DUA PULUH SATU

132 5 0
                                    

Suatu pagi di sekolah, Ria berjalan santai menuju kelasnya. Senyumannya terus mengembang dibibirnya mengingat hubungannya dengan Pandu sudah semakin membaik. Para murid yang melintas dibuat heran karena sikap Ria pagi ini. Karena datangnya terlalu siang, Ria lupa sarapan dan langsung ke kelas. Baru saja duduk dan bel sudah berbunyi. Bu Maya kali ini yang mengajar di jam pertama. Entah kenapa jika Bu Maya yang mengajar Ria merasa tidak suka. Setelah beberapa menit berlalu waktunya Bu Maya memberikan soal dan para murid mengerjakan. Sepuluh menit kemudian Ria sudah mengumpulkan lebih dahulu ke meja guru dan mengundang perhatian teman sekelasnya hingga Ria duduk kembali. Tak berselang lama Siska berdiri dari bangkunya dan melewati bangku. Dengan sengaja Siska berpura-pura jatuh dan berhasil mengundang perhatian seisi kelas.

"Aduh.." Keluhnya.

"Ada apa Siska?" Tanya Bu Maya.

"Ini Bu, Ria menjegal saya Bu." Adunya.

Ria tak tahu menahu langsung mendelik tajam.

"Enak saja, aku duduk manis disini ya. Mana ada ceritanya aku menjegal kamu." Kata Ria.

"Ria.." Panggil Bu Maya dengan sedikit membentak.

"Enggak ada Bu. Dia sengaja jatuh." Bela Ria.

"Siska jatuh seperti itu kamu bilang sengaja." Kata Bu Maya sambil menunjuk Siska yang masih terduduk.

"Terserahlah ibu mau kata apa." Kata Ria sambil memalingkan wajahnya.

"Ria, kurang sopan kamu ya. Sekarang juga lari lapangan basket 5 kali putaran." Putus Bu Maya.

"Apa?" Kata Ria tidak terima.

"Keluar sekarang juga, jalankan hukuman dari saya."

Tanpa mau menjawab Ria keluar dari kelasnya dan mengabaikan seisi kelas.

Sesampainya di lapangan basket, dia tidak langsung berlari. Dia berdiam diri sambil menatap lapangan didepannya. Lumayan luas dan sinar matahari masih hangat-hangatnya. Dia teringat belum sarapan, namun dia masa bodoh dengan itu. Dia mulai mengitari lapangan dengan berlari kecil. Tanpa dia sadari, Pandu yang kebetulan melintas langsung menghampirinya.

"Ngapain disini?" Kata Pandu sedikit teriak ketika Ria mulai mendekat.

"Lari pagi." Jawab Ria cuek.

Pandu mendiamkannya hingga Ria kembali mendekat dari posisinya berdiri.

"Kena hukuman?" Tanya Pandu.

Ria mengangguk, entah kenapa dia merasa malas menjawab. Bahkan senyum seperti biasa saat ada Pandu pun tidak. Pandu kembali menunggu Ria mendekat.

"Bikin ulah apa?" Tanyanya lagi.

"Biasalah, si ratu drama bikin sensasi dan aku yang tidak dipercaya." Jawab Ria sambil berlari.

Kali ini Pandu tak bertanya dan memilih menunggu Ria menyelesaikan hukumannya. Menit berlalu dan Ria sudah menyelesaikan lima kali putaran. Dia menghampiri Pandu yang setia berdiri di posisinya.

"Kamu sendiri ngapain jam pelajaran malah keluar?" Tanya Ria.

Pandu tak menjawab dan memilih pergi.

"Isshhhh, tadi aku lari ditungguin, sekarang aku selesai lari malah ditinggalin." Kesal Ria melihat Pandu yang mulai menjauh.

Ria memutuskan pergi dari sana.

Jam pelajaran selanjutnya kali ini guru berhalangan hadir. Hanya memberikan tugas dan dikumpulkan. Ria segera menyelesaikan tugasnya dan berharap bisa ke kantin untuk mengisi perutnya.

Sesampainya di kantin dia langsung memesan es jeruk dan bakso. Setelah didapat Ria segera menghampiri salah satu meja disana. Saat Ria ingin menyantap, si ibu kantin mengambilnya karena uang kembaliannya lupa belum ia berikan. Ria kembali ke meja ibu kantin. Saat baru berbalik badan, dia berpapasan dengan Siska dan Rani yang ingin memesan. Ria tak menyapa dan langsung pergi dari sana. Sebelum makan, Ria meminum es jeruknya. Baru seteguk Ria langsung merasakan asam yang luar biasa. Tak butuh waktu lama Ria langsung merasa nyeri di lambungnya. Belum terisi makanan dan langsung menyebabkan maagnya kambuh. Dia hanya bisa memegang erat gelasnya sambil tangan yang satunya memegangi perutnya. Tanpa sengaja tangannya menyenggol mangkoknya hingga jatuh dan mengundang perhatian para murid yang mulai berdatangan karena bel istirahat sudah berbunyi. Mereka hanya memandang ke arah Ria tanpa mau bertanya atau bertindak. Hingga akhirnya Pandu dkk datang. Pandu yang langsung melihat Ria menjadi pusat perhatian disana langsung mendekatinya.

"Kenapa?" Tanyanya.

Ria tak menjawab dan langsung duduk ke lantai sambil menekuk lutut dan memegani perutnya.

RIA LOVES PANDUWo Geschichten leben. Entdecke jetzt