BAB 44 [Harta yang Paling Berharga (Bagian IV)]

31.7K 2.5K 1K
                                    

Selamat pagi teman-teman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat pagi teman-teman

Absen dulu sini yang bacaaa!

Ada yang kangen Mas Fi dan Yummy?

Mana yang udah nggak sabar banget ketemu Abang?

Minta tolong sebarkan komen seru dan heboh kalian, ya

Lagi butuh semangat dan hiburan :( 

Siapa tahu baca komen2 kalian jadi bahagia dan mau update lagi, hehe

Oke, happy reading! Tekan vote jangan lupa!

.

.     

.

.

Sayangnya semua belum berakhir. Berjam-jam kemudian ketika Yumna masuk dalam ruang rawat, keadaan belum mereda. Kahfi sudah banyak membaca buku tentang kehamilan, tapi belum melihat sepenuhnya. Dan ketika itu terjadi, hatinya menjerit ngilu. Melihat Yumna hanya berbaring terus menahan kesakitan tiap konstraksi datang. Pembukaan yang terasa begitu lama. Membuat Kahfi sangat merasa tersiksa dan berdosa tiap kali jeritan Yumna terdengar.

"Udah bukaan lima," jelas Rania yang bolak-balik dari luar ruangan ke dalam ruangan. Tiap beberapa menit sekali Rania akan datang mengecek keadaan Yumna. "Tahan, ya, Yum."

"Huhu...Nggak, Mbak. Nggak mau..." tangis Yumna lagi. "Sakit."

"Tarik napas dalam-dalam, Yum..." pandu Rania perlahan. "Tarik... Hembuskan... Rileks.... Kamu harus berusaha tenang, oke? Ini masih belum seberapa. Jadi, Mbak mohon, ya, kamu serileks mungkin."

"Mbak jangan nakut-nakutin!" Yumna makin merengek. "Fi... Fi... Huhu, Fi sakiiit... Fi..." panggilnya lagi, tangannya menggapai-gapai ke udara. "Siniii, Fi!"

Kahfi meraup wajahnya yang sejak tadi sudah banjir keringat. Ruangan ini ber-AC tinggi, tapi rasanya begitu panas di tubuhnya. Sebentar-sebentar Kahfi akan panik, lalu mondar-mandir di ruangan. Setiap kali Yumna menjerit kesakitan, Kahfi akan berlari lagi menggenggam tangannya, membelainya dengan penuh lembut. Kemudian dibersihkannya muka Yumna yang basah keringat dan air mata. Di sana, hanya Reni yang terus berusaha tenang di kursinya.

"Fiii... Sakit..." Yumna mencengkram tangan Kahfi. "Kapan selesei, Fi? Kapan? Ma... Mana Mama?" tangisnya. "Mama masih di sini?"

Kahfi terus meremas tangan Yumna, mencoba tersenyum. "Mama masih di sini. Tuh, di belakang."

Tangis Yumna mengencang lagi. Matanya mencari-cari keberadaan Reni. Begitu ditemukan matanya memerah, "Mama maafin Yumna, ya? Yumna emang durhaka selama ini sama Mama. Yumna nggak bisa jadi anak yang baik. Yumna anak pembangkang, nggak pernah nurutin perkataan Mama, Yumna tahu itu."

Kahfi dan Yumna 2Where stories live. Discover now