BAB 21

3.7K 109 0
                                    

Langit sudah pagi. Sinar matahari sudah menerobos masuk ke dalam kamar.

"Eeeee" Diana merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena tidur.

"Ya Allah jam 12" Diana melihat jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukan hampir jam 12 siang.

Diana mengambil hp nya memeriksa pesan dan telponnya.

Brian

Aku otw
(09.45)

Aku udah di depan rumah
(10.10)

Dan terdapat 1 panggilan tak terjawab. Itu juga dari Brian.

Diana menelpon Brian karena lagi-lagi ia merasa bersalah.

"Halo Brian"

"Iya"

"Maaf" Diana bersalah.

"Kenapa"

"Baru bangun. Engga-engga tadi udah bangun subuh trus tidur lagi" Diana menjelaskan.

"Yaudah mandi sana"

"Ga jadi jemput?" Diana bertanya dalam rasa bersalahnya.

"Mandi sana"

"Jawab dulu"

"Yaudah mandi dulu"

"Brian ih" Diana kesal.

"Mandi Diana"

"Yaudah nanti aku mandi tapi jawab dulu"

"Mandi dulu"

"Brian ngeselin. Yaudah aku mandi"

Diana menutup telp dengan rasa kesalnya. Lalu berjalan menuju kamar mandi.

Brian

Udah selesai mandinya

Turun. Aku dibawah

Melihat chat dari Brian membuat Diana membulatkan mata. Tanpa memikir panjang Diana berlari menuruni anak tangga.

"Ko udah disini?" Diana berdiri mengerutkan dahi memperhatikan Brian dan bang Chandra yang sedang duduk bermain ps.

"Lu tidur lama banget dah. Kasian itu Brian"

Sekarang tujuan mata Diana mengarah pada Brian meminta penjelasan.

"Sini" Brian menepuk sofa di belakangnya agar Diana duduk.

Diana mengikuti perintah Brian. "Kenapa udah disini" Diana kembali bertanya.

"Nunggu kamu" jawab Brian santai.

"Dari kapan?" Diana sekarang duduk dilantai samping Brian.

Brian melihat jam ditangannya kemudian melihat Diana "10an".

Diana memukul pundak Brian.

"Aw. Kenapa?" Brian memegangi pundaknya yang dipukul Diana.

"Kenapa gak pulang aja?"

Brian mengerutkan dahi.

"Kan nunggunya lama" Diana menundukan kepalanya.

"Udah siap belum?"

Mendengar pertanyaan Brian membuat Diana menaikan kepalanya bingung "Apaan?"

"Jadi jalan gak?"

Diana memperhatikan pakaiannya yang hanya menggunakan celana pendek dan kaos rumahan lalu mengangguk.

"Tunggu! Aku siap-siap dulu" Diana bangun lalu berlari menuju kamarnya.

"JANGAN LARI" Bang Chandra berteriak.

"Kebiasaan anak itu" Bang Chandra melihat kearah tv "Ayo sekali lagi"

"Oke" Brian mengikuti.

Setelah hampir 20 menit Diana pun turun dari kamarnya yang disambut dengan tatapan dari sang Abang.

"Sana berangkat"

"Kok ngusir" Diana menatap bang Chandra.

"Kasian Brian udah nunggu lu lama" Bang Chandra mengambil stick Ps dari tangan Brian.

"Berangkat ya bang" Brian berdiri.

"Jangan balik malem"

"Siap" Brian memberikan jempol kepada bang Chandra kemudian berjalan menggenggam tangan Diana kiri Diana.

"Ayo" Brian menatap Diana.

Diana mengangguk.

"Bang berangkat" Diana melambaikan tangannya yang tidak digenggam Brian.

Sesampainya di depan rumah Diana baru menyadari bahwa mamihnya tidak terlihat.

"Mamih aku kemana ya?" Diana bertanya kepada Brian.

"Tadi pergi sama papih kamu"

"Kamu ketemu papih?"

Brian mengangguk sambil memberikan helm kepada Diana.

"Ayo naik. Aku laper" Brian menghidupkan motornya.

Diana menaiki motor Brian "Kamu belum makan?"

"Belum"

"Maaf ya"

"Kamu minta maaf mulu" ucap Brian

"Untung gak minta duit" lanjut Brian lalu tertawa.

"Apaan sih Bri" Diana memukul pundak Brian.

"Miskin aku kalo kamu mintain duit"

"Ya lagian siapa yang mau minta duit kamu"

"Alhamdulillah aku gak bakal miskin berarti"

Kemudian mereka tertawa.

Sampai di lampu merah dekat sekolah mereka berhenti.

"Mau makan apa?" Tanya Brian.

"Kan kamu yang mau makan" jawab Diana.

"Emang kamu gak laper?"

"Laper"

"Emang gak mau makan?"

"Ya mau"

"Mauan" jawab Brian sambil melajukan lagi motornya.

"Dih"

Brian tertawa mendengar jawaban Diana.

"Kamu jadi suka ketawa" ucap Diana.

"Suka kamu juga"

"Gombal" jawab Diana dengan menunduk menyembunyikan mukanya yang blushing karena Brian.

"Beneran"

"Udah ih Bri" Diana memberhentikan pembicaraan karena tak bisa menahan senyumnya yang semakin melebar.

Tanpa disadari Diana, Brian memperhatikan Diana melalui kaca spion motornya.

Hello Manja!Where stories live. Discover now