BAB 32

3.3K 111 7
                                    

"Sana masuk" ucap Brian setelah menempuh perjalanan yang seharusnya hanya butuh waktu 10 menit mundur menjadi 30 menit karena macet.

"Gak mau masuk?" Tanya Diana menatap Brian yang sedang sibuk dengan hpnya.

"Engga"

Diana menunduk, "kamu marah?"

Brian diam.

"Kamu marah?" Ucap Diana lagi.

Brian diam.

"Brian.. kamu marah?" Ucap Diana sambil melebarkan matanya karena kesal.

"Kamu ngomong sama aku?" Tanya Brian dengan menunjuk dirinya.

"Tau ah males" Diana membuka pintu mobil Brian dan turun dengan cepat. Diana berjalan membuka pagar rumahnya dengan rasa kesalnya.

"Nyebelin" Teriak Diana setelah menutup kembali pagar rumahnya.

Brian hanya menatap bingung dari dalam mobilnya melihat Diana yang masih berdiri di depan pintu rumahnya. "Kenapa?"

"Kamu nyebelin" teriak Diana.

Brian menyeritkan dahinya mendengar jawaban Diana, "apa yang salah" Tanya Brian dalam hati.

Brian terpaksa membuka pintu mobilnya dan berjalan menghampiri Diana yang masih setia berdiri di depan pintu.

"Sini" ucap Brian memberi isyarat agar Diana berjalan ke arahnya.

Diana yang kesal tetap berjalan ke arah dimana Brian berdiri. Sebelum membuka pagar Brian terlebih dahulu mencegah Diana "gausah dibuka"

Diana yang bingung hanya menatap Brian. Brian yang merasa ditatap ikut menatap. "Kenapa sih marah-marah mulu? Yang seharusnya marah bukannya aku?" Ucap Brian lembut.

Diana diam sejenak. "Tadi aku la..." Ucapan Diana terhenti dengan suara dering handpone Brian.

"Sebentar"

"Iya halo"

"..."

"Di rumah Diana"

"..."

"Iya nanti kesana"

"..."

"Jangan lupa dikunci pintunya"

Diana reflek menajamkan tatapannya kepada Brian mendengar perintah Brian untuk sang penelpon.

"Iya" ucap Brian menutup telponnya.

"Aku pulang ya" pamit Brian.

Diana masih menatap Brian tajam.

Brian mengelus muka Diana gemas "Kenapa gitu matanya"

"Mau kemana?"

"Pulang"

"Pulang kemana?"

"Rumah"

"Tadi siapa?"

Brian menyeritkan dahi.

"Itu yang nelpon kamu" jawab Diana cepat mengerti kebingungan Brian.

"Oh ini" ucap Brian menaikan hp dengan tangan kanannya. "Ara"

Diana menghela nafas kasar "ngapain!?"

"Orangtuanya lagi dinas"

"Apa hubungannya sama kamu?"

"Dia belum makan"

"Tinggal makan!"

"Motor dia rusak"

"Bisa delivery!"

Brian menghela nafasnya. "Kamu cemburu?"

"Enggak!" Jawab Diana sinis.

Brian menaikan sudut bibirnya, tersenyum.

"Kok malah senyum!?"

"Kamu marah gara-gara Ara?"

"Enggak!" Jawab Diana cepat. "Udah sana pulang. Aku mau masuk"

Setelah mengucapkan kalimat semacam usiran, Diana pun masuk ke dalam rumah dengan cepat tidak memperdulikan Brian yang masih berdiri di depan pagar rumahnya

Melihat Diana yang telah masuk ke dalam rumahnya, Brian pun meninggalkan rumah Diana. "Cewe ada-ada aja tingkahnya" ucap Brian sambil menghela nafas kasar.

Brian melajukan mobil menuju rumahnya.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" jawab Renata yang sedang duduk di ruang makan.

"Ini Bun kunci mobilnya" Brian memberikan kunci mobil kepada sang bunda. "Sekalian Brian pamit ke rumah Ara ya Bun"

"Baru nyampe udah mau pergi aja"

"Orangtua Ara dinas Bun, dia mau ditemenin nyari makan" jelas Brian.

"Ajak kesini aja, ini bunda masak" ucap Renata menunjukan makanan diatas meja makan.

"Brian tanya dulu" Brian mengambil handphonenya.

"Halo"

"..."

"Dirumah bunda masak. Mau makan disini aja gak?"

"..."

"Engga"

"...."

"Udah Ara makan disini aja. Nanti Brian jemput" ucap Renata dari depan Brian. "Tuh bunda sendiri yang nyuruh" Brian memencet tanda speaker.

"Eh iya bunda hehe maafin Ara ngerepotin" ucap Ara dari sebrang telepon.

"Engga engga. Udah makan disini nanti dijemput Brian oke"

"Udah udah matiin" perintah sang bunda kepada Brian.

"Sana jemput"

"Yaudah Brian berangkat ya Bun"

"Hati-hati jalannya licin"

"Iya iya cuma blok sebelah doang kaya jauh aja"

"Diperhatiin suka gak mau, heran"

🔷🔹🔷

Tenang aku bercanda.
Udah jauh sampe 31 chapter masa berhenti. Aku tau rasanya di gantung ga enak kan? Hihihi.
Selamat melanjutkan cerita ini💕

Bisa tulis di kolom komentar apa yang kalian rasain kalo jadi Diana? Atau ada yang emang ngerasain berada di situasi kaya gitu?

Hello Manja!Where stories live. Discover now