41. Kejutan Malam Hari

Start from the beginning
                                    

Tentang Kamu

Ini tentang kamu
Tentang harapan yang mulai tumbuh,
tapi dipaksa untuk dibunuh

Ini tentang aku
Yang sempat mencintaimu dengan penuh,
walau akhirnya hanya dibalas separuh

Ini tentang rindu
Yang telah kuusir berkali-kali,
tapi kembali hadir dengan tak tau diri

Ini tentang waktu
Yang ingin kuulang ke masa dulu,
di saat aku tak pernah mengenalimu

-rk

Setelah membaca inisial nama di sudut kertas, Rania sontak menahan napasnya. Dia tahu betul siapa pemilik dari puisi ini. Tapi dia tidak mengetahui bahwa sosok yang sempat terpikir dalam pikirannya, telah berdiri tepat di belakangnya.

"Puisi itu buat kamu, Ya. Dari kemarin aku nunggu kamu buat baca."

Rania berbalik dengan cepat. Betapa kagetnya ia saat menemukan Raka tengah berdiri seraya menatap ke arahnya. "Maaf, gue harus pergi."

"Tunggu, Ya," Raka menghalangi langkah Rania dengan berdiri tepat di depannya, "aku minta waktu kamu dua menit. Aku perlu ngomong, Ya," lanjutnya dengan tatapan memohon.

Salahkah Rania yang cepat sekali menumbuhkan rasa iba dalam hatinya. Rasanya ingin sekali meninggalkan, tapi ia kasihan. Akhirnya, Rania mengalah. Toh, hanya dua menit saja. Rania mendongak angkuh, memandangi iris gelap yang melingkari pupil kepunyaan Raka.

"Aku minta maaf karena sempat kasar sama kamu, Ya. Jujur waktu itu aku gak sadar sama apa yang aku lakuin. Aku terbawa emosi. Tapi kamu harus tau, Ya, tiap aku liat kamu, aku selalu keinget Tania," Raka menarik napas dalam-dalam, suaranya berubah parau, "aku sungguh merasa bersalah, Nia. Dengan selalu baik sama kamu, aku berharap banyak kalo aku bisa nebus semua kesalahan aku ke Tania. Aku gak tau harus gimana lagi kalo seandainya kamu juga ikutan pergi dari aku."

"Cara lo salah, Raka. Gue bukan Tania. Jadi jangan tebus kesalahan lo ke Tania melalui gue. Ini cuma bakalan berujung salah paham."

"Tapi, Ya--"

"Cukup, Raka. Gue harus pergi. Waktu dua menitnya habis." Tanpa mendengar balasan dari Raka, Rania telah bergegas pergi dari sana. Ah, bodo amat dengan manik Raka yang berkaca-kaca. Karena saat ini, Rania harus mencari alasan yang tepat agar bisa digunakan kalau-kalau Elang bertanya, dari mana saja dia.

* * *

Tubuhnya memantul pelan saat dihempaskan ke atas kasur. Setelah makan malam, mencuci piring, lalu dilanjutkan dengan menonton tv bersama Luna, kini Rania ingin tidur saja. Sore tadi Kayla memberi kabar bahwa dia tidak bisa datang ke rumah Kayla. Katanya, dia harus memenuhi undangan makan malam bersama keluarga besarnya. Untung saja malam ini Luna ada di rumah. Jadinya Rania tidak merasa kesepian.

Sebelum Rania menarik kemul agar menyelimutinya, ponsel yang diletakkan di samping bantal pun berbunyi. Setelah mengetahui bahwa Elang yang melakukan panggilan, Rania langsung saja menarik ikon hijau dan menempelkan benda sejuta umat itu ke telinga. "Halo, selamat malam. Dengan Rania Roosevelt di sini. Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong cariin pacar saya, Mbak. Katanya tadi pamit mau makan, tapi ujung-ujungnya malah menghilang. Saya udah nunggu berjam-jam sampe lumutan, Mbak."

EPIPHANYWhere stories live. Discover now