Chapter -14- KAMBUH

830 37 0
                                    

Author pov

Bohong jika Yuki berkata baik-baik saja, dia tahu dia tidak sehat. Tapi mengatakan tentang keadaannya pada Mega adalah pilihan terakhirnya. Mega bahagia saat ini. Jika Yuki jujur, maka Mega akan sedih. Kesedihan Mega adalah mimpi buruk bagi Yuki. Bahkan selama perjalanan kembali ke Denpasar, berkali-kali Yuki merasakan sakit didadanya. Tapi dia berusaha menutupinya. Tersenyum saat Mega menggenggam jemarinya, tertawa saat Mega melucu.

"Jadi kalian pacaran?" selidik Yuri, saat melihat Yuki dan Mega tiba saling bertautan tangan. Mereka tersenyum. Yuki menunduk malu menyembunyikan rona merah di dadanya.

"Kak!" Yuki berglayut manja pada Kakaknya. Seperti anak kecil yang merengek, membujuk kakaknya membelikannya permen. Azka sudah tidur dari tadi.

Begitu kondisinya membaik, mereka akan membawanya ke Singapura. Hari ini saja Azka sedikit demam. Dan Yuki menyesalinya, seharian dia merengek meminta Yuki, tapi karena Yuki sibuk, Azka sedikit mengerti. Yang dia tidak mengerti, kenapa om Dokternya tidak berkunjung hari ini. Untuk pertanyaan itu, Yuri hanya menggeleng tidak tahu.

Dan ternyata jawabannya adalah ini, Yuki dan om Dokternya pergi bersama.

"Ya udah, akhirnya kamu pacaran juga. Kakak pikir kamu nggak mau pacaran gara-gara Azka. Terakhir kamu pacaran pas SMA kan? Siapa tuh pacar kamu, yang nggak pernah kamu kenalin ke kakak." Oceh Yuri, membuat Yuki semakin membrenggut manja.

"Kak Yuri, yang kakak maksud itu, tuh orangnya." Yuki menunjukk Mega, malu dia bersandar di bahu kakaknya, menghalangi gerak Yuri yang sedang melipat baju Azka yang baru saja di bawakan ART-nya.

"Maksudnya? Kakak nggak ngerti. Jadi Dokter Mega itu pacar kamu waktu SMA? Trus kenapa selama ini kalian diem-dieman aja kayak baru kenal? Jangan bilang kalian bertengkar dan kalian habis balikan." Yuki memutar matanya, membenarkan perkataan Yuri. Tidak perlu banyak pejelasan, toh kakaknya itu sangat mudah menarik garis cerita.

"Iya kak, saya pacar Yuki sewaktu kami SMA dulu." Akhirnya Mega angkat bicara. Merasa malu karena dulu dia selalu menolak ikut dalam acara keluarga Yuki "Disini, sekalian saya ingin izin untuk melamar Yuki."

"Secepat itu?" malah Yuki yang dipelototi kakaknya. Yuki mengangguk tegas membenarkan ucapan Mega.

"Mega sudah ngelamar aku tadi di Taman Ujung. Dan aku bilang IYA!"

"Tapi kalian kan baru baikan. Bukannya perkenalan ulang dulu? Saling mengenal sifat masing-masing, jika cocok baru menikah. Umur kalian masih muda."

"Itu, kami..."

"Nikahnya nggak sekarang juga keles, kak Yuri ini deh" sahut Yuki memotong kata-kata Mega dengan bahasa alay yang sering di dengarnya dari murid-muridnya. "Nanti-nanti, tunggu Azka sehat baru di bicarakan lagi."

Sejujurnya Mega tidak keberatan jika menikah dalam waktu dekat. Tapi mendengar kata-kata Yuki, dia menerima keputusan itu. Yuri benar, mereka seharusnya saling mengenal lebih baik, memahami ego dan sifat masing-masing. Menyesuaikan kesibukan sebagai Dokter ataupun sebagai Guru.

Yuri menatap sepasang kekasih dihadapannya. Dia baru mengenal Mega, dokter yang merawat putranya. Tapi dia bisa menilai, jika pria dihadapannya itu pria baik-baik, dewasa dan bertanggung jawab. Dia bahkan tidak keberatan diminta menemani Azka. Azka pun suka padanya. Entah bagaimana reaksi Azka saat dia tahu jika tujuannya mendekatkan Bunda dan Om Dokternya berhasil tanpa dia perlu bersusah payah.

"Ooo..." Yuripun ber 'O' ria mendengar jawaban Yuki. Tidak masalah baginya jika memang Mega pilihannya.

Yuki tahu pasti. Adiknya ini bukanlah gadis berparas buruk. Yuki termasuk gadis cantik, karenanya dia kerap meminta Yuki menjadi model pakaian rancangannya. Adiknya seperti dirinya, berwajah orienta, berkulit putih bersih dengan rambut hitam legam yang mengikal panjang. Jadi Yuri yakin, tidak sedikit orang yang mengejar-ngejar adiknya itu.

I Love You DocterTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon