paludutoru

427 82 22
                                    

*Karakter Doyeon sama dengan Kemusuhan*

----



Namanya juga Mingyu, hidupnya gak jauh-jauh dari Eunha. Mulai dari bocah sampai lulus sekolah jadi calon maba pun yang jadi prioritas cuma Eunha doang.

Doyeon mah lewat.

Padahal Doyeon punya hubungan darah sama dia, tapi gak pernah peduli tuh Doyeon ngapain, Doyeon pergi kemana, Doyeon sekolah sama siapa, Doyeon dapet juara di kelas apa enggak, Doyeon sakit juga Mingyu gak bakalan tahu.

Karena isi kepala Mingyu dipenuhi dengan nama Eunha semua. Gak ada cela buat siapa pun.

"mau kemana kak?" tanya Doyeon melihat kakaknya itu membuka kamar. Berpakaian rapi kayak mau kencan.

Mingyu senyum centil, "nemenin Eunha di rumah,"

"emaknya kemana?" tanya Doyeon lagi. Hatinya lama-lama keras berhadapan dengan Mingyu.

"dinas ke luar kota," jawab Mingyu seadanya. Tadi subuh dia dapat amanah dari Solar, katanya dia ada urusan di luar kota, ia nitip Eunha sama dia.

Sebagai orang yang lebih muda, Mingyu mengiyakan. Gak ngerepotin juga kok.

"terus? Lo mau ninggalin gue di sini gitu? Mama sama papa pulang lusa,"

"lo kan udah dewasa Doy, masa mau ditemenin juga?"

Bangsatnya dikau. Batin Doyeon mengeram.

"Eunha bocah dong?" celetuk Doyeon dengan sinis.

Siapa sih yang gak makan ati waktu kakaknya lebih milih orang asing daripada adeknya sendiri?

"Doy,"

"apa? Emang bener kan?"

"ya gak gitu juga,"

Doyeon membanting bantalnya, ia lantas berdiri menatap Mingyu yang tingginya beda 14 cm sama dia.

"sekarang gue tanya pake logika, umur gue berapa? Apa gue lahir duluan daripada Eunha?"

Mingyu diam ditanya begitu sama Doyeon. Membuat gadis itu membuang muka.

"ngotak kak, lo calon maba, umur lo udah bukan anak paud yang belum bisa itung-itungan,"

"masih bilang gue udah gede? Udah dewasa? Gue tanya lagi, dari mana lo tahu gue udah dewasa? Emang gue udah nikah? Udah kawin? Udah punya anak? Udah punya cucu? Atau udah mati?" tanya Doyeon terus mengajukan pertanyaan, menyudutkan Mingyu biar sadar.

Meski ujungnya gak sadar sadar.

"terus aja Eunha lo utamain, gue mati sekalian biar lo puas jagain Eunha tanpa ada penghalang," ucap Doyeon sadis. Dia kebawa emosi, tapi itu memang isi hatinya selama ini.

Doyeon ingin diperhatikan, apa salah jika dia haus kasih sayang kakaknya sendiri?

Gadis itu enggan melihat wajah kakaknya, ia memilih pergi dari sana.

Membanting semua benda yang terlihat mata, bahkan meja kursi yang ada di sana, Doyeon tendang. Guci kesayangan mamanya juga pecah menjadi banyak kepingan.

Meja komputer di sudut ruangan juga dibanting sama Doyeon.

"SANA URUSIN EUNHA!!! GAK USAH PULANG SEKALIAN, BANGSAT!!!"





----


Beda Doyeon beda Dino. Rupanya rumah keluarga Akira baik-baik aja tanpa masalah.

REFLOW ft 97line✅Where stories live. Discover now