggoda.
Wow, sekarang udah bisa genit dia.
“Asiiikk, bisa liat dong!” kubalas menggodanya.
“Bisa.”
Kemudian Aji menyimpan hp dengan angle pas foto, pinggang ke atas.

Aman!

Tapi kelihatannya hp-nya jatuh karena tiba-tiba yang terlihat langit-langit kamar mandinya.

Hahaha, rasain!

Begitu Aji mengambil hp, dia sudah tidak memakai baju.

Uwow!

Otot perut dan dada yang padat terlihat menggoda di layar hp, apalagi disempurnakan dengan dada yang bidang.
Sebelum semakin banyak yang kulihat, kusudahi teleponnya. Pagi-pagi begini kalau kelebihan mood booster bahaya.

Kembali ke perbekalan, kubereskan secepatnya bekal makan siangku dan berangkat. Aku memilih untuk berjalan kaki saja.
Hawa dingin dan angin musim gugur menerpa wajahku, sampai ujung hidungku terasa dingin.

Namun tak kusangka, di taman ujung jalan si Sontoloyo sedang duduk santai sambil menendang-nendang pasir.

Tenang Lea, tenang.

Aku menghirup udara dalam-dalam untuk menaikkan kembali mood-ku yang tiba-tiba merosot.

“Anin!” dia melambaikan tangannya ke arahku, tapi yang dipanggilnya bukan aku. Sudah dua kali aku mendengarnya.
Kulewati dia begitu sampai didepannya.

“Hei! Udah ditungguin juga, malah melengos aja,” ujarnya sambil menjejeri aku.
“Nunggu siapa?” tanyaku.
“Menunggu mentari pagiku, dong!” dia tersenyum gombal.
“Siapa? Anin?” pancingku kesal.

Mentari pagi apaan? Gue bakar lo baru nyaho!

Sesaat sebelum dia tertawa terbahak-bahak, aku melihat raut wajahnya berubah sedikit.
“Udah ogeb, budi pula lo ya!”

Oke, abis udah kesabaran gue!
Plak!

“Aw! Sakit gila!” dia mengusap-usap puncak kepalanya yang kujitak kuat-kuat.
Jelas banget dia memanggilku dengan nama lain, sok mau mengelak. Bodohnya kebangetan.
Kulirik dia yang manyun, garis rahangnya yang tegas, sorot mata yang menyiratkan kekesalan, dan bibir semu merahnya yang terkatup, tiba-tiba tampak menggemaskan.

Iyuh!

Kugelengkan kepala kuat-kuat untuk mengusir bayangan tadi. Padahal niatku ingin jalan santai, sekarang malah jadi lomba jalan cepat.

Dasar Sontoloyo!

Dan seperti yang sudah-sudah, dia berhasil mengejarku dan begitu terus sampai stasiun kereta.

Begitu tiba di kampus aku langsung menyibukkan diri dengan laporan bulanan untuk ke kantor dan menulis paper. Si Sontoloyo entah kemana.

Tomoko, where is Izzah and the others?” tanyaku pada Tomoko yang kebetulan melintasi mejaku.
They’re doing the experiments in Campus Hino. So, I told you to arrange schedule with Arsienna.” Tomoko mengedikkan kepala ke arah si Sontoloyo di lantai dua.

Aku menghela napas sambil memandang ke atas. Sosok si Sontoloyo yang sedang serius dan sibuk sambil sesekali berjalan mondar mandir, membuat pandanganku terpaku padanya.

 Sosok si Sontoloyo yang sedang serius dan sibuk sambil sesekali berjalan mondar mandir, membuat pandanganku terpaku padanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






(Not) Only YouWhere stories live. Discover now