DUA PULUH TUJUH

123 4 0
                                    

Di rumah sakit, penampilan Pandu terlihat berantakan. Baju yang dikeluarkan, dua kancing atas dilepas dan melihatkan kaos dalamnya, serta celananya yang merah karena darah Ria. Dia berjalan mondar-mandir sambil menunggu pemeriksaan Ria selesai. Tak berapa lama Om Danu dan Alfa datang. Mereka yang sudah mengetahui kejadiannya tak menyalahkan Pandu.

"Apa kata dokter?" Tanya Om Danu.

Pandu menggeleng. Tak lama dokter keluar dari ruangan itu. Om Danu dan Alfa mendekatinya. Pandu mendengarkan dari posisinya saat ini sambil bersandar tembok.

"Bagaimana keadaan putri saya?"

"Benturan di kepalanya cukup serius, tapi saya harus tetap mengatakannya. Anak bapak kritis saat ini." Jelas dokter itu.

Pandu tak lagi mendengarkan penjelasannya saat kata kritr keluar dari mulut dokter itu. Dia merasa bersalah. Tubuhnya beringsut turun sambil bersandar dinding. Duduk sambil menjambak rambutnya sendiri. Dia tak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Berawal dengan berbagai macam tuduhannya, kenyataan yang sebenarnya dan membuatnya benar-benar menyesal, hingga Ria harus mengalami kecelakaan dan berakhir di rumah sakit. Pandu semakin terlihat kacau. Alfa yang merasa prihatin dengan keadaan Pandu hanya bisa menghampiri dan menepuk-nepuk pelan bahu Pandu sambil berucap kata sabar berulang kali.

Malam harinya Pandu kembali mendatangi rumah sakit setelah pamit kepada Om Danu untuk pulang sebentar berganti pakaian. Disana Om Danu masih setia didepan ruangan sementara Alfa pulang untuk mengambil keperluan. Pandu duduk disebelah Om Danu.

"Saya tak pernah berfikiran Ria akan seperti ini. Mungkin dia terlalu mementingkan orang lain, bahkan dirinya mungkin tak dianggap penting." Kata Om Danu.

Pandu diam mendengarnya.

"Bahkan saya tidak siap jika saya harus kehilangan seseorang untuk kedua kalinya setelah mamanya Ria." Lanjut Om Danu.

Pandu merasa sedih mendengarnya, dia bangkit dari duduknya dan memperhatikan Ria dari kaca pinfu kamar itu. Terlihat disana Ria hanya memejamkan matanya . Melihatnya saja membuat Pandu merasa bersalah, bahkan kesalahannya terus berputar di otaknya.

Pagi harinya Pandu masih setia di depan ruangan Ria. Saat dokter keluar dari ruangan, Pandu langsung menghampirinya menanyakan keadaan Ria. Dokter mengatakan jika Ria sudah melewati masa kritisnya. Senyum mulai tampak di bibirnya. Semalam dia tidak pulang karena Ria masih kritis.

Setelah dipindahkan ke ruang perawatan, Pandu masih setia disana. Dia menunggu Ria seorang diri karena Om Danu harus pulang. Menjelang siang, Om Danu baru tiba dengan membawa beberapa makananan untuk Pandu.

"Bagaimana keadaannya?" Tanyanya sambil menaruh barang di meja.

"Masih belum sadar." Jawab Pandu.

"Kalau kamu mau pulang silahkan, tapi harus makan dulu. Saya tahu semalaman kamu belum makan dan ini hampir siang." Kata Om Danu.

Pandu tersenyum mendengarnya. Entah kenapa mendapat perhatian kecil dari Om Danu hatinya merasa tersentuh. Om Danu pun langsung mengajaknya makan. Saat makan bersama, diantara mereka diselingi obrolan ringan. Om Danu baru tahu jika Pandu anak tunggal dan di tinggal mamanya meninggal saat SMP. Papa Pandu seorang pengusaha mabel yang cukup sukses dan investor. Sementara di rumah Pandu hanya tinggal bersama neneknya beserta asisten rumah tangga. Om Danu pun balik menceritakan kehidupan Ria. Ria tinggal di rumah bersamanya dan asisten rumah tangganya. Om Danu juga menyadari jika waktu kebersamaan dengan putrinya juga jarang. Hingga tak jarang Ria pernah berbuat ulah hanya untuk mendapatkan perhatian papanya.

"Saya percaya sama kamu. Dengan melihat usaha kamu menunggu Ria sampai keadaannya saat ini, saya mohon jaga anak saya. Jika suatu saat kamu sudah tidak ingin, segera bilang ke saya. Supaya saya tidak berharap lebih sama kamu. Saya tidak ingin anak saya merasa tersakiti saat bersama kamu jika memang waktu itu tiba." Pesan Om Danu.

Pandu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Beberapa hari berlalu, Ria sudah pulang dan belum diijinkan ke sekolah hingga benar-benar sembuh. Berita jika penyebab Ratri jatuh juga sudah terdengar di telinganya. Sore ini Mita datang berkunjung dan langsung menemui Ria di kamarnya.

"Kangen banget sumpah." Ucap Mita sambil memeluk Ria.

"Lebay, salah sendiri gak datang ke rumah sakit." Balas Ria sambil melepaskan pelukannya.

"Eh, kamu sendiri ya yang melarang datang ke rumah sakit." Kata Mita sambil duduk di samping ranjangnya.

Ria hanya cengengesan mendengarnya. Tak lama pintu terbuka dan menampakan Kak Alfa.

"Ada tamu nih, cowok elo datang." Kata Kak Alfa to the point.

Tak lama munculah Pandu dari samping Alfa. Kak Alfa mempersilahkan masuk.

"Baik-baik ya didalam." Lanjut Alfa.

"Lah kakak mau kemana?" Tanya Ria.

"Ada acara, gue juga gak mau disini. Gue ogah jadi orang ketiga atau ke empat. Lo juga tau kan orang ketiga itu setan, jadi biar dia aja yang jadi setan." Jawab Kak Alfa sambil berlalu dari sana.

"Kak Alfa...." Teriak Mita yang langsung tersadar dengan sindiran Alfa.

Sementara Ria hanya tertawa kecil mendengarnya.

RIA LOVES PANDUWhere stories live. Discover now