50. Hilangnya Sebuah Senyuman

Start from the beginning
                                    

"Gue mau nyanyi. Lo kudu denger, ya?" pinta Elang yang membuat Rania tak perlu berpikir dua kali untuk langsung menganggukkan kepala.

Lantas, raut wajah Elang mulai berubah serius. Manik obsidiannya tak lagi berkeliaran pada paras Rania. Kini sepenuhnya menunduk, mengarah pada gitar yang sedang dipangkunya. Jari-jari tangan kiri Elang tampak menekan senar tertentu, sedangkan jemari tangan kanan mulai memetik dawai. Irama yang indah pun kian terdengar di telinga Rania. Sekarang dia tak lagi memejamkan mata seperti saat Elang belum menghampirinya. Tapi detik ini, Rania menyorotkan seluruh atensinya hanya untuk memandangi wajah serius Elang.

Satu per satu bagian muka Elang diamati olehnya. Pada alisnya yang berbulu lebat, hidungnya yang runcing, mata yang tidak terlalu besar, juga kedua belah bibir yang melengkung sempurna. Ah, Elang akan dan selalu saja terlihat tampan untuknya. Ditambah pula dengan wajah yang telah sepenuhnya bersih dari luka-luka perkelahian yang sering ia lakukan.

Puas menatap paras tampan tanpa diketahui pemiliknya, sekarang Rania tertarik untuk menekuri jari-jari tangan Elang yang terlihat begitu lentik dan lembut saat sedang bermain. Rania menarik kedua bibir ke atas, tersenyum getir. Bagaimana bisa setelah setahun menjalin hubungan dengannya, Rania belum juga sepenuhnya mempercayakan hatinya untuk diserahkan kepada Elang? Dalam bait-bait lagu yang tengah Elang lantunkan, Rania berusaha untuk mencari kekurangan laki-laki itu. Namun, nihil sekali. Elang tidak ada kurang baginya. Kehadiran sosok sepertinya sudah lebih cukup untuk mengobati luka lama yang sempat Vernon ciptakan ketika lelaki itu pergi darinya.

Kau boleh acuhkan diriku
Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku
Kepadamu

Elang memejamkan mata, sadar bahwa lagu ini sangat cocok untuk menggambarkan seluruh perasaannya.

Kuyakin pasti suatu saat
Semua kan terjadi
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku

Dia tahu--sangat tahu malah. Lebih dari setahun mereka memadu kasih, tak sekali pun Elang menemukan sayang yang sebenarnya di mata Rania. Walaupun gadis itu menangis ketika mengatakannya--tepat pada sela-sela air mata--Elang pasti akan mendapati secuil keraguan di sana. Namun, detik ini bolehkah ia berharap? Elang ingin sekali memanjatkan doa, tapi dia malu untuk mengatakannya. Bersama kata per kata yang terucap dari bibirnya dan diiringi oleh untaian irama, Elang berharap untuk sekali saja, Rania memberikan rasa sayang yang sempurna kepada dirinya. Dia ingin Rania mencintainya untuk kemudian merasa takut jika dilepaskan olehnya.

Katakanlah Elang egois. Dia tidak akan membantah karena itu adalah kebenarannya. Nyatanya Elang memang ingin menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pemilik dari hati gadisnya. Dia ingin dianggap penting oleh gadisnya. Dia ingin menjadi bagian dari setiap tawa dan bahagia gadisnya.

Ah, Elang sebucin itu sekarang.

Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apapun terjadi
Kujanjikan aku ada

Mata Elang dan Rania lagi-lagi bertembung pada detik yang sama. Gadis itu menatapnya tanpa kedip. Begitu pun dengan Elang yang juga melakukan hal yang sama. Namun, detik berikutnya jantung Elang dibuat berdebar karena ulah Rania yang tiba-tiba memutuskan kontak mata dengannya. Hati Elang seperti diremas oleh tangan tak kasat mata. Apakah sumpah yang barusan ia ucapkan terlalu hina untuk Rania?

Kau boleh jauhi diriku
Namun kupercaya
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku

Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
S'lalu bersedia bahagiakanmu
Apapun terjadi
Kujanjikan aku ada

EPIPHANYWhere stories live. Discover now