Dua Puluh

138 5 0
                                    

Setiba di rumah, Ria langsung turun dari motornya dan masuk kedalam. Wajahnya terlihat tidak bersahabat. Sedih dan kesal bercampur jadi satu. Saat membuka pintu rumah, papa yang masih duduk santai di ruang TV dibuat bingung. Dia hanya memperhatikan putrinya hingga menghilang dilantai dua. Tak lama bel pintu berbunyi dan suara pintu diketuk-ketuk. Diluar sana Pandu sudah berdiri dan tak hentinya mengetuk pintu. Tak lama pintu pun terbuka.

"Malam, Om. Ria ada?" Tanya Pandu langsung.

"Dia baru datang, tapi kelihatannya sedang sedih. Apa ada masalah?"

Pandu diam tak menjawab.

"Datang kembali besok saja." Lanjut Om Danu.

"Tapi Om."

"Sudah malam." Tutur papanya dan langsung menutup pintu.

Pandu hanya bisa menjambak rambutnya karena kesal dengan dirinya sendiri.

Pagi pun datang, Ria kali ini menghabiskan waktunya dengan berlari pagi. Mengitari komplek perumahan seorang diri. Hingga akhirnya langkahnya terhenti karena kehadiran sosok Pandu. Ria masih memberikan senyumnya meskipun sedih mengingat kejadian tadi malam.

"Hai.." Sapa Ria terlebih dahulu setelah mendekati Pandu.

Pandu diam tak menjawab.

"Tumben pagi-pagi udah kesini, ada apa?" Tanya Ria.

Pandu masih diam, kali ini matanya melihat pergelangan tangan kiri Ria yang membiru. Pasti itu akibat ulahnya. Dia langsung memegang pergelangan tangan Ria. Hanya beberapa detik Ria kembali menarik tangannya.

"Aku minta maaf untuk semua kejadian tadi malam." Ucap Pandu.

Ria hanya tersenyum kecut menanggapinya.

"Kamu marah?" Tanya Pandu.

"Buat apa aku marah. Toh aku bukan siapa-siapanya kamu. Hanya seseorang yang berjuang untuk lelaki supaya kelak dia bisa berbalik menyukai." Jawab Ria.

Entah kenapa mendengar jawabannya, Pandu merasa teriris hatinya.

"Tadi malam aku cuma pengen nonton. Ternyata kamu yang ikut main. Aku datang baik-baik cuma pengen tahu alasan kamu ikut dan berniat mengucapkan selamat. Tapi udah kamu suruh balik aja. Meskipun aku tahu kamu tidak suka dengan kehadiranku, tapi aku mengganggapnya itu ada wujud peduli kamu sama aku supaya aku gak pulang larut malam. Makasih ya." Jelas Ria.

Pandu kali ini benar-benar terdiam, tak mampu berucap dan hanya melihat ekspresi sedih Ria.

"Udah makan belum? Kita sarapan bareng yuk?" Ajak Ria.

Pandu kembali dibuat diam untuk kesekian kalinya. Sungguh baik hati Ria. Disaat gadis yang lain kecewa dengan lelaki yang dia suka dan memilih menghindar, kali ini Ria justru memaafkan dengan jalan yang berbeda. Akhirnya Pandu menerima ajakannya dengan senyuman kecil.

Ria mengajak Pandu sarapan di rumahnya. Mereka langsung menuju ruang makan dimana sudah tersedia nasi goreng dan telor mata sapi. Tak lama Om Danu bergabung. Ria pergi ke dapur karena ingin mengambil minuman dan meninggalkan mereka berdua di ruang makan.

"Saya hanya harap Ria tidak kecewa dan sedih karena orang yang dia sukai. Tapi itu hanya harapan saya, yang kadang tak sejalan dengan kenyataan." Papanya membuka suara.

"Saya minta maaf sudah membuat putri Om kecewa dan sedih karena saya." Jawab Pandu.

"Tidak masalah, saya justru bersyukur. Bersyukur karena Ria sudah bisa merasakan apa itu kecewa dan sedih terhadap orang yang dia sayang. Supaya dia tidak terlalu berharap kepada seseorang yang jelas-jelas sudah mengecewakannya dan membuatnya bersedih."

Pandu terdiam, dia tak bisa membalas. Hingga akhirnya Ria datang dengan membawa tiga gelas jus jambu. Sarapan pun dimulai, hanya keheningan yang menyelimuti. Sampai sarapan selesai tak ada yang membuka suara. Om Danu langsung pergi selesai sarapan. Pandu memakluminya karena dia yakin Om Danu marah karena anaknya telah dikecewakan dan itu adalah hal yang wajar yang dilakukan orang tua.

"Pandu sama papa marahan ya?" Tanya Ria penasaran.

Pandu tak menjawab.

"Aku minta maaf ya atas sikap papa." Lanjutnya.

"Gue bakal berusaha supaya gak buat elo sedih lagi." Kata Pandu.

"Apa alasannya kamu berusaha untuk tidak membuatku sedih lagi?" Tanya Ria.

"Jangan tanya itu." Jawab Pandu.

"Emang kenapa?"

"Karena gue gak tau jawabannya apa." Jujur Pandu.

Ria tersenyum mendengarnya. Dia yakin lambat laun Pandu pasti akan membalas perasaannya.

RIA LOVES PANDUUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum