Chapter -34- HAPPY ENDDING

649 39 2
                                    

Mega pov

Hampir 3 jam aku menunggu di luar ruangan ICU ini. Menunggu perkembangan Yuki, yang terpaksa dilarikan keruangan ini. Om Atmaja dan tim-nya, aku tahu didalam mereka berusaha menyelamatkan Yuki.

Hatiku campur aduk. Antara tetap duduk disini. Atau ikut menyeruak masuk disana. Aku kerakutan. Sangat-sangat ketakuta. Takut jika semua ini terlambat. Takut jika Yuki-ku tidak selamat. Takut jika Yuki-ku pergi. Takut jika Yuki...

Dadaku sakit. Sesak seakan perlahan oksigen menipis disekitarku. Pikiranku kosong. Kalut. Aku ingin Yuki-ku selamat. Aku mohon. Aku mohon. Aku mohon.....

Aku menatap pasangan dihadapanku. Kak Yuri dan suaminya Leo. Yuri histeris saat aku mengabarkan kondisi Yuki, dan kini menangis, bersandar di bahu suaminya. Aku? Pada siapa aku akan bersandar? Yuki-ku berjuang melawan maut saat ini.

Kembali kepalanku mengerat saat mengingat kejadian tadi. Kejadian yang belum sempat aku ceritakan pada Kak Yuri dan suaminya. Kejadian yang menyebabkan Yuki-ku....

Flashback On....

Sepagian ini, jujur aku merasa tidak tenang. Lelah terasa berakumulasi menjadi satu ditubuhku. Tapi aku berusaha untuk bersikap professional. Tetap melaksanakan tugasku sebagai Dokter Anak.

Yuki masih belum sadar. Semenjak dia pingsan di malam resepsi kami. sampai saat ini dia belum juga membuka matanya. Masih terlelap. Aku takut jika dia pergi sebelum sempat membuka matanya. Aku takut jika dia pergi dariku. Aku takut.

Selama ini aku menginap di Rumah Sakit. Menemani Yuki di sela-sela jam kosongku. Mengajaknya berbicara sesering mungkin. Memintanya untuk segera bangun dan membuka matanya. Merindukan binar bahagia yang terpancar di manik matanya.

Tentu saja aku merasa lelah. Aku lebih tidur disampingnya, merebahkan kepalaku disampingnya dengan posisi duduk di kursi penunggu pasien, alih-alih tidur diranjang yang khusus disediakan bagi penunggu pasien.

Aku takut. Aku takut jika kejadian kemarin terulang lagi. Jantung Yuki tiba-tiba berhenti berdetak. Tapi untungnya dia selamat. Mereka berhasil membuatnya kembali. Jantung Yuki berdetak kembali. Dan dengan bodohnya aku malah pingsan. Memalukan.

"Mir. Masih ada berapa pasien lagi?" aku bertanya pada Asistenku yang sedang merapikan barang-barang yang baru kami pakai untuk memeriksa pasien barusan.

Sungguh aku ingin segera ke tempat Yuki. Hari ini dia sendirian. Tidak ada yng menungguinya. Kak Yuri dan Leo sibuk karena pekerjaan mereka masing-masing.

"Masih sekitar 5 pasien pak!" Jawab Asistenku. Memerikasa buku yang dipegangnya. Dahiku berkerut penasaran.

"Kok tumben padat sekali pasien hari ini?" jujur aku merasa aneh. Dokter anak di Rumah Sakit ini bukan hanya aku. Tapi kenapa rasanya semua pasien berobat padaku? Bukannya aku tidak suka. Seperti yang aku katakana, Rumah Sakit ini memiliki beberapa Dokter Anak. Dan biasanya pembagian pasien diserahkan kepihak administrasi di lantai bawah.

"Ya, Dok. Katanya hari ini Dokter Rangga sedang ada tugas ke Jakarta. Dan Dokter Sundari izin karena tidak enak badan. Jadi seluruh pasien yang datang, di oper ke kita." Jelas asistenku. Aku hanya manggut-manggut.

Sundari. Sudah lama aku tidak mendengar kabarnya lagi. Semenjak pertengkaran kami dulu. Selama ini pun aku lebih memilih menghindarinya.. Jujur aku merasa sedikit tenang. Melihatnya, bisa membuatku meledak marah. Tapi mungkin kini dia sudah mengerti. Kuharap dia lebih memilih menyerah, daripada harus bersaing pada sesorang yang tidak mungkin dia lawan. Karena dihatiku hanya ada Yuki. Dan tidak seorangpun berhak masuk ke dalam hatiku.

I Love You Docterजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें