betoru

650 74 3
                                    

Ini hari ulang tahunnya. Namun ada yang kurang bagi Somi. Ada yang aneh dengan hari ulang tahunnya kali ini.

Seolah kejutan yang dibuat oleh ayah beserta keempat kakaknya masihlah kurang lengkap.

Hatinya terasa hampa dan kosong. Ingin menangis namun tidak ingin menangis di depan ayah dan kakaknya.

"kenapa lilinnya gak ditiup?" tanya Mingyu menatap Somi dengan sangat lembut.

Begitu pula dengan keempat kakaknya, mereka semua menantikan senyuman ceria di bibir Somi. Namun yang mereka dapat hanyalah wajah muram dari adiknya itu.

"ayah, bunda masih belum bangun?" tanya Somi beberapa saat setelah terdiam lama.

Pertanyaan Somi mampu membuat seluruh tubuh Mingyu menegang. Matanya melihat ke bawah diam-diam. Kemudian memaksakan sebuah senyum untuk menenangkan hati juga kelima anaknya di sana.

Mingyu menyuruh mereka mendekat. Baik Somi atau Aera langsung memeluk lengan ayahnya. Sebelah kiri diisi Somi dan sebelah kanan ada Aera. Selebihnya, Lino dan Ozi di sebelah Aera, Harry di samping Somi.

Tangan Mingyu pun tidak tinggal diam. Ia balas merangkul anak-anaknya meski kedua tangannya tidak sampai.

"dengerin ayah," kata Mingyu memberi jeda sebentar. Menatap kedua putrinya bergantian.

"untuk saat ini, bunda belum bisa bangun. Ayah ngerti, kalian rindu sama bunda, tapi jangan maksa bunda untuk bangun, bisa?" tanya Mingyu berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Bukan hanya kelima anaknya yang merindukan sosok Mina, ia pun sangat merindukan istrinya itu.

Tiap malam, ia akan menggenggam tangan Mina, menemani gadis itu sampai ia tertidur tanpa sengaja. Berharap esok, ia bisa melihat kedua mata Mina terbuka dan kembali tersenyum padanya. Mengharapkan ucapan "selamat pagi" akan ia dengar seperti hari-hari sebelumnya.

Namun, itu semua hanyalah angan dari Mingyu karena terlalu merindukan sang istri.

"ayah," panggil Lino.

Merasa terpanggil, Mingyu menoleh dan menatap putranya dengan senyum terpatri, "ayah jangan nangis," kata Lino.

Hati Mingyu berdesir. Darahnya mengalir deras dalam tubuhnya, itu yang ia rasakan sekarang.

Sontak yang lainnya menatap mata Mingyu dengan jeli. Benar memang adanya air mata itu ada di dalam tulang mata Mingyu.

Tangan Aera terjulur untuk mengusap pipi ayahnya.

Hal itu membuat air mata yang harusnya disembunyikan, malah keluar dari tempat persembunyian. Menyapa beberapa pasang telinga yang ada di sana.

Aera mengulas senyum tipis, "ayah jangan sedih, bunda pasti bangun kok," karena memang hanya Aera yang paham dengan situasi dan kondisi yang tengah terjadi pada keluarga kecilnya.

Dibalas senyuman pula oleh Mingyu, "ayah baik-baik aja. Yang penting sekarang, kita sama-sama berdoa buat bunda, oke?"

"siap ayah!"

Mingyu tertawa akan kekompakan anaknya dengan Mina. Andai ada Mina di sini, mungkin ulang tahun Somi tak akan sesepi ini.

Cepet pulang, sayang.




Cepet pulang, sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
REFLOW ft 97line✅Where stories live. Discover now