2 | Anara yang berbeda

Start from the beginning
                                    

"Bunda Ana minta maaf." Tangis Anara pecah, sesak di dadanya tak bisa lagi ia tahan.

"Bunda maafin, udah jangan nangis ya, Bunda gak suka liat Ana cengeng," Arsi menepuk pundak pundak Anara sambil menangis, dia tidak tau kenapa Anara tiba-tiba menangis seperti ini.

***

Setelah rumah besar itu sepi, pesta kecil-kecilan itu telah selesai. Ruang TV yang tadinya rapi kini sudah berantakan, banyak sampah berserakan di mana-mana.

Gadis berambut gelombang dengan tangan dilipat di dada itu menatap lelaki yang sedang duduk di sofa, pandangannya kesal bercampur marah.

"Lima jam lo ganggu ketenangan gue!" Lelaki itu menoleh mendengar suara nyaring yang sedang mengomelinya.

"Apa?" tanya lelaki itu cuek.

"Kenapa sih lo selalu bawa temen lo ke rumah!"

"Terserah gue dong, dia kan temen-temen gue."

"Ya tapi lo ganggu, gue gak bisa tenang karena kalian berisik!" Gaisa membentak Galang penuh emosi.

"Tinggal tutup telinga apa susahnya." jawab Galang dan itu membuat emosi Gaisa menjadi.

"Ada apa ini?" Seorang wanita dengan dres merah itu menghampiri kakak beradik ini yang sedang beradu mulut.

"Mi liat tuh Galang, marahin dong jangan bawa temen ke rumah berisik." adu Gaisa pada wanita itu.

"Galang, ngalahlah sama Gaisa, kasian adik kamu." ucap Gina menengahi, sebagai ibu yang mempunyai anak kembar yang sering ribut dia harus bisa menetralkan mereka.

"Galang kan pengen punya apart Mami gak ijinin, yaudah jangan salahin Galang dong kalo bawa temen kerumah dan buat berisik." kata Galang.

"Iya Mi, kenapa gak beliin apart aja sih, biar Gaisa tuh bebas di rumah. Bosen tau gak liat Galang trus." Gaisa selalu mendukung Galang untuk pindah ke apartemen, karena bila Galang tidak ada dia akan bebas di rumah tanpa gangguan siapapun.

"Kata Papi kalo Galang di kasih kebebasan kayak gitu nanti dia semakin menjadi," ucap Gina, memang Papinya tidak memberikan apart karena tau kelakuan anak sulungnya itu, dia akan semakin nakal dan menyalahgunakan pemberiannya.

"Yaudah, jangan ngatur, gitu aja ribet." Ucap lelaki itu lalu pergi meninggalkan ruangan TV.

Sejak masuk SMA, rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman untuk pulang, tapi untuk Galang itu hanya sebaliknya. Tidak ada makan keluarga, tidak ada kumpul full keluarga, atau perhatian sang Papi padanya, ini semua karena kesibukan Papinya dalam bekerja.

Dia selalu ingin keluar dari rumah itu, tapi karena tidak pernah mendapatkan ijin orangtua lelaki itu pun harus mengalah. Bagaimana pun dia harus sedikit menghargai orangtua-nya.

Lelaki itu membanting keras pintu kamarnya, lalu duduk di tepi kasurnya. Pandangannya menatap lurus ke depan. Tiba-tiba selintas kejadian terpikir di benaknya.

"Lo bisa minggir gak!" tegas Anara saat Galang menghalangi pintu kelas saat Anara akan masuk.

"Heh, Galang! lo punya kuping, kan?" Anara berkacak pinggang menatap Galang kesal.

"Mato lo buta? Gak liat apa nih kuping nempel," ucapnya sambil menjewer kedua kupingnya.

"Bodo amat, minggir lo gue mau lewat!"

"Nggak, kalo orang cerdas tuh bisa tau gimana cara masuk tanpa gue harus minggir." kata Galang.

Anara tersenyum miring, secara refleks gadis itu menendang 'sesuatu' di bawah perut Galang. Lelaki itu meringis kesakitan, badannya terhuyung kebelang untuk ada Samuel yang menahannya dari belakang.

"Makanya jangan nantangin!" Anara pun segera masuk ke dalam kelasnya. Baru pertama kali Galang dipermalukan di depan umum seperti ini dan itu oleh musuhnya sendiri.

Bahunya bergidik mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Hari itu adalah hari memalukan bagi Galang. Senjatanya yang tadinya untuk sang istrinya nanti, malah ditendang secara keras oleh musuhnya.

***

Double update yeeeee

Nyebelin mana?
Galang/Anara

Kebayang si gimana rasanya tertekan, anak baik trus tiba-tiba kehormatannya ilang.

Anara Mandi

Anara Mandi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now