Extra Part (1) WATER FOOL

597 18 0
                                    

Kebiasaan Yuki dijam kosong yang berbarengan dengan jam kosong Mega, adalah menungguinya di ruang UKS, tempat kesayangan Mega. Tempat yang paling tenang dan bebas dari keributan teman-teman sekelasnya. Jangan salah, walaupun mereka menyandang status sebagai kelas unggulan, tapi, jika jam kosong, kelas itu bisa berubah menjadi pasar burung. Ributnya melebihi orang demo di depan istana Jakarta.

Kebiasaan Yuki, hanya duduk berpangku tangan, tanpa melakukan aktivitas apapun. Tapi, jika dibilang tidak melakukan aktivitas apapun. Yuki sibuk kok saat ini. Sibuk memandangi pangeran dokternya.

Jika ditanya, Mega yang berusaha focus membaca salah satu buku kedokteran pemberian teman Ayahnya. Fisiologi Jantung. Sangat risih melihat sikap Yuki. Bagaimana bisa focus. Jika gadis didepannya. Bertopang dagu menatapnya sambil senyum-senyum sendiri. Gila.

"Daripada bengong, baca buku sana!" Mega mengalihkan diri dari bukunya, memandang balik Yuki. Yuki yang mendadak di tegur, hanya bisa melebarkan matanya, menggeleng, tersipu malu.

"Pilih aja, buku-buku diasana, baca. Dari pada nggak ada kerjaan, bengong seperti itu!" Ujar Mega, menunjuk buku-buku di lemari UKS, buku-buku koleksi pribadinya.

Mata Yuki mengikuti arah yang di tunjuk Mega. Cengiran Yuki hilang, mulutnya terbuka lebar. Bisa-bisanya Mega menyarankannya untuk membaca buku-buku itu. Otak Yuki yang pas-pasan itu tidak akan kuat menampung isi buku-buku yang super rumit plus memualkan karena gambar-gambarnya.

Sejujurnya Yuki pernah membuka lemari itu, mencoba membaca salah satu buku itu. Membaca, memahami kenapa Mega selalu tenggelam pada buku-buku ini, bukannya belajar pelajaran saat ini. Atau sibuk dengan pacarnya (Yuki berharap!), atau dengan game yang lagi jadi trending topic. Tapi belum selesai satu halaman, Yuki menyerah. Dia tidak mengerti dan tidak suka, gambar-gambar dibuku itu asli dan membuatnya mual.

"Nggak mau! Dari pada baca buku aneh gitu, mendingan mandangin a lebih menyejukkakan kepala dan hati!" jawab Yuki, mencibir buku bergambar jantung manusia dalam ukuran big size itu. "Sudah tahu, punya pacar otaknya pas-pasan, di suruh baca buku begituan!"

Mega ingin tertawa mendengar omelan gadis yang kini menjadi pacarnya itu. Tapi gengsinya menelan rasa itu. Yuki yang tadinya berkata lebih baik memandanginya itu, kini malah menatap keluar jendela, merenung.

"Kenapa?" Mega bertanya penasaran, ikutan menoleh kejendela yang di tatap Yuki.

"Kenapa kamu baca buku tentang jantung melulu sih?" Tanya Yuki, menunjuk buku di tangan Mega dengan dagunya. Seakan ingin membakarnya dengan tatapannya.

"Aku suka!" jawab Mega singkat kembali menekuni bacaannya.

"Itukan bukan buku buat bacaan anak SMA!" tungkasnya, Mega terpaksa kembali mengalihkan bacaanya.

"Biarin, pelajaran SMA, kecil!" ujarnya, berniat menggoda Yuki. Yuki hanya mencibir, mengomeli jawaban Mega, bertopang dagu kembali menatap kejendela.

"YUKI!!!" teriakan sahabat Yuki, Dhini yang menggebrak pintu ruang UKS, menghentikan aksi mengomel plus melamun Yuki, membuat dagunya merosot dari topangannya. Mega mendengus kesal, menatap Dhini dingin. Dhini yang menyadari tatapan itu, hanya bisa nyengir "sorry!"

"APA?" bentak Yuki karena jengkel dikagetkan. Dia tidak terbiasa dikagetkan.

"Iih... kan sudah bilang sorry. Jangan marah dong, ntar nggak disayang Mega!" goda Dhini ceplas-ceplos, yang kontang membuat Yuki blushing dan Mega berdehem.

"Ada apa? Ngapain kesini?" tanya Yuki, masih jengkel plus malu. Tidak mungkin Dhini kesini hanya untuk mengganggu mereka saja. Karena Yuki sudah memperingatkan sahabat-sahabatnya, jika Mega tidak suka ketenangan UKS ini terganggu akibat ulah mereka. Dan Yuki tidak suka jika ketenangannya memandang wajah Mega di ganggu dengan godaan dari dua sahabatnya itu.

I Love You DocterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang