BAB 36

3.4K 121 9
                                    

"Ikut aku sebentar" Diana reflek membuat mengikuti arah langkah kaki Brian yang sudah berjalan di depannya.

Diana mengikuti Brian hingga tiba di parkiran motor.

"Mau kemana?" Tanya Diana.

"Pake helmnya. Ikut aku" Brian memberikan helm yang berada ditangannya kepada Diana.

Melihat Diana yang diam membuat Brian menghela nafas dan mengambil kembali helm tersebut "ternyata masih ga bisa pake helm sendiri ya"

"Eh" Diana tersadar dengan helm yang sudah berada di kepalanya "bisa kok ih"

"Kalo naik ke sini bisa kan?" Goda Brian yang menepuk jok motor dibelakangnya.

"Bisa lah"

Dengan cemberut Diana pun menaiki motor Brian tanpa menanyakan apapun.

Tidak ada percakapan yang terjadi selama perjalanan, Brian dan Diana fokus kepada fikiranya masing-masing.

Hingga motor Brian berhenti di cafe yang sering mereka kunjungi, ralat, Brian.

Diana tahu bukan cafe yang ingin mereka kunjungi tapi lapangan basket yang berada dibelakang gedung cafe ini berada.

Brian berjalan meninggalkan Diana yang masih mematung di tempatnya.

"Ngapain sih Brian ngajak kesini. Udah diem aja. Aku ga di ajak ngomong. Jalan buru-buru. Di gandeng aja eng.. eh" Diana menaikan kepalanya melihat orang yang berada tepat di depannya. Diana menabrak Brian yang berhenti di depannya.

Brian sudah melihat dari jauh Diana yang berjalan dengan menundukkan kepalanya hingga membuat dirinya harus menggelengkan kepala karena Diana menabrak dirinya.

"Hehe" Diana menunjukan deretan giginya dan tersenyum kikuk.

Brian menarik tangan Diana ke dalam genggamannya.

"Wey udah lama lu ga kesini Di" ucap Angga yang sedang duduk menikmati risol diwarung bang jo.

Diana hanya diam tidak berniat menjawab pertanyaan Angga.

"Sombong amat sih" ucap Angga berusaha mengacak rambut Diana namun gagal karena badan Brian sudah berada di antara Angga dan Diana.

"Anjir posesif"

"Neng geulis ada disini. Lama banget gak kesini" ucap bang jo yang muncul dari arah warung membawa gorengan.

"Sibuk bang" jawab Angga.

"Sok tau" ucap Diana sinis.

"Eh bisa ngomong ternyata"

"Bri" Diana menarik baju Brian.

"Ngga udah" perintah Brian.

"Brian"

Diana dan Angga menoleh ke arah suara begitupun Brian yang namanya dipanggil.

"Waduh perang" ucap Angga kembali asik dengan risol didepannya.

Diana menghela nafas kasar.

Brian yang melihat Diana menghela nafas kasar reflek mengelus pundak Diana, seolah berkata "Sabar. Percaya sama aku"

"Mau ada yang gue omongin" ucap Ara cepat melihat suasana yang semakin panas.

"Ngomong aja disini"

"Gak disini"

Diana yang mendengar jawaban dari Ara seketika menoleh "Kenapa?"

"Gue mau ngomong berdua"

"Ga liat ada aku disini?"

"Liat"

"Yaudah ngomong aja kenapa harus berdua sih"

Ara membuang kontak mata dari Diana langsung menarik tangan Brian

"Ngapain sih!" cegah Diana. Buru-buru melepaskan tangan Brian yang ditarik oleh Ara.

"Sebentar doang Di. Lu ngerti ga sih!" Bentar Ara.

"Disini aja!" Ucap Diana mengeras.

Brian menghela nafas kasar. "Mau ngomong apa?" Tanya Brian kepada Ara.

"Gak disini" jawab Ara lembut.

"Chat atau telpon gue aja kalo mau ngomong berdua. Gue ga bisa kalo sekarang, mau latihan juga" jelas Brian.

"Kita harus ngomong" ucap Ara melemah.

"Iya Ra silahkan tapi gue sekarang mau latihan" ucap Brian.

Ara memaksakan senyumnya "Yaudah kalo gitu"

Brian menepuk pundak Ara dua kali dan berjalan menuju lapangan.

Diana hanya diam, ia harus percaya kepada Brian.

Baru saja Diana membalikan badannya, pundaknya di sentuh seseorang "aku latihan dulu ya" ucap Brian dengan senyum lebarnya.

Diana membalas dengan senyum yang tak kalah lebar.

Melihat itu Ara yang sedang berdiri hanya memperhatikan dan pergi begitu saja. Tanpa berpamitan.

🔷🔹🔷

Poor Ara

Hello Manja!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt