VII - Saudade

116 17 1
                                    

***

"Udah gue bilang berapa kali, sih? Jangan ngaku-ngaku jadi pacar gue!" Kesal Aurel pada sosok yang berada dihadapannya.

"Heh! Lo dengerin gue ngomong, gak?" Ujar Aurel saat melihat sosok dihadapannya tak kunjung menjawab.

"Aurel, bisa kita bicara?" Sebuah suara berbeda membuat percakapan Aurel dan sosok tersebut berhenti.

"Sayang, kita ke kantin, yuk! Aku laper," ucap Aurel pada sosok yang baru saja ia marahi.

"Gue tau lo punya dendam sama gue, tapi untuk kali ini, gue bakalan ikutin permainan lo!" Bisik Aurel pada Alano sambil mengaitkan tangan mereka berdua.

"Aurel, aku butuh bicara sama kamu!" Sosok di belakang Aurel masih tetap mengejar, saat mereka menuju ke kantin.

Suasana kantin saat pagi hari cukup ramai, karena beberapa murid memilih untuk sarapan di kantin, agar tidak terlambat. Beberapa dari murid SMA Garuda sudah mengetahui, hukuman apa yang akan di dapatkan jika sampai terlambat memasuki gerbang, meskipun satu menit. Mereka kapok, saat Alano memberikan hukuman-hukuman yang tak masuk akal.

"Mau makan apa?" Tanya Aurel pada Alano yang telah duduk disampingnya, tumben Alano menurut.

"Kamu." Alano menjawab yang membuat seisi kantin menatap mereka berdua iri, tak biasanya mereka memperlihatkan kemesraan di tempat yang ramai.

"Al, jangan buat ulah!" Geram Aurel sambil berusaha tersenyum manis pada Alano, agar seluruh murid percaya jika mereka benar-benar sepasang kekasih.

Sebenarnya ada untungnya juga Alano mengakui jika dirinya kekasihnya, buktinya Elvano sudah jarang mengejar dirinya lagi, meskipun terkadang masih mencari kesempatan untuk berbicara.

Elvano atau yang sering di panggil Vano adalah teman masa kecil Aurel. Saat kedua orang tua Aurel meninggal dunia, hanya Elvano yang menemaninya jika Aurel mengingat tentang kedua orang tuanya.

Namun, hubungan pertemanan tersebut tak bertahan lama. Saat Elvano mengatakan, "aku harus pergi," mulai detik itu juga, Aurel berhenti berharap jika Elvano akan kembali. Elvano mulai pergi, Aurel benar-benar di tinggal saat ia sedang membutuhkan seseorang untuk mendampinginya waktu masa-masa tersulit dalam hidupnya. Semua orang yang berada dekat dengan Aurel, hanya menetap untuk sementara. Tidak ada yang benar-benar menetap untuk selamanya.

"Makan?" Ujar Alano membuyarkan lamunan Aurel sambil menyuapinya dengan mie ayam yang baru Alano pesan.

Hubungan mereka aneh. Aurel yakin, tak mungkin Alano tiba-tiba menyukainya, ini hanya permainan Alano untuk membalaskan dendamnya. Apa Alano berusaha membuat Aurel jatuh cinta? Kemudian seenaknya meninggalkan Aurel saat ia benar-benar jatuh cinta dengan Alano? Aurel tekankan, ia tidak akan jatuh cinta dengan Alano!

"Aurel, aku mohon. Aku perlu bicara," ucap Elvano saat berada di meja Aurel dan Alano.

"Aku sibuk," balas Aurel sambil berusaha menahan kegugupannya.

"Aku bakalan jelasin semuanya, tolong." Elvano terlihat putus asa saat Aurel kembali mengabaikan dirinya.

"Aurel, ka--"

"Tuli?" Ucap Alano saat dirinya merasa tak nyaman dengan kehadiran makhluk bernama Elvano.

"Lo gak usah ikut campur! Ini urusan gue sama Aurel!" Tegas Elvano menatap Alano dengan pandangan tajam.

"Pergi!" Ujar Alano sambil menatap Elvano dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lo yang pergi! Gue sa--akhhh!"

Sebelum Elvano menyelesaikan ucapannya, Alano memukulnya tepat di pipi dan pelipis laki-laki tersebut. Elvano yang sudah mengucurkan darah banyak dari pelipisnya, tak membuat dirinya menghentikan pukulannya pada Alano yang telah berdarah di sudut bibirnya.

"Al, berhenti!" Teriak Aurel saat melihat perkelahian antara mereka berdua tak dapat di pisahkan.

"Alano!" Aurel segera memeluk Alano dari belakang, membuat Alano yang akan kembali menghajar Elvano berhenti.

"Lepas!" Ujar Alano pada Aurel yang memeluknya dari belakang.

"Nggak! Luka kamu harus diobati! Ikut aku!" Aurel segera menarik Alano menuju UKS, tak memperdulikan keadaan Elvano yang lukanya lebih parah dari Alano.

"Duduk! Lo mau mati!?" Aurel segera menuju ke kotak obat sambil mengomeli Alano yang hanya diam.

"Akhhh!" Ringisan tersebut membuat Aurel menekan luka Alano lebih kuat, biar tau rasa!

"Makanya, jangan sok jago!" Omel Aurel sambil mengambil helaian rambut Alano yang berada di dahi laki-laki tersebut, agar tak mengganggu beberapa goresan luka yang terdapat di wajah Alano.

"Sakit!" Adu Alano sambil memegang tangan Aurel untuk menghentikan tekanan yang diberikan pada lukanya, benar-benar kasar!

"Kesel gue sama lo!" Ucap Aurel, sedikit tak tega saat wajah tampan Alano terdapat beberapa goresan luka, namun tak membuat ketampanannya berkurang.

"Sini!" Balas Alano sambil menyuruh Aurel untuk duduk di sampingnya setelah meletakkan kotak obat kembali.

"Mau ngapain, lo?" Tanya Aurel menatap Alano was-was, namun tetap duduk disampingnya.

"Makasih," ucap Alano sambil menyenderkan kepalanya pada pundak Aurel.

"Lo kesurupan, ya?" Tanya Aurel pada Alano yang sedang menyenderkan kepala di pundaknya, berat tau!

"Diam!" Balas Alano membuat Aurel seketika membungkam mulutnya.

***

Malam harinya, suasana di rumah megah yang seperti istana terlihat sepi. Aurel melangkahkan kakinya menuju lantai atas, dimana kamarnya berada. Aurel segera beranjak menuju kamar mandi, samar-samar dirinya mendengar suara ramai dari lantai bawah.

Aurel segera turun menuju dapur, yang menampakkan seseorang sedang membuat minuman. Aurel mendekati sosok tersebut, berusaha untuk membantu.

"Mau Aurel bantuin, kak?" Tawar Aurel pada kakaknya, Alex.

"Nggak perlu. Minggir!" Balas Alex sambil pergi meninggalkan Aurel.

Aurel yang mendengar hal tersebut, hanya tersenyum miris. Sampai kapan kakaknya seperti ini? Sebenarnya, apa salah Aurel?

Aurel segera pergi dari dapur untuk kembali ke kamarnya. Aurel menutup pintu kamar dan menguncinya. Merebahkan dirinya di atas kasur, sambil menutup wajahnya dengan bantal. Menangis, menumpahkan segala kesedihan yang selama ini Aurel pendam.

Aurel tak punya cara lain, selain meluapkan segalanya yang dia rasakan dengan menangis. Sungguh, menangis membuat dirinya menjadi lebih baik.

***

Alano punya alasan tersendiri, sampai ngakuin Aurel pacarnya. Alano dan Aurel punya masa kelamnya masing-masing, yaaa :)
__________

Aurel juga suka nggak sadar kalo manggil Alano pake kata aku-kamu, yaaa. Kalo lagi kesel gitu, baru pake kata lo-gue, ehehehe :)

SaudadeWhere stories live. Discover now