VI - Saudade

130 15 0
                                    

***

"Alano, sarapan dulu," ucap seorang wanita saat melihat Alano yang baru turun dari tangga.

Alano yang mendengarnya hanya meliriknya sekilas, kemudian menatap sosok pria yang sedang duduk di meja sambil meminum kopinya.

"Alano! Kamu tidak mendengar ucapan mamamu?" Tegur sosok pria yang berusia sekitar empat puluh tahunan sambil menatap Alano yang melangkah menuju pintu depan.

Alano tak mengubrisnya, ia lebih tertarik dengan memasang tali sepatunya yang terlepas. Kemudian telinganya mendengar langkah kaki seseorang mendekat.

"Apa kamu tuli?"

"Mas Samuel," ucap sosok wanita yang langsung menghampiri sang suami saat melihat keadaan yang mulai tak terkendali.

"Duduk, Sarah! Biarkan aku menyelesaikan masalah dengan anak ini!" Ujar Pak Samuel, menyuruh istrinya untuk duduk kembali ke meja makan.

Alano yang melihat kejadian itu berdecih, mau apa wanita yang sedang bergelayut di lengan Ayahnya--maksudnya sosok pria dihadapannya? Mencari perhatian agar terkesan sebagai ibu yang baik?

"Kenapa semalam tidak pulang? Tidur dimana kamu?" Tanya Pak Samuel pada Alano yang masih membungkam mulutnya.

"Bukan urusan Anda!" Ujar Alano langsung melangkah keluar.

"Dasar anak kurang ajar! Ayah belum selesai berbicara denganmu, Alano!" Teriak Pak Samuel pada Alano yang telah menghilang di balik pintu.

"Mas, sudah. Sekarang kita sarapan dulu," ucap Sarah, istri Pak Samuel yang mengajak untuk sarapan.

"Romeo sudah bangun?"

***

"Udah gue bilang berapa kali, sih? Kalo gue sama Alano itu GAK pacaran!" Ujar Aurel pada kedua temannya yang selalu merecoki dirinya tentang Alano.

"Apanya yang gak pacaran, kalo tiap pagi selalu dianterin ke kelas sambil di acak-acakin rambutnya," balas Amanda mengejek Aurel.

"Rambutnya yang di acak-acak, tapi hatinya yang berantakan," sahut laki-laki yang baru beberapa hari Aurel liat lagi.

"Eh, Brian! Lo gak tau apa-apa ya, gak usah ikut campur!" Ucap Aurel yang mendapat gelak tawa dari laki-laki yang di panggil Brian.

"Ugh, gak nyangka gue kalo lo beneran jadi pacarnya si Ketos kutub itu. Muka lo beneran gak cocok disandingin sama dia," ujar Brian seraya tertawa keras yang langsung mendapat tepukan keras di pundaknya oleh Aurel. Si Brian ini memang kalo ngomong suka asal, pantas saja sulit untuk mendapatkan pasangan.

"Maksudnya gue jelek, gitu?"

"Yah, dia terlalu sempurna buat lo yang buluk begini," ucap Brian asal membuat Aurel segera meninju lengannya yang tak berefek apa-apa.

"Sialan!"

"Aurel, lo jujur dong. Sebenernya gimana sih, ceritanya sampe lo jadian sama Kak Alano?" Amanda kembali membahas hal yang tak penting lagi.

"Astaga, serigala buaya naga domba! Gue bener-bener gak pacaran sama dia," ujar Aurel mencoba untuk bersabar dengan kedua temannya yang suka penasaran ini.

"Brian, kebetulan ketemu kamu. Nih, ada tugas dari Pak Prima. Kata beliau kelas X IPS-1 di suruh ngerjain--"

"Hallah, tugas mulu. Kepala gue udah kayak Albert Einstein, nih!" Potong Brian sebelum Siti menyelesaikan ucapannya. Ucapan Brian benar-benar mirip dengan Amanda.

"Tapi aku di suruh sama Pak Prima barusan. Katanya beliau ada urusan," ucap Siti sambil menyerahkan selembar kertas.

Brian mengambil kertas yang diberikan oleh Siti, kemudian menyobeknya menjadi beberapa bagian. Membuat Siti dan Amanda melototkan matanya menatap perbuatan Brian.

"Kenapa di sobek? Nanti kalo aku dimarahin Pak Prima gimana?" Ujar Siti panik, pasalnya Pak Prima memberikan amanah padanya.

"Whoaaa, gila! Bisa-bisa sekelas di hukum tuh, karena gak ngerjain. Lo gak kasian sama temen-temen lo?" Ucap Amanda menepuk lengan Brian cukup keras.

Aurel yang melihatnya hanya menatap datar, kenapa Amanda dan Siti ikut pusing? Aurel yakin Brian mempunyai 1001 cara untuk mengatasi Pak Prima.

"Oy, Siti! Lo gak perlu khawatir, Pak Prima gak bakalan nyalahin lo! Bilang aja kalo kertas catetan tugasnya, ilang. Gampang, kan?" Jawab Brian yakin.

***

"Jangan main air, sayang. Nanti mama marah," ujar Aurel pada bocah berusia sekitar tiga tahun yang sedang memainkan cipratan air dengan gembiranya.

"Udah, sini. Nanti ketahuan mama lho," ucap Aurel kembali, namun bocah tersebut tetap sibuk dengan air yang membuat seluruh tubuhnya basah.

"Bandel ya, ternyata. Udah dong, bajunya sampe basah gini. Ganti baju, yuk!" Ujar Aurel langsung menggendong bocah yang sedang berontak agar turun dari gendongan Aurel, untuk memainkan air kembali.

"Nanti kita beli es krim ya, beli permen yang banyak sama coklat juga," bujuk Aurel namun malah membuat bocah tersebut menangis keras.

"Meo kenapa?" Tanya seorang wanita berparas cantik tergesa-gesa menanyakan keadaan putranya yang menangis.

"Gak papa, mah. Meo cuman pengen main air terus, jadi kakak bawa ke dalem, deh!" Ucap Aurel pada Ibu Meo, dan menyebut dirinya sebagai kakak saat Meo berada dengannya.

"Meo mulai bandel, ya. Nanti mama bilang ke Ayah, ya?"

"Kayaknya Meo udah ngantuk nih, mah. Kakak ganti bajunya dulu sebelum tidurin Meo, yuk!" Ucap Aurel sambil membawa Meo ke dalam sebuah ruangan.

"Aurel, sudah selesai?" Tanya Ibu Meo pada Aurel yang baru saja keluar dari ruangan untuk menidurkan Meo.

"Sudah, mbak. Meo udah mandi dan ganti baju, sekarang lagi tidur," balas Aurel pada wanita yang ada di hadapannya.

"Aurel, mbak makasih banget sama kamu. Kalo nggak ada kamu, mungkin Meo bakalan bosen saat mbak bawa ke Cafe," jelas wanita yang sebagai Ibu Meo pada Aurel.

"Gak papa, mbak. Aurel juga seneng, bisa bantuin Mbak Sarah jagain Meo." Aurel berkata seraya tersenyum tulus.

Mbak Sarah adalah bosnya di Cafe Roseanne, tempatnya bekerja. Namun saat Mbak Sarah membawa anaknya, Meo, maka tugas Aurel adalah untuk menjaganya selama Mbak Sarah sibuk mengurus Cafe. Jika tidak ada Meo, maka Aurel tetap akan bekerja sebagai pelayan Cafe.

Aurel tidak tahu, bagaimana kehidupan bosnya, Mbak Sarah. Sepertinya Mbak Sarah berumur dua puluh tahunan, namun sudah memiliki anak di umur yang masih muda, apa Mbak Sarah menikah muda? Sampai saat ini, Aurel belum mengetahui bagaimana rupa suami Mbak Sarah, apa jangan-jangan--tidak, Aurel tidak boleh memikirkan hal yang belum tentu jelas, mungkin suami Mbak Sarah sedang bekerja, yang jauh dari keluarga?

***

Heuheu, mulai mengulik kehidupan Alano dan Aurel, yaaa :)

__________

Nama Pak Prima beneran ada di kehidupan nyata lho, beliau dosen kakak sepupuku :)

SaudadeWhere stories live. Discover now