BAB 39

2.6K 88 1
                                    

Setelah menyelesaikan permasalahan yang ada semalam. Diana, Brian dan tidak lupa Ara sekarang sedang berada di kantin pada saat jam istirahat. Suasana canggung sangat terasa membuat ketiganya sama sekali tidak ada yang membuka suara.

"Gue sebenarnya mau nyelesaiin disini" Ara membuka suara melihat sekeliling kantin "tapi rame banget disini" ucapnya lirih menatap Diana yang duduk didepannya.

"Ngomong aja" ucap Diana santai.

"Rame woi lu ga liat" ucap Ara kesal karena Diana yang tidak melihat situasi sekitar.

"Kita berantem disini. Semua masalah dimulai disini jadi aku mau selesaiin aja disini" jelas Diana.

Ara mengangguk setuju karena mereka mulai pertengkaran disini. Semacam saksi bisu.

"Tapi ini rame banget ya Di kalau lu liat"

Diana mengangguk mengiyakan.

"Udahlah nanti aja" Ara berdiri dari bangkunya.

"Mau kemana?" Tanya Diana yang sudah menahan tangan Ara agar tidak pergi.

"Rame banget. Pusing gue" Ara melepaskan tangan Diana yang dibuat menahan tangannya.

"Kamu sakit?" Tanya Diana mendengar ucapan Ara yang mengatakan 'pusing'.

Ara menggelengkan kepalanya.

"Udah ya gue balik ke kelas" Ara mencoba melangkahkan kakinya.

"Makan dulu" ucap Brian menghentikan langkah kaki Ara.

"Makasih!" ucap Ara melambaikan tangan meninggalkan Diana dan Brian.

"Dia pusing loh Bri, kenapa gak kamu tahan sih biar makan dulu" ucap Diana memukul bahu Brian yang duduk disampingnya.

"Dia gak mau"

"Ya dipaksa!" Jawab Diana kesal.

Brian menghela nafas. Selalu salah.

Brian mengeluarkan handphonenya yang bergetar.

Ara
A

jak Diana ke lapangan basket biasa ya nanti sore pulang sekolah.

Brian membaca chat yang dikirim oleh Ara kemudian memberikannya kepada Diana agar dia membacanya.

"Apaan" tanya Diana bingung.

"Baca"

Diana membaca chat tersebut "oke" jawabnya.

Brian menatap Diana. "Oke?"

"Iya aku ikut ke lapangan" jelas Diana.

Brian mengetikan sesuatu kemudian menaruh handphonenya ke dalam saku celana.

"Ayo habisin udah mau bel"

Diana meminum es jeruk di depannya hingga habis.

Brian yang melihat itu kemudian menggenggam tangan Diana untuk berjalan menuju kelas mereka masing-masing.

--

Brian menggenggam tangan Diana agar berjalan disampingnya. Mereka berjalan menuju lapangan basket yang sering dikunjunginya untuk sekedar bermain basket atau bersantai. Namun kali ini untuk menyelesaikan masalah.

"Kirain gak kesini" ucap Ara yang sedang duduk dengan gelas berisi es teh di tangannya.

Brian mendudukkan Diana dibangku yang sudah ia tarik. Brian berjalan mengambil kursi lainnya untuk duduk disamping Diana.

"Minum dulu, suasananya udah panas biar gak tambah panas" ucap Ara melihat sekilas kearah Diana dan Brian bergantian, pandangannya berpindah kearah lapangan basket.

"Ngomong Ra" ucap Brian.

Ara menatap lawan bicaranya "Sekarang lu yang ga sabaran. Cocok emang" kemudian meminum terlebih dahulu es teh miliknya sebelum melanjutkan bicara.

"Gue mau minta maaf" ucap Ara tulus. "Sama kalian berdua. Terutama lu Di" tambahnya.

"Kamu gak salah" ucap Diana.

"Gue salah udah egois sama perasaan gue, padahal gue tau Brian sukanya sama lu"

"Kamu sahabatnya"

Ara menghela nafas kasar "Males gue sama lu"

"Eh" Diana menatap Ara yang menghela nafas kasar.

"Udah sih iyain aja!" Jawab Ara kesal.

"Tapi kamu gak salah. Kamu begitu kan karena kamu sahabat Brian dan kamu mungkin gak mau Brian jauh dari kamu" jelas Diana menekankan kata 'mungkin'

Ara mengangguk setuju.

"Bisa jadi" kemudian meminum kembali es tehnya "tapi gue kan suka sama Brian"

Brian yang sedang meminum es teh ditangannya pun tersentak mendengar ucapan Ara.

"Kamu kenapa?" Tanya Diana mengelus dada Brian.

Brian menggeleng.

"Tapi udahlah lupain. Sukanya juga udahan"

Diana kembali menatap Ara mendengar pengakuan tersebut. Berbeda dengan Brian yang masih sibuk dengan es teh yang membasahi bajunya.

"Sebentar" ucap Ara melihat kearah lapangan basket, kemudian berlari.

"Kok malah pergi" tanya Diana kepada dirinya sendiri memperhatikan kepergian Ara.

Ara berlari menggenggam tangan seseorang disebelahnya. "Nih" ucap Ara melepaskan genggamannya.

"Maksudnya?" Tanya Diana tidak mengerti.

Ara menatap orang yang berdiri disebelahnya "gue terima lu ka" ucap Ara tersenyum yang mendapati tatapan tidak terduga dari lawan bicaranya.

Diana masih menatap bingung kepada Ara dan Rendy, lelaki yang ditarik oleh Ara dari lapangan yang merupakan Kaka kelas yang menjabat sebagai anggota OSIS dan termasuk tim basket.

"Lu serius?" Kali ini Rendy membuka suara menatap Ara intens.

Ara tersenyum lebar "lu bilang harus mulai. Kalau ga mulai gimana gue bisa tau kan"

Rendy mengangguk sambil tersenyum malu.

"Udah ya clear. Tapi kayanya kita emang harus jaga jarak dulu deh Yan biar dingin dulu suasananya"

Brian mengangguk setuju.

"Maaf ya" Ara mengulurkan tangannya kepada Diana.

Diana menatap uluran tangan Ara, kemudian menerimanya dengan senyuman.

"Maaf" ucap Ara.

🔷🔹🔷

Bingung kan gimana bisa sama Rendy wkwkwk.
Mau dibuat versi Ara-Rendy ga? 🙈

Hello Manja!Where stories live. Discover now