BAB 37 [Abang Tukang Bakso Atau Apa?]

24.2K 2.2K 733
                                    

Mau menyapa dulu karena udah lama nih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau menyapa dulu karena udah lama nih

Pertama, absen dulu dong sini...

Siapa aja yang masih baca lapak ini?

Kalian masih mau lanjut baca ini di wattpad nggak?

Yang masih mau baca di wattpad, sering-sering komen ya,

Makin banyak aja sidernya,

Padahal udah update tiga kali langsung kemarin lho hmm....

Kalau sering update, malah pada nggak mau komen, ya? Pada lebih suka update lama, kan, ya? Bener nggak tebakanku?

Ayo jangan sider ya :")

Happy reading!

.

.

.

.

.

"Kamu sama Abang udah makan?"

Hanya itulah yang keluar dari mulut Kahfi saat Yumna menyusulnya duduk di pinggiran kolam. Tadi setelah acara pengajian di kampungnya selesai, Kahfi jadi berpikir tentang ceramahan Ustadz Ihsan yang membahas seputar keluarga dan terutama hubungan dengan anak. Lalu Kahfi merasa tertampar. Diam-diam mulai berpikir. Bagaimana caranya nanti dia bisa menjadi orang tua yang baik? Apakah dirinya pantas menjadi Ayah?

Belum lagi memikirkan Reni masih membuatnya pusing hingga sekarang. Padahal sudah dua bulan berlalu, tapi rasa sakitnya tidak pernah berkurang. Masih terasa menancap di hatinya. Menimbulkan luka yang terus membekas di dadanya. Meski begitu, Kahfi tahu, mau tidak mau Reni tetaplah mertuanya.

"Kok diem? Ditanya juga. Kamu sama Abang udah makan?"

Yumna malah mencebik kesal.

Setelah mendengar penjelasan dari Rania, bahwa kemungkinan besar anaknya laki-laki, Kahfi jadi memanggil-manggil dengan seenak jidat. Abang. Abang. Lah, memang abangnya Kahfi apa?

Kalau ditanya bagaimana perasaan Kahfi sekarang? Sedikit kecewa, sih. Padahal, apa yang salah? Kahfi berusaha mencari tahu. Mungkin terlalu banyak laki-laki di rumah ini. Saudaranya semua laki-laki. Anak Danny laki-laki. Sekarang anaknya juga ikutan laki-laki. Tambahan, semua laki-laki di rumahnya menyebalkan. Jadi, ada alasan kenapa Kahfi tidak begitu menyukai para laki-laki di rumah ini. Yah, meskipun dirinya termasuk laki-laki juga, sih.

Yumna berdecak sebal menoyor kepala Kahfi. "Abang! Abang! Kamu pikir anak kita tukang bakso?"

Kahfi hanya memaksakan tawa. Tangannya meraih beberapa kerikil kecil dan melemparkannya ke kolam. Rautnya berubah geli. Setidaknya merasa terhibur melihat cebikan di bibir Yumna. "Ya masak mau dipanggil Eneng, kan, cowok?"

Kahfi dan Yumna 2Where stories live. Discover now