Chapter -9- Rival?

793 39 5
                                    

Mega pov

Seperti biasa, pekerjaan hari ini pun sangat melelahkan, pasien sakit yang membludak karena perubahan cuaca yang ekstrim, dan sebagai Dokter Anak, tentunya aku harus mengeluarkan energy tambahan menghadapi anak-anak yang selalu menangis dan berlarian tidak bisa duduk tenang.

Hari ini rasanya tulangku remuk, pegal minta ampun, karena tadi aku sempat mendapatkan pasien anak berusia 10 tahun yang tidak ingin di obati. Padahal suhu badannya cukup tinggi 40°C, tapi yang namanya anak-anak energinya selalu full, aku dan ibunya harus berlarian mengelilingi rumah sakit untuk mengejarnya, semua itu karena tanpa sengaja aku mengambil jarum suntik yang awalnya ingin aku pindahkan karena ingin mengambil sesuatu. Tapi anak itu mengira aku akan menyuntiknya, dan serta merta dia melompat dari gendongan ibunya dan berlari keluar dari ruanganku. Setelah dibujuk dengan berbagai iming-iming dari ibunya, barulah anak itu mau diobati, dan tentu saja berakhir dengan jeritan dan tangis, karena akhirnya aku suntik juga.

Setelah itu ada pasien bayi yang ternyata berat badannya diatas rata-rata, kakinya yang gempal dan gemuk terus menendang dadaku saat akan kuperiksa. Ah... dadaku masih terasa sakit. Ya apapun pekerjaan itu, jika berkaitan dengan anak-anak akan sangat melelahkan.

Dokter anak, bukan cita-citaku dulu, bahkan menjadi dokter bukan hal yang selalu aku bayangkan sejak kecil.

Aku ingin jadi supir. Supir truk tronton dengan banyak ban besar di bawahnya, membawa barang yang sangat berat dan besar. Jika di pikir-pikir sekarang, tentu saja pekerjaan itu sangat jauh dari bayangan. Tapi bagiku melihat supir tronton yang lewat di jalan besar di desaku yang merupakan jalur antar provinsi, mereka tampak keren. Cool.

Ini semua karena Yuki. Yuki? Ada dua orang Yuki yang sangat berpengaruh dalam hidupku. Yuki teman kecilku yang menginginkanku menjadi Dokter yang akan menjadi pasangan hidupnya kelak, seperti gambarnya dulu, sepasang pengantin dimana mempelai wanita mengenakan gaun pengantin yang sangat indah (menurutnya) dan mempelai pria yang mengenakan jas dokter yang lengkap memakai stetoskop tergantung dilehernya. Benda yang awalnya kukira adalah belalai gajah.

Ya dia cinta pertamaku. Cinta Monyet orang bilang. Keadaan Yukilah yang membuatku memutuskan ingin menjadi Dokter. Terutama Dokter spesialis jantung. Aku berharap bisa menyembuhkan Yuki-ku, namun semua sudah terlambat. Dia pergi bahkan tanpa mengucapkan salam perpisahan.

Dan Yuki yang kedua. Jujur aku tidak suka menggunakan sebutan Yuki no 2. Karena dia adalah pacar pertamaku. Aku mengatakan begitu bukan karena aku memiliki pacar ke dua ataupun ketiga. Yuki satu-satunya gadis yang pernah mengisi hatiku, pacarku satu-satunya saat SMU dulu. Kami bahkan belum putus. Tidak ada kata "putus" terucap dari mulut kami waktu itu. Namun egoku dan masalah-masalah itulah yang menyebabkan kami berpisah tanpa kata. Dia menghilang dan aku tidak pernah berusaha mencarinya.

Yuki kecil dan Yuki remaja, mereka berdua tergila-gila dengan setatus Dokter. Mereka berdua begitu sama. Namun Yuki remajalah yang memberiku ide menjadi Dokter anak. Status yang sama seperti mendiang Ayahku.

Ah kenapa hidupku selalu berputar diantara nama Yuki. Entah Yuki masa kecilku dan Yuki pacar pertamaku.

Aku ingin menegaskan hubungan kami. Aku bukan remaja dengan ego tinggi seperti dulu. Kepergiannya lima tahun lalu cukup membuatku berfikir. Ya aku membutuhkannya. Kepergiannya seakan membawa setengah jiwaku, membawa seluruh oksigen dalam hidupku. Aku sadar jika aku mencintainya saat dia pergi.

Tapi apakah perasaanya masih sama?

Masih bisakah aku memiliki hatinya?

Bisakah kami bersama?

Semuanya sudah berubah.

***

Seperti biasa, setelah jam praktekku habis, aku selalu mengunjungi Azka. Kondisi Azka sudah lebih baik. Alat bantu pernafasanpun sudah dilepas. Kini dia sudah boleh duduk dan jalan-jalan. Kunjunganku merupakan hal yang paling dinantikannya, itu menurut Azka, karena hanya dengankulah dia bisa bermain catur, permainan yang tidak cocok untuk anak usia 6 tahun. Seharusnya pada usia itu dia sedang menggandrungi kartun atau anekan games lainnya. Tapi dia paling suka catur, dan Yuki tidak suka catur. jadi dia selalu menungguku untuk bermain catur.

I Love You DocterWhere stories live. Discover now