Chapter -20- MEET AGAINT

527 32 2
                                    

Mega pov

Kejadian semalam, kenapa aku tidak bisa melupakannya? Kenapa sikap Yuki seaneh itu? Tidak mungkin jika dia cemburu pada anak kecil berusia 6 tahun, Yuki kecil. Kejadian semalam

Flashback On....

Tiga hari ini, seminar di Bandung cukup melelahkan bagiku. Tapi saat dia menungguku di depan pintu semua lelah itu hilang. Aku sungguh merindukannya. Oh ya, masakannya juga sangat enak.

Tapi mendapati Yuki yang tadinya sehat tiba-tiba sakit, sangat aneh bagiku. Selalu lelah yang menjadi alasan.

Setelah mandi, aku mendapati dia tertidur. Lenganku kujadikan bantal di kepalanya. Menghapus jarak diantara kami. Aku bisa mengamati wajah tidurnya sepanjang malam. keringat dingin terus mengalir di dahinya. Dia terlihat lelap, tapi ada sisa raut kesakitan disana. Kenapa dia?

Saat dia bangun, aku membawanya ke ruang kerjaku. Dia terlihat bersemangat. Aku hanya bisa nyengir malu, saat dia mengenali tanggal kelahirannya sebagai kode password ruangan itu, seperti kode password rumah ini. Dia terlihat bahagia.

Aku membiarkannya berkeliling meneliti isi ruangan yang lumayan besar ini. Sedangkan aku merapikan beberapa buku yang sempat aku beli di Bandung, kemudian membaca ulang hasil seminar kemarin.

Tiba-tiba aku melihatnya bergerak mundur menjauhi dinding, pandangannya jatuh pada fotoku dan Ayah. Perhatiannya teralih saat tangannya menyetuh bingkai foto dia atas mejaku, masih tetap rebah, seperti terakhir kali aku disini.

Air matanya merebak saat mengamati foto itu, aku tahu jelas itu adalah fotoku dan Yuki saat aku masih berusia enam tahun.

"Ada apa?" aku bertanya, memandang foto yang dia pegang. Tersenyum, aku mengambil foto itu darinya.

"Namanya Yuki," Menatap Yuki kecil yang tersenyum ceria di foto ini. Foto ini diambil seminggu sebelum Yuki collaps, dan aku mengira dia telah pergi untuk selamanya. "Lucu ya, nama kalian sama. Dia cinta pertama yang aku ceritakan kemarin."

Tangis Yuki semakin keras, aku bingung kenapa dia menangis seperti ini. Tidak mungkin dia cemburu pada gadis kecil di foto ini kan? Pada gadis kecil yang sudah....

Kembali, cerita Om Atmaja terngiang di telingaku. Bagaimana caraku mengatakan padanya jika cinta pertamaku itu masih hidup? Pada foto gadis kecil ini saja dia merasa cemburu, apalagi mengenal gadis yang memiliki nama yang sama dengannya itu.

Setelah pembicaraanku dan Dokter Atmaja berakhir, aku berfikir banyak. Keputusanku satu, Yuki yang dihadapanku inilah yang aku cintai. Yuki yang dihadapanku inilah aku ingin menghabiskan sisa hidupku. Yuki pasti akan mengerti. Yuki cinta pertamaku pasti akan mengerti, jika waktu bisa mengubah segalanya.

Tiba-tiba Yuki memelukku, menangis di dadaku. "Megaaa....." panggilnya di sela tangisnya. "Aku... aku...."

"Ssstt... sudah, kenapa menangis. Tidak mungkin kamu cemburu pada anak kecil di foto ini kan? Dia sudah..." aku mencoba menghibur, tapi berbohong pada Yuki, jika anak kecil di foto ini sudah meninggal, membuatku tercekat. Aku tidak bisa melanjutkannya.

Yuki menggeleng, memukul dadaku pelan, menyebutku bodoh, karena mengira dirinya cemburu pada anak kecil. Tangisnya menghilang, hanya sisa isakan kecil. Walaupun aku penasaran, tapi aku tidak ingin bertanya, lebih baik cerita tentang Yuki kami akhiri saja saat ini.

....Flashback End.

Kenapa Yuki terlihat sedih seperti itu? Dan setelahnya, Yuki terlihat sedikit aneh, tersenyum terus melihatku, menatapku dengan ribuan makna di balik manik matanya. Hanya saja aku tidak mengerti kenapa.

I Love You DocterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora