"Gue ke kunci di kamar mandi sekolah." Jawab Larisa santai, rasa takutnya sudah mulai hilang.

"Beneran Lo? Kok bisa? Terus gimana cara keluar? Lo gapapa?"

"Satu-satu elah, gue gapapa, udah ah gue pusing mikirin itu, males bahas."

Padahal Nesya yang berada di belakangnya juga merasa penasaran bagaimana gadis itu bisa keluar, otaknya sekarang tengah berpikir apa yang harus ia lakukan lagi agar gadis yang merebut lelaki masa lalunya menjadi menderita, bahkan agar Farel melepaskan Larisa atau sebaliknya.

Ingin sekali Clara mengeluarkan perotesan lantaran Larisa tak mau menceritakannya, namun guru yang bertugas mengajar sudah memasuki ruangan.

Rasanya mendengarkan penjelasan tentang pelajaran tak seperti mendengar lirik lagu yang mudah untuk dihafal, apalagi dengan rumus-rumus yang membingungkan membuat kepala ingin sekali menempel dengan meja, namun mengingat UAS yang hanya tinggal menghitung hari para murid tak ingin melewatkan sedikit saja materi yang tengah diterangkan.
SMA Nusa Bangsa sudah tidak diragukan lagi kepandaian para muridnya, malu bukan? jika mendapat nilai rendah di SMA favorit ini.

°°°
Posisi mentari sudah meninggi, panas mulai menyengat indra peraba, namun tak sebanding dengan panas yang dirasakan Larisa, gadis itu tengah berjalan di sepanjang koridor kelas bersama dua temannya, ralat lebih tepatnya bersama satu musuhnya, Clara dan Nesya, mereka berniat akan menuju kantin namun pemandangan di depannya membuat perasaan Larisa memanas.

Kekasihnya tengah berjalan berlainan arah bersama Icha dengan tangan nakalnya tengah bergelayut manja di lengan Farel, padahal sudah terlihat jelas jika lelaki itu risih akan kelakuannya, terlihat beberapa kali Farel menepisnya dan menatapnya tajam, namun sepertinya gadis itu sudah buta akan pesona Farel hingga lupa rasa malunya di taruh dimana.

Sepertinya Farel dan Icha akan berjalan ke ruang OSIS, kini langkahnya berpapasan dengan gadisnya, Larisa hanya memandang lurus seolah tak melihat mahluk lain yang melintas, namun bukan Icha namanya jika tidak mengundang kegaduhan.

"Ciiih model murahan lewat!" Bahunya sengaja menabrak lengan Larisa.

Jika saja Icha mengatakan hal lain yang tidak menyangkut harga dirinya mungkin Larisa akan diam-diam saja, namun ucapan Icha kali terasa tak adil jika tidak dibalas.

"Kakel ganjen lewat, gak malu sama jabatan!" sahut Larisa seraya tetap melangkahkan kakinya.

Ucapan yang sungguh membuat Icha naik pitam, gadis itu segara berbalik menyusul Larisa dan mendorongnya kasar, terjadi adu tatap mata antar keduanya.
"Jaga ucapan Lo! Jadi adkel blagu banget!"

"Ciiih ngaca! Lo jadi kakel kelakuan kek bocah, nyari masalah mulu!"

Sedangkan Clara masih melihat sejauh mana Icha beraksi, bahkan dirinya sendiri bingung mengapa gadis itu sangat membenci sahabatnya.
Nesya hanya menatap Farel yang kini mulai mendekat kearah pertengkaran dua remaja itu.

"Berani-beraninya ngatain gue bocah!" Tangan Icha mulai terulur ingin menarik surai hitam Larisa.

Belum sampai hinggap di rambut lawannya, sebuah tangan kekar menarik tangannya dan menekannya keras.
"Aaakkh,,,sakit Rel, lepasin!" rintih Icha ketika tangannya di tarik Farel, bahkan lelaki itu menekan kuat pergelangan tangannya.

Farel hanya diam, menatap gadisnya sebentar lantas melepaskan tangan Icha dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Awas Lo!" Jari tengahnya di arahkan pada Larisa, kemudian menyusul langkah Farel.

Larisa tanpa memperdulikan ucapan gadis itu memilih melanjutkan langkahnya, membiarkan Clara bergumam kesal memaki Larisa yang hanya diam saja ketika Icha mengacungkan jari tengahnya.

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now