BAB 6 [Manusia Tidak Peka]

28.4K 2.4K 466
                                    

Malam hari suasana di ruang tengah cukup hening

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam hari suasana di ruang tengah cukup hening. Padahal layar LED TV menyala dengan volume kencang. Tapi tidak terdengar suara dari manapun. Kecuali Yumna yang sejak tadi menemani Abby dan Zildan belajar di meja pojok. Sementara di sampingnya, Henita fokus menonton drama sambil tiduran di sofa. Kahfi mengotak-atik komputer di meja seberang. Danny dan Rania ada acara kondangan di luar.

Yumna menghembuskan nafas panjang. Merasa sangat bosan. Sejak tiga jam lalu— atau lebih tepatnya sejak menyentuh komputer— Kahfi bahkan belum mengajaknya bicara lagi. Yumna membatin, lagi-lagi sikap cuek manusia satu itu kambuh. Bahkan ini baru beberapa hari mereka resmi menikah. Tapi dia sudah mulai dikacangi.

"Ante Umy, dah selesei," ucap Zildan mengulurkan gambar bebeknya ke arah Yumna. "Bagus, kan, Te?"

Yumna mengerjap. Mengumpulkan kembali kesadarannya. Kemudian tersenyum lebar. "Wah, iya, nih, udah selesei. Jidan emang pinter ya gambarnya? Besok harus ikutan lomba."

Zildan mengangguk-angguk. "Tapi sekarang Jidan ngantuk, Te, bobok yuk. Anterin."

"Eh, iya, deh," Yumna melirik Abby yang juga sudah dalam mode ngantuk berat dengan LKS Sosiologi terbuka menutupi wajah bantalnya. Yumna terkikik sambil mengguncangkan lengan Abby. "By, bangun! By!"

Abby menguap sebentar. Lalu mengerjap ke sekeliling dan terkaget. "Duh, jam berapa, Mbak? Ngantuk."

"Sepuluh. Mbak mau nganterin Jidan ke kamar dulu, ya? Kamu masih mau lanjut belajar? Kalau nggak, beresin itu bukunya."

Abby mendekat ke arah Yumna dan berbisik. "Eh, tapi ini yang lo ajarin tadi jawabannya bener, kan, Mbak?"

Yumna melotot kesal. Nyaris menimpuk Abby dengan buku Sosiologi di depannya. "Hish, ya benerlah! Kamu nggak percaya sama jawaban Mbak tadi? Gini-gini Mbak pernah  masuk rangking tahu! Enak aja!"

"Hehehe. Ya habis, lo jawebnya ragu gitu tadi Mbak!" Abby terkekeh. "Ya udah deh, iya, makasih ya, Mbak udah bantuin belajar. Soalnya Bang Dan sama Bang Fi, kan, anak IPA jadi suka bingung kalau ditanya beginian, hihi. Sekarang gue udah punya lo."

"Iya, By, sama-sama. Tanya aja, Mbak bantuin nanti." 

"Te, ayo bobok!" Zildan merengek lagi.

"Iya, Dan, bentar. Tante bantu beberes Om By dulu. Ini udah selesei, kok," Yumna segera memasukkan peralatan tulis Abby ke dalam kotak lalu mengepaknya jadi satu ke atas buku. "Nih, masukin tas yang bener. Jangan salah jadwal lagi kayak kemarin."

"Duh, istri abangku, istriku juga. Hehehe. Siap Mbak Yumnaku." Abby bangkit sambil menenteng tasnya. "Ya udah, gue juga mau kamar sekalian. Udah ngantuk. Belajarnya besok lagi abis subuh."

Kahfi menyahut dari balik komputer. Sesekali mencuri dengar obrolan di depannya. Matanya kini menatap Abby nyalang. "Ya gitu, kalau pemales. Belajar semenit, molornya berjam-jam. Awas besok nilainya jeblok," sindirnya.

Kahfi dan Yumna 2Where stories live. Discover now