Chapter -32- NEED A MIRACLE

586 35 3
                                    

Mega pov

Akhirnya acara utama dalam rentetan upacara pernikahan kami berakhir juga. ini adalah hari bahagia kami. menatap pasangan hidupku yang sangat cantik dengan hiasan Payas Agungnya. Jujur saja, aku sempat khawatir dengan kondisinya. Ditambah lagi, kemarin penyakitnya sempat kambuh. Ingin sekali aku membawanya kerumah sakit, tetapi senyumannya berusaha menenangkanku.

Kini melihat senyum bahagia tercetak dibibirnya, dan tidak merasa terganggu dengan beratnya Payas Agung yang dia kenakan. Hatiku menghangat. Aku tidak ingin merusak hari bahagia kami dengan kekhawatiranku.

Begitu rentetan upacara utama berakhir, aku meminta Kak Yuri untuk membawa Yuki kembali kekamar kami. aku takut dia terlalu lelah karena kegiatan yang kami lakukan tadi. Acara resepsi dimulai pukul lima sore. Masih ada kesempatan untuknya beristirahat.

Saat Yuki sudah kekamar. Revan muncul dengan beberapa figura foto dengan ukuran besar. Aku berterima kasih padanya, karena aku dan Yuki tidak sempat melakukan foto pre-wed. Namun moment kami di Taman Ujung, Revan persembahkan sebagai foto pre-wed kami.

"Mega, Yuki.... Yuki....." Saat aku sedang bercengkrama bersama Revan, kak Leo dan paman-pamanku. Tiba-tiba Maharani datang dengan wajah paniknya.

"Yuki kenapa?" tanpa perlu mendengar jawaban Maharani, aku berlari menuju kamar kami. samapi disana aku menemukan Yuki yang terlihat kesakitan. Payas Agungnya baru di lepas sebagian. Tangannya mencengkram lengan Kak Yuri.

"Yuki!!!" panggilku khawatir. Melihat wajahnya yang mendadak memucat. Keringat dingin mulai muncul di keningnya. Aku mengusap wajahnya, gemetar menghapus keringatnya.

"Aku nggak apa-apa, cuman kelelahan aja, Ga!" Yuki menjawab, terlihat sekali dia menahan sakitnya.

"Istirahatlah. Jika kamu nggak kuat. Kita bisa membantalkan acara resepsi hari ini!" ujarku, Yuki terlihat kaget.

"Nggak, Ga. Undangan sudah disebar. Dalam beberapa jam tamu undangan akan datang. Aku nggak mau acara kita hari ini rusak karena hal ini. Aku janji. Tidur sebentar, aku pasti kuat lagi!" aku hanya mengangguk. Semua acara sudah tersusun dengan baik dan rapi. Aku yakin Yuki tidak ingin membuat dirinya menjadi beban karena acara kami yang harus diubah.

***

"Aku tidak akan pernah menyesali hari ini. Akhirnya aku berhasil mengikatmu sebagai pendampingku." Bisikku di telinga Yuki, mencium bahunya yang bebas. Dia mengejang geli.

"Jangan pernah. Disesali bagaimanapun. Ini sudah terlambat!" tungkasnya, berbalik menatapku. Tatapan kami terkunci. Hariku bergemuruh bahagia.

Yuki sangat cantik di acara resepsi ini, dengan pakaian adat dan riasan adat Bali yang dimodifikasi. Hasil karya Kak Yuri dan Maharani. Aku tersenyum puas. Akhirnya bisa mengikatnya dalam ikatan pernikahan.

Aku dapat memahami alasan penolakan Yuki. Dia masih takut akan hasil operasi nanti. Operasinya akan dilangsungkan minggu depan. Duda? Bagaimana dia sampai memikirkan sejauh itu? Aku yakin dia akan selamat. Yuki-ku adalah gadis yang kuat.

Yuki melingkarkan tangannya dileherku. Bibir mungilnya yang terlihat merah menyala karena lipstick, terlihat menggoda untuk aku cium. Saat aku bergerak akan mendekati bibirnya, tiba-tiba...

"Eitsss.... Maklum kok sama yang sudah nggak sabar. Tapi ingat, masih banyak tamu. Ntar malam sana deh puas-puasin!" suara usil Revan terdengar. Maharani berglayut manja disampingnya.

"Revaaaannnn....!" Yuki menjerit, melepaskan pelukannya dariku. Dia ingin memukul Revan, tapi segera kukaitkan lenganku di pinggangnya. Tidak ingin berjauhan darinya. "Jangan asal deh, malu sama tamu!"

I Love You DocterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang