Chapter -26- PERGI

576 31 1
                                    

Mega pov

"Mega, Yuki sama kamu?"

"Nggak kak, kenapa?"

"Yuki nggak ada Ga, kakak cari-cari di kamarnya nggak ada!" telingaku berdenging saat mendengar kata-kata kak Yuri. Yuki menghilang?

Tidak!

Rasa panik mulai menyergapku. Ingatan kejadian kemarin kembali terulang. Tubuhku menggigil, bukan karena AC, tapi pertengkaran kami kemarin. Kenapa dia melakukan itu padaku?

Flashback On...

"Percuma. Toh ujung-ujungnya aku bakalan mati juga."

Kak Yuri sudah mengabariku, jika akhirnya Yuki bersedia di operasi. Aku ingin segera berlari ketempatnya. Tapi aku ingat pesan Kak Yuri, jika Yuki ingin aku focus bekerja. Karena memang saat itu masih jam kerjaku. Dan jadwalku hari ini padat. Saat makan siang aku akan menemuinya.

Saat kami bertemu, entah kenapa Yuki terlihat mudah marah. Awalnya salahku, karena aku yang membentaknya. Aku hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada Yuki, tanpa ada yang tahu keberadaannya. Sungguh aku tidak menyangka dia akan semarah itu.

Bahkan berkata jika dia berubah pikiran. Dia ingin membatalkan operasinya. Kenapa Yuki tiba-tiba membatalkan niatnya untuk operasi? Mungkin kemarahan ini bukan karena bentakanku tadi. Ada sesuatu yang mengganggunya.

Tapi jawaban itu, melukaiku. Kenapa Yuki sepasrah itu. Aku tidak ingin mendengarnya, mendengar kata-kata jika dia akan mati. Meninggalkanku. Tanpa sadar aku membentaknya. Berusaha menahan marah. Tanpa sadar menc

Ngkram kuat bahunya. Dadaku terasa panas, marah.

"Mega.... Aku mau kita putus!"

Apa? Apa yang dia katakan? Putus?

Tidak. Tidak. Kenapa dia mengatakan hal itu? Aku berusaha menahan marah. Menghela nafas dengan keras. Menariknya kembali ke kamarnya. Aku tidak ingin bertengkar disini. Banyak yang melihat kearah kami sekarang. Penasaran dengan apa yang kami lakukan.

"Apa-apaan kamu?" tanyaku marah. Tanpa sadar mendorongnya ke ranjang.

"Aku mau putus! Putus! Putus!" Yuki berteriak keras, mengucapkan kata' putus' berulang ulang.

"Kenapa?"

"Karena aku sudah nggak suka kamu!" jawabnya, berpaling dariku.

"Bohong!" aku membentak tidak percaya. Kenapa dia melakukan ini. Kenapa?

"Terserah kalo kamu nggak percaya. Pokonya aku mau putus. Kamu nggak perlu ngurusin aku lagi. Nggak usah kesini lagi. Pergi! PERGI!!!" Yuki menjerit histeris, membaringkan dirinya di ranjang, bersembunyi di balik selimutnya.

Aku bertahan, takut penyakit Yuki kambuh dan kembali menyiksanya. Kondisi Yuki membaik belakangan ini. Aku tidak ingin melihatnya sakit. Aku takut kemarahanku akan memicunya, aku bertahan.

"Aku nggak mau putus. Aku yakin kamu lagi bingung sekarang. Aku nggak tahu apa yang menyebabkan kamu minta putus. Tapi aku nggak mau Yuki, aku mencintaimu." Aku menatap punggung Yuki, bergetar di balik selimutnya.

"Yuki, aku mencintaimu!" kataku, pelan. Dia tidak bergeming. "Aku rasa kamu perlu sendiri sekarang. Aku pergi dulu. Nanti aku kesini setelah selesai visitasi. Hubungi aku jika terjadi sesuatu. Aku mencintaimu!"

Aku akan membiarkanya sendirian. Membiarkannya berfikir tenang.

"Jangan kembali!

I Love You DocterTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon