lantoru

661 87 1
                                    

Mina udah siuman dari pingsannya beberapa menit lalu. Sekarang ia tengah berdiri menghadap bangkar yang ada di sebelahnya dengan jengah. Di atas bangkar itu ada seseorang yang masih belum sadarkan diri dari pingsannya.

"gue yang ketabrak kenapa malah dia yang pingsan?" tanya Mina heran. Menunggu setelah beberapa menit ternyata sangat membosankan.

Apalagi cewek itu tidak ada tanda-tanda kehidupan yang akan membebaskan dirinya dari rumah sakit ini.

Mina cukup menderita berada di sini. Kenangan buruk selalu menghantuinya. Mina trauma di rumah sakit.

Lalu ada kehendak yang tiba-tiba menuntunnya untuk memegang tangan cewek itu. Kulitnya bersih dan halus. Lantas Mina melirik tangannya sendiri, kasar. Udah digunakan untuk bekerja di dapur dan membersihkan rumah tiap harinya. Bahkan di beberapa tempat kulitnya ada yang menebal.

"masih mulus," kata Mina menilai. Ia meletakkan tangan cewek itu. Merasa minder karena kalah mulus.

Ia pun berinisiatif memakai sepatu yang dikenakan cewek yang pingsan ini. Kayaknya muat, tapi waktu dipakai sama Mina ternyata gak muat.

"kaki gue udah gede banget ya?" Mina makin terasingkan dengan kehadiran cewek ini. Rupanya dia memang sudah berubah. Khusus bentuk tubuh.

"ck, lo bukan anak sma lagi, Min," decaknya pada diri sendiri.

Ia meletakkan kembali sepatu itu di tempatnya seperti semula. Kembali duduk dan tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana caranya supaya orang yang menabraknya ini bangun.

Lama berpikir tak membuahkan hasil. Mina akhirnya memilih untuk pergi ke atas bangkar dan rebahan lagi.

Matanya menatap langit-langit kamar.

"jadi kangen sama anak-anak," kata Mina pelan. Menerawang jauh, bagaimana kondisi keluarganya saat ini.

Apakah mereka kebingungan mencarinya?

Apakah mereka khawatir akan kondisinya?

Apakah mereka sedih atas ketidakhadirannya?

Mingyu becus kan jaga anak-anaknya?

Awas aja kalau gak becus, pulang dari sini Mina bakal ngusir Mingyu dari rumah.

"eh? Udah bangun?" sadar akan pergerakan dari cewek itu membuat Mina otomatis lompat dari atas bangkar dan berdiri di samping bangkar lainnya.

Ia sangat menantikan cewek itu membuka kedua matanya. Seperti melihat bayi yang baru lahir.

"ayo buka mata ayo," kata Mina semangat. Dia bahkan menggenggam kedua tangannya gemas dengan mata berbinar.

Dan pada akhirnya cewek itu membuka mata. Serta pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sosok Mina di depannya.

"AAAAAAAAAA!!!!!!" Mina gak tahu kalau cewek itu bakal teriak sekencang ini saat melihat dirinya.

Mina langsung meringis kecil dan menutup kedua telinga.

"aduh stop stop, kepala gue pening nih," ujar Mina udah jongkok di bawah.

"woy udahan teriaknya,"

Bukannya memelan, teriakan itu makin kencang dan mengundang beberapa perawat masuk ke dalam kamar.

Susternya panik, "kenapa? Ada apa?"

"cepat periksa dia,"

"gak mau! Awas ada setan!"

"setan?!" teriak kelima suster di sana.

Mina masih tetep pada posisinya di bawah.

"iya setan! Tuh dia ngumpet di bawah," tunjuknya ke bawah.

Mina mendongak, menatapnya tajam.

"AAAAAA SETAN!!!"

"GUE BUKAN SETAN ANJING!!!" balas Mina teriak.

Setelah keduanya diam dan saling memandang, terdengar kekehan dari para suster. Mereka berdua langsung menatap kelimanya sambil berdesis.

"kalian ada-ada aja," kata suster pertama.

"mbak, dia bukan setan. Di dunia ini gak ada yang namanya setan," kata suster kedua.

Suster ketiga nyahut, "dia kan kembaran mbak sendiri, kenapa takut?"

"iya nih mbaknya, lucu," ujar suster keempat.

Suster kelima senyum lebar setelah tertawa puas, "kalian baik-baik ya, yang akur," katanya sambil mengelus lengan mereka berdua.

Setelah itu kelima suster tadi pergi sambil cekikikan.

"siapa lo?!" tanyanya galak.

Mina bertindak acuh, "jadi elo Mina yang ada di sini?" katanya sinis.

Gak percaya kalau dirinya sangat lebay di dunia ini. Padahal dia gak selebay itu.

"kenalin, gue Mina dari dunia lain," lanjutnya mengulurkan tangan.

Mina yang satu menatap tangan itu tanpa minat.

"lo pasti suruhannya Eunha kan? Ck, dibayar berapa lo sampai rela operasi wajah?!"

Mina menggaruk rambutnya gatal, kisah ini dimulai dengan kemusuhan, sama dengan sebelumnya.

"gue Mina. Myoui Sharon Mina. Bukan orang lain apalagi harus operasi demi muka kayak lo,"

"fuck."

Mina ketawa denger umpatan cewek ini. Beberapa waktu kemudian Mina menormalkan ekspresi wajahnya. Dia serius sekarang.

"dengerin gue, percaya atau enggak, gue adalah lo dan lo adalah gue. Gue bukan dari sini tapi gue dari dunia lain yang gue sendiri gak tahu apa namanya,"

Mina yang barusan siuman itu memalingkan wajah, membuat Mina menggeram kesal.

"gue serius. Kalau lo gak percaya, gue punya buktinya," Mina langsung menoleh mendapati orang yang berpura-pura menjadi dirinya itu tengah memandangnya dengan serius.

"gue crossing bawa hape dan hape gue ada di Mingyu,"

"APA?!"

"iya, Kim Mingyu. Cowok yang beberapa waktu lalu kalah balapan motor sama Eunwoo,"

"lo-"

"gue kan udah bilang, gue adalah lo dan lo adalah gue. Baik Mingyu atau Eunwoo, gue kenal sama mereka. Bahkan gue udah nikah sama Mingyu,"

"Haa?!"

Mina menghela napasnya sebentar, "udahlah, gak penting cerita kehidupan pribadi gue sama lo, intinya lo bisa kan ngambil hape gue di Mingyu?"

"enggak," tolaknya mentah-mentah.

"gak usah rewel, lo satu sekolah sama dia, kalau gak minta tolong sama lo gue harus minta tolong sama siapa?"

"bukan urusan gue,"

"childish banget sih!"

"emang,"

Mina menjambak rambutnya frustasi. Kenapa dia bisa menjadi sangat kekanakan dan aneh begini?

"terserah lo deh," kata Mina menyerah. Ia bergegas pergi karena sudah muak ada di sana.

Sebelum itu, Mina sempat balik badan menghadap dirinya yang lain.

"kata sandi hape gue adalah gabungan tanggal lahir ayah mama sama dino,"








----

REFLOW ft 97line✅Where stories live. Discover now