satoru

3.6K 163 5
                                    

Kehidupan telah berlalu. Waktu berjalan sebagai mana mestinya. Begitu pula dengan kehidupan Mina. Meski ditinggal kedua orang tuanya, dia hidup dalam damai, dipenuhi kasih sayang dan penuh cinta. Baik itu dari kakaknya, Jungkook, Bambam, atau pun dari suaminya sendiri.

Mereka semua memastikan Mina tidak kekurangan kasih sayang dan menempatkan Mina pada keadaan serba sempurna.

Bahkan teman-temannya yang sudah berumahtangga pun selalu berkunjung ke rumah hanya untuk Mina. Menemani gadis itu di mana pun dan kapan pun.

Jadi, tidak perlu reuni karena mereka tidak pernah berpisah, mereka selalu bersama. Dalam satu rumah, dalam satu lingkup menyenangkan.

Kali ini yang berkunjung adalah Lisa sama Eunha. Ditambah Coco, anaknya Rose yang dititipin ke sini. Karena Jungkook sama Rose sedang ada kerjaan penting. Sedang anak satunya dibawa ibunya Rose, jadinya hanya Coco yang main ke rumah Mina.

Menuruni anak tangga perlahan, ditatapnya sekeliling. Mina merasa heran karena rumahnya begitu sepi di dalam. Hanya ada Coco yang tertidur di kamar Somi, Ozi dan Harry masih sekolah. Begitu juga dengan Lino sama Somi, mereka berdua ada kegiatan di sekolah, kecuali Aera.

Rasa penasarannya hilang saat menemukan Lisa membawa semangkuk sereal dan menyantapnya lahap disertai suara yang berasal dari televisi.

"Jiyul mana?" tanya Mina mendudukan diri di sebelah Lisa.

Sejak mereka ke rumah, Mina belum melihat keberadaan Jiyul, hanya Uju yang langsung main sama Aera juga Dagyeom.

"lagi tiktokan dia, biasa, anak gue kan gahol," jawab Lisa enteng.

Memang, Jiyul sama Uju tidak ada bedanya. Dari kecil Uju diajarin yang enggak-enggak sama Bambam, makanya Mina sering nyuruh Bamlis bawa anak mereka ke rumah.

Biar gak salah didikan. Tapi Mina juga percaya sama Bamlis, mereka gak bakal merusak otak anaknya sendiri.

"ck, salah apa Jiyul punya ibu kayak elo,"

"wait, lo ngehina gue nih?!" tanya Lisa sewot.

"NAH GUE SETUJU SAMA LO MIN!!" tiba-tiba suara Eunha dari belakang mengagetkan mereka berdua.

Wanita itu menjadi guru piano sepenuhnya, bahkan sudah punya nama sendiri untuk kursus piano. Sedang usaha butiknya dia serahkan kepada tangan kanannya sepenuhnya.

Lisa langsung menatap Eunha sinis, "kayak lo jadi ibu yang bener aja. Kasihan gue sama Dagyeom, masih kecil udah dididik jadi model,"

"iri mbak? Anak gue suka fashion, stylish, you know wha-"

"bacot. Diem ah, gue mau makan!" ucapan Eunha terpotong oleh Lisa. Eunha mencibir sembari melirik saudaranya itu.


"Dagyeom masih sama Aera?" tanya Mina.

Dia gak tenang kalau anak-anak yang ada di rumahnya diluar pengawasan, meski ada Eunha sama Lisa. Tapi tetap saja, Mina khawatir. Yang namanya seorang ibu, pikirannya selalu berpusat tentang anak-anaknya.

"santuy Min, dia lagi belajar sama Aera. Katanya mau jadi model kayak kakak Aera," jawab Eunha disertai seulas senyum.

Mendengarnya Mina sedikit lega.

"lo udah cek Coco kan?"

"udah, masih tidur. Lagian kenapa dititipin ke sini sih? Kenapa gak sama Zuha sekalian?"

"terserah merekalah, lo siapa ngatur-ngatur?"

Bukan. Itu bukan Mina yang jawab. Melainkan Lisa, dua saudara ini gak pernah akur. Sekalinya akur hanya bertahan beberapa detik.

"sewot banget sih?! Makan ya tinggal makan gak usah bacot!"

Shit. Kayaknya gue salah posisi nih. Batin Mina berucap.

Ia melirik ke kanan, ada Lisa dengan tatapan matanya yang selalu tajam. Juga kedua tangan memegang sendok dan garpu erat, seolah siap berperang dengan Eunha.

Sementara di sebelah kiri, ada Eunha yang tersenyum mengejek. Ia berbakat mengolah ekspresinya sejak bermain piano.

Jadi intinya baik Lisa atau Eunha keduanya sama-sama kuat. Tatapan mengejek Eunha tidak bisa dianggap remeh, Lisa pun juga gak bisa dianggap mudah. Sejak dulu Lisa adalah lawan yang kuat.

"masih mau berantem?" sindir Mina.

"mau banget Coco bangun?" sambung Mina masih menyindir kedua temannya ini.

Salahnya Mina di sini. Mereka bukan Rose atau Jiho yang gampang akur. Mereka itu anjing dan kucing, susah buat akur.

"kasih Eunha aja, dia kan yang ribet soal Coco," balas Lisa sengit.

"enak aja, yang bikin rame kan elo, kenapa jadi gue?" sungut Eunha.

"bodo! Serah deh,"

Dan Mina pun menyerah.

Nyatanya kehidupan belum sepenuhnya berubah. Sikap dan perwatakan teman-temannya masih sama, kecuali di depan anak-anak mereka.

Sepeninggal Mina, mereka masih menatap satu sama lain.

"apa liat-liat?!"

"cuih, mana sudi gue ngelihat lo!"

"lo-"

Ucapan Eunha terpotong sesaat setelah mendengar teriakan melengking dari atas. Baik Eunha maupun Lisa, keduanya kompak melotot, terkejut.

"Mina!" seru keduanya langsung berlari ke sumber suara.





















----

"kenapa kakak biarin bunda jatuh?" Aera hanya diam. Mengamati ibunya sendiri jatuh dari tangga dan sekarang tidak sadarkan diri.

Dagyeom menatap Aera meminta jawaban. Begitu pula dengan Uju.

"kak," Uju menggoyang tangan Aera.

Sadar akan kehadiran Uju dan Dagyeom, Aera menunduk dan tersenyum ke arah keduanya.

"bunda baik-baik aja, kalian masuk ke dalam ya? Jangan keluar sebelum kakak ke kamar, ngerti?"

Uju mengangguk, tidak dengan Dagyeom.

Tangan Aera terulur untuk menyisir surai Dagyeom, "masuk ya, sama Uju,"

"tapi bunda,"

"ada kakak, ada mama juga, kalian masuk sana,"

Dengan terpaksa Dagyeom mengikuti langkah Uju dan masuk ke dalam kamar sesuai titah dari Aera.

Sementara gadis itu merasakan kedua matanya panas dan kemungkinan akan menangis dalam beberapa waktu ke depan.

"maaf, bun. Kalau Aera nolongin bunda, Aera bakal mimpi buruk seterusnya,"






----

REFLOW ft 97line✅Where stories live. Discover now