DUA PULUH SEMBILAN

124 4 0
                                    

Ria hanya menatap Aldo malas, dia tak mau berurusan dengannya. Saat Ria ingin mengambil sisi kiri, Aldo menghalanginya. Saat ingin mengambil sisi kanan, Aldo juga menghalanginya.

"Kenapa sih buru-buru? Mau ke Pandu ya." Kata Aldo.

Ria diam tak menjawab. Aldo gemas melihatnya, tangannya bergerak ingin meraih dagu Ria.

"Gak usah pegang-pegang." Sebuah suara menginterupsi sambil memengang tangan Aldo.

Ria, Mita dan Aldo langsung menoleh datangnya suara. Ternyata itu Pandu.

"Galak banget sih, di pegang aja gak boleh." Keluh Aldo setelah tangannya dilepas Pandu.

"Pergi." Usir Pandu.

"Iya iya, sampai ketemu lagi Ria." Kata Aldo dan segera pergi dari sana.

Ria dan Mita diam bersama karena merasa aura dingin didepannya.

Karena menang balapan, Pandu mentraktir teman-teman motornya serta Ria dan Mita di salah satu warung ayam penyet. Mereka terliha bercengkrama satu sama lain, begitu pula Ria, Mita, Amar dan Dani. Berbeda dengan Pandu, dia diam sambil sesekali memperhatikan Ria. Dia mulai mencemaskan Ria jika terjadi sesuatu padanya disaat dia tidak ada. Hal itu membuatnya pusing dan menjambak kasar rambutnya hingga menjadi pusat perhatian disana. Pandu yang tersadar langsung berdiri dari duduknya.

"Gue mau bilang satu hal." Ucapnya.

Semuanya pun berhenti makan dan memperhatikan Pandu.

"Siapapun yang lihat Ria di jalanan dan dia lagi ada masalah, gue pengen kalian bantu dia. Kalau masalahnya besar dan kalian gak bisa atasi, telfon gue. Itu berlaku mulai malam ini. Ngerti semua?" Jelas Pandu dengan serius.

Mereka pun menganggukkan kepala sebagai jawaban. Pandu kembali duduk disamping Ria.

"Ngapain bilang kayak gitu, malu tau." Ucap Ria pelan.

"Kenapa? Elo gak suka?" Tanya Pandu.

"Bukan gitu. Kita kan gak ada hubungan apa-apa, nanti mereka mengira kita ada hubungan. Padahal kan kenyataannya enggak." Jelas Ria.

Pandu tak menjawab dan hanya diam, membuat Ria kesal sendiri. Sementara Mita, Amar dan Dani tersenyum karena gemas melihat tingkah mereka berdua.

Kali ini hari libur, Ria sudah berada di salah satu taman karena sudah ada janji dengan Mita untuk lari pagi. Namun bukan Mita yang datang melainkan Rendi. Ria dibuat kaget melihatnya.

"Hai Ria."

Ria tak menjawab.

"Gue denger elo baru dapat musibah ya."

Ria masih diam tak menjawab.

"Kalau gue tambah lagi musibahnya gimana?"

Ria masih setia dengan diamnya.

"Bagus elo ya, diam aja terus. Kalau diajak ngomong itu jawab." Rendi marah sambil mencekik leher Ria.

Ria tak habis fikir kenapa Rendi senekad ini. Hanya karena tak dijawab, Rendi tidak bisa menahan emosinya. Ria berusaha melepaskan tangan Rendi namun sia-sia. Tak berselang lama sebuah tonjokan mengarah di pipi kanan Rendi dan membuat cekalan Rendi terlepas.

"Berani nyentuh dia, elo berurusan sama gue." Gertak Pandu.

"Santai bro, belum saatnya. Tunggu tanggal main gue." kata Rendi sambil mengusap pipinya lalu pergi dari sana.

"Elo gak papa?" Tanya Pandu.

Ria menggeleng pelan.

Mereka duduk disalah satu kursi di taman itu.

"Makasih ya." Ucap Ria.

Pandu mengangguk.

"Tumben kemari, ada apa?" Tanya Ria.

"Dompet kamu ketinggalan kemarin gara gara kamu pulang dulu. Makanya jadi orang jangan ceroboh. Udah kesekian kalinya kamu ninggalin barang dan kamu lupa. Kalau hilang gimana, siapa yang repot." Jelas Pandu panjang lebar.

"Cerewet banget sih Ndu. Padahal cuman barang yang ketinggalan. Oh iya, kata orang kalau ada cowok yang sikapnya cuek lalu berubah jadi cerewet didepan cewek katanya cowok itu suka lho sama ceweknya. Kamu udah suka Ndu sama aku?" Balas Ria tak kalah panjang.

Pandu hanya diam tak menjawab membuat Ria hanya tersenyum kecut melihatnya.

RIA LOVES PANDUWhere stories live. Discover now