Chapter -17- FLASHBACK 3

515 27 2
                                    

 "Jadi karena aku akan jadi Dokter, kamu mendekati aku? Minta jadi pacar aku? Lucu sekali alasanmu itu!" belakangan ini Yuki dan Mega jadi lebih sering bertengkar.

Selalu Yuki yang mengalah, akhirnya dia sudah membulatkan tekadnya untuk tetep mengejar Mega, walaupun Mega merasa terganggu. Yang penting, sebelum Mega yang mengatakan kata 'putus', Yuki tidak akan menyerah.

Dia kembali dengan kebiasaan lamanya, menemani Mega di UKS, walaupun terkadang ada Sundari yang mengganggu. Mengajak Mega ngobrol dan melupakan keberadaan Yuki. Dia tidak perduli.

"Bukan begitu Mega" Yuki berusaha menjelaskan. Pertanyaannya tentang Dimana Sekolah Kedokteran yang akan di masuki setelah mereka lulus dua bulan lagi, menyulutkan amarah Mega. Kini dia begitu mudah tersinggung. Apalagi jika tentang Yuki.

"Bukan bagaimana? Kamu kan yang bilang seperti itu dulu? Kalau kamu nggak mendengar jika aku akan mengambil jurusan kedokteran. Kamu tidak akan mendekatiku kan? Buktinya Wira yang menyataka perasaannya padamu, kamu tolak. Padahal dia itu idola di sekolah ini!"

"Itu karena aku pacar kamu!" tangis Yuki pecah karena kata-kata Mega. "Mana mungkin aku nerima dia, sedangkan kita pacaran."

"Ya sudah kita putus aja, biar kamu bisa nerima dia. Tapi sepertinya kamu nggak bakalan mau sama dia, karena dia bukan calon Dokter, wajahnya ganteng saying otaknya pas-pasan" kata-kata Mega bagaikan petir di siang bolong. Tangis Yuki semakin keras.

"NGGAK! Aku nggak mau putus Mega, aku nggak mau!" Yuki menggeleng keras, menolak kata-kata Mega. "Harus bagaimana lagi aku menjelaskan, aku sayang kamu. Dulu memang aku memperhatikan kamu karena jas putih yang selalu kamu pakai, tapi sayangku tulus. Aku bener-bener sayang kamu. Bukan karena predikat Dokter, bukan karena jas putih ini. Itu semua karena kamu. Karena kamu adalah Megedhana, orang yang aku sayang!"

Mega membeku, memmbiarkan kata-kata Yuki memadamkan panas di dadanya. Membirakan Yuki menangis di pelukannya.

Perlahan api cemburu itu mulai padam, namun menyisakan bara yang siap menyala lagi apabila di siram minyak. Dan Minyak itu, sudah disiapkan oleh seseorang yang mengintip di balik pintu ruangan ini.

***

"Mega lo harus denger kata-kata gue!"

Dahi Mega berkerut bingung dengan ulah sahabatnya. Sundari adalah temannya sejak kecil, mereka bahkan satu TK, SD dan SMP. Rumahpun bersebelahan. Karenanya mereka sangat dekat. Dua tahun lalu Sundari harus ikut ayahnya yang dipindah tugaskan ke kantornya yang berpusat di Jakarta.

Pergaulan di kota Metropolitan itu, sudah mengubah gaya berfikir dan bahasanya. Sundari yang dulu adalah gadis lembut dan pemalu. Bukan gadis gaul dengan gaya roknya yang pendek dan baju sekolah yang dibiarkan keluar. Mega tidak menyetujui gaya itu, tapi menurut Sundari itu treen jaman sekarang.

Tapi Mega sangsi, Yuki tidak seperti itu, gadis itu tetap menggunkan rok sekolah dengan panjang selutut, dan bajunya selalu rapi. Dan Yuki cantik dengan caranya sendiri.

Lagi-lagi Mega memikirkan Yuki, setelah pertengkaran minggu lalu, mereka sudah baikan. Yuki kembali dengan kebiasaan lamanya, menggangu ketenangan Yuki. Tapi jujur Mega suka itu. Tidak melihat Yuki sehari saja, terasa aneh baginya. Tapi hari ini Yuki tidak sekolah. Yuki sudah mengirim pesan padanya, jika hari ini keponakannya berulang tahun, dan acaranya diadakan di luar kota. Yuki mengajak Mega ikut, tapi seperti biasa dia menolak.

Ujian Seleksi perguruan tinggi tinggal menghitung hari. Mereka sudah melewati Ujian nasional, seminggu lagi acara kelulusan. Yang artinya mereka akan terpisah. Yuki dengan cita-citanya, dan Mega dengan cita-citanya. Mega berharap ini tidak akan berakhir. Mungkin mereka masih bisa melanjutkan hubungan setelah kuliah nanti.

I Love You DocterWhere stories live. Discover now