DUA PULUH DELAPAN

116 3 0
                                    

"Udah baikan?" Tanya Pandu yang sudah duduk di sofa kecil di dekat jendela.

Ria mengangguk sambil tersenyum, sementara Mita hanya diam.

"Kapan sekolah?" Tanyanya lagi.

"Besok mungkin."

"Kalau belum baik jangan dipaksakan."

"Udah baik kok. Apalagi kalau ketemu kamu tiap hari, tambah baik akunya."

Mita langsung menyubit lengan Ria.

"Sakit tau.." Keluh Ria dan Mita hanya memelototkan matanya.

"Aku minta maaf untuk semuanya." Ucap Pandu.

"Maaf? Untuk apa?" Tanya Ria tak mengerti.

"Kejadian di sekolah sebelum kamu kecelakaan."

Ria mengerti maksud Pandu langsung mengangguk pelan.

"Dan aku mohon, udah buat aku khawatirnya." Lanjut Pandu.

"Aku minta maaf." Kini balik Ria yang minta maaf.

"Buat?" Tanya Pandu tak mengerti.

"Karena udah buat kamu khawatir." Jawab Ria jujur.

Pandu langsung terdiam tak membalas. Sementara Mita merasa canggung berada diantara mereka.

Tibalah hari dimana Ria sudah bersekolah. Jam istirahat Ria sudah berada di kantin bersama Mita. Banyak pasang mata memperhatikan Ria, namun Ria tak memperdulikannya. Dia tetap bercerita bersama Mita seolah-olah dia tidak tahu kenyataan sebenarnya dan tuduhan-tuduhan para murid tentang dirinya. Hingga akhirnya Pandu dkk datang bergabung.

"Hai Ria.." Sapa Amar dan langsung mengambil tempat duduk.

"Hai." Balas Ria dengan senyum manisnya.

"Ya ampun Ya, teh manis aja kalah manisnya sama senyuman kamu." Jawab Amar.

Dani langsung menjitak kepala Amar.

"Kena marah sultan nanti." Ucap Dani.

"Sorry sorry.." Kata Amar sambil mengapitkan kedua tangannya.

Entah sengaja atau tidak, Pandu duduk di samping Ria membuat Ria senyum sendiri.

"Udah senyumnya, dimakan baksonya." Bisik Mita.

Ria langsung tersadar, senyumnya pun pudar. Segera Ria menuangkan kecap dan sambal beberapa sendok kemudian diaduknya.

"Mau buat aku khawatir lagi?" Tanya Pandu yang terdengar dingin.

Ria langsung menoleh karena tak mengerti.

"Baru juga baikan, masak mau buat ulah lagi. Ganti baksonya." Kata Pandu.

"Ndu, aku lama gak makan pedes. Ini juga cuma tiga sendok." Balas Ria.

"Ganti." Tegas Pandu.

"Enggak." Kata Ria.

Pandu pun pergi dari sana. Ria dan yang lainnnya dibuat heran. Namun Amar dan Dani memaklumi sikap sahabatnya itu yang pelan-pelan mulai menaruh rasa kepada Ria.

Malam harinya Ria dan Mita sudah berada di sebuah jalanan yang digunakan untuk lintasan balap Pandu. Ria mendapat kabar dari Amar jika Pandu akan balapan malam ini. Akhirnya Ria sudah berada disana menunggu Pandu bertanding. Kali ini Ria antusias, selalu memperhatikan Pandu namun tanpa teriakan seperti di sekolah. Hingga akhirnya balapan dimulai. Pandu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan langsung menjauh dari lawannya. Mungkin karena lawannya yang kurang berpengalaman, Pandu finish terlebih dahulu dan beberapa menit kemudian baru lawannya datang. Ria senang bukan main. Mungkin Ria mulai menyadari, panggilan sultan yang ditujukan kepada Pandu dikarenakan dia ahli dalam balapan dan selalu memenanginya. Ria langsung menghampiri Pandu. Saat baru beberapa langkah, kakinya terhenti karena kehadiran Aldo.

"Hai Ria." Sapanya.

Ria diam tak membalas.

RIA LOVES PANDUWhere stories live. Discover now