EMPAT PULUH LIMA

110 6 0
                                    

Setelah kejadian tadi malam, pagi ini Pandu sudah berada di rumah Ria. Dia sudah duduk diteras rumah bersama papa Ria yang kebetulan belum berangkat kerja. Ria yang tidak tahu jika Pandu ada dirumahnya langsung terkejut saat membuka pintu.

"Pandu.."

Obrolan Pandu bersama Om Danu berhenti karena kedatangan Ria.

"Pagi-pagi udah dijemput pacar." Kata Om Danu.

"Pacar? Tapi Pandu.."

"Berangkat sekarang ya." Ajak Pandu sengaja memotong kalimat Ria.

"Saya titip putri saya, jaga dia." Pesan Om Danu.

Pandu tersenyum dan menganggukkan kepala. Om Danu pun masuk ke rumah.

"Ngapain pagi-pagi kesini?" Tanya Ria.

"Udah pagi, ayo berangkat." Jawab Pandu yang jelas berbanding terbalik dengan pertanyaan Ria.

Ria kesal mendengarnya, apalagi Pandu berjalan lebih dahulu dan meninggalkan Ria.

Setiba disekolah, kedekatan Ria dan Pandu kembali menjadi perhatian. Saat beberapa hari lalu sempat merenggang, kini mereka kembali terlihat bersama. Apalagi Pandu memilih berjalan dibelakang Ria dan memperhatikannya dari belakang. Saat ada gerombolan perempuan yang menyapanya, Pandu hanya diam saja. Justru Ria yang memandang mereka sinis karena berani menggoda Pandu. Entah kenapa apa yang dilakukan Ria membuat Pandu tersenyum kecil.

Saat tibat didepan kelas Pandu, Pandu lebih memilih mengantar Ria sampai kelas dan mengabaikan panggilan dari kedua sahabatnya. Sesampainya didepan kelas, Ria berhenti dan berterima kasih.

"Makasih ya, tapi lain kali gak usah kayak gini."

"Kenapa?"

"Malu lah, tapi kesel juga. Malu dilihatin sama yang lain, tapi kesel karena kalau bareng kamu, aku harus denger para gadis kurang perhatian itu manggil-manggil kamu. Jadi lebih baik kita jalan sendiri-sendiri aja supaya aku gak malu dan kesel diwaktu yang bersamaan." Jelas Ria panjang lebar.

Pandu tersenyum dan mengangguk mendengarnya. Entah kenapa penjelasan Ria kali ini terdengar lucu. Akhirnya Pandu pergi tanpa pamit dan Ria masuk ke kelasnya. Amar dan Dani yang memperhatikan dari depan kelas terlihat tersenyum bersama melihat tingkah sahabatnya.

"Cie yang udah baikan. Traktirannya atuh." Kata Amar.

Pandu hanya tersenyum kecil.

"Lo apain kemarin sampai-sampai Ria deket lagi sama elo." Tambah Amar.

"Masih disekolah, ngomongnya aku kamu. Kalau didengar guru BK gimana." Kata Dani setelah menoyor pelan kepala Amar.

"Ya maaf, kelepasan. Saya masih ingat kok peraturan sekolah disini. selain tidak dibolehkan membawa mobil, para siswa juga harus menggunakan bahasa yang baik , termasuk menggunakan kata aku-kamu saat berbicara kepada teman." Jelas Amar setelah mengelus pelan kepalanya.

"Nah itu tau." Kata Dani cepat.

Pandu hanya tersenyum melihat obrolan kedua temannya lalu memilih masuk kelas dan meninggalkan mereka yang masih berdebat.

Jam istirahat dikantin, Ria sedang bersama teman kelasnya. Beberapa diantaranya ada Ranti, Ayu dan Bagas. Salah satu dari mereka berbicara dan semua menyimak dan ikut nimbrung. Bahkan ada yang buat lelucon juga. Saat sedang asyik-asyiknya berbincang, kedatangan Pandu yang tiba-tiba dan langsung duduk disamping Ria membuat suasana mendadak diam. Mereka saling pandang satu sama lain karena merasa canggung dengan keberadaan Pandu.

"Kenapa?" Tanya Pandu memperhatikan satu per satu dari mereka.

Mereka hanya diam tak ada yang menjawab. Ria yang faham dengan suasana akhirnya angkat bicara.

"Gak papa, lanjutin aja bicaranya. Anggap aja dia teman sekelas kita, kalau perlu anggap aja dia gak ada. Oke?" kata Ria sambil menyatukan ujung jari jempol dan telunjuk kanannya.

Pandu yang kaget dengan penuturan Ria hanya bisa membulatkan matanya. Sementara yang lain mulai bercerita kembali.

Malam harinya, Pandu akan mengadakan balap motor bersama rival lamanya. Rendi sudah bersiap diatas motornya dengan Bayu yang setia menemaninya. Ada perbincangan kecil diantara mereka hingga tak jarang senyum jahat pun muncul. Entah kenapa Pandu yang melihat obrolan mereka berdua merasa harus waspada. Ria, Mita dan kedua sahabatnya sudah ada dibarisan penonton karena sebentar lagi balapan akan di mulai. Setelah hitungan ke tiga, Pandu dan Bayu memacu sepeda motornya dengan lacu cepat. Sorak sorai penonton begitu terdengar karena balapan Pandu dan Bayu adalah yang paling dinantikan. Pandu dan Bayu saling menyalip satu sama lain. Meskipun Pandu yang terlihat dominan dan selalu berada didepan, namun Bayu tak ingin tinggal diam. Bayu berusaha mengejar ketertinggalannya. Namun sayang, Pandu selalu keluar sebagai juara. Teriakan penonton terdengar keras karena jagoan mereka akhirnya yang menang. Begitu Ria yang tak henti-hentinya tersenyum dan memanggil nama Pandu. Pandu pun melepas helmnya dan matanya langsung menangkap keberadaan Ria. Senyum manisnya Pandu berikan kepada Ria. Sementara Ria yang sadar membalasnya dengan senyum tak kalah manis sambil melambaikan tangannya.

RIA LOVES PANDUWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu