III - Saudade

145 16 0
                                    

***

"HEH, SI-ALAN! MAKSUD LO APA!? NGADU GUE KE BAPAK LO!" Teriak Aurel dari pintu gerbang saat melihat Alano yang baru saja turun dari mobilnya.

"Woy! Lo tuli, ya? Atau gak bisa ngomong!?" Sarkas Aurel saat berada di hadapan Alano.

Alano hanya menatapnya datar, tanpa ingin menjawab. Kemudian pergi, menghiraukan teriakan gadis yang telah membuat hidungnya berdarah.

"DASAR BISU! LO PIKIR GUE TAKUT!? SINI, LO! MENTANG-MENTANG ANAK KEPALA SEKOLAH, SEENAKNYA--"

"AUREL!"

Seruan seseorang seketika membuat Aurel membungkam mulutnya. Saking kesalnya dengan Alano, Aurel sampai lupa dengan keadaan sekitar yang sudah ramai oleh siswa dan siswi SMA Garuda sedang memperhatikannya.

"Kamu masih pagi sudah ngoceh tidak jelas! Tidak ingat, tentang kemarin?" Ujar Pak Bambang dengan bola matanya yang hampir keluar.

"Duh, pak! Saya banyak urusan, gak sempet--"

"Banyak alasan kamu! Cepat masuk, segera siapkan apa yang di perlukan Nak Alano saat ini, dia akan tanding basket dengan SMA Rajawali!" Perintah Pak Bambang tak dapat di bantah.

"Males banget, pak!"

"Ikuti, atau kamu mau di tuntut!?"

"Yaudah, nanti saya siapin!" Jawab Aurel sambil menghela nafas gusar.

***

"Huwaaah, Kak Alano pasti menang!"

"Semangat Kak Alano!"

"Astagaaa, keringetnya biar aku yang lap!"

"Yes! Masuk lagi!"

"Ih, Kak Alano hebat banget!"

"Duh, Kak Alano kok gak bisa senyum, sih?"

"BERISIK!" Sengit Aurel sambil memutar kedua bola matanya malas saat para kaum hawa meneriakkan nama Alano Gerald Samuel.

"Dih, siapa sih, lo? Sok ngatur! Pake bawa handuk sama minuman segala," jawab seorang perempuan cantik berambut panjang yang hitam dengan kulit seputih susu dan berperawakan tinggi.

"Tolong ya, mbak. Kuping saya sakit, denger suara mbak yang nyaringnya ngalahin toa!" Balas Aurel tak mau kalah. Perempuan di sampingnya ini benar-benar bersuara toa, sampai telinganya sakit saat berada di dekatnya.

"Sembarangan lo kalo ngomong! Cuh, handuk lo jelek banget, beda juga sama minuman yang gue bawa. Dengerin ya, Alano gak bakalan sudi ngambil handuk buluk dan minuman basi lo! Bagusan juga punya gue!" Ujar gadis tersebut menyombongkan diri.

"Sabrina! Liat tuh, kak Alano natep lo!" Panggil seseorang yang ada di sebelah perempuan tersebut.

"Mana? Hai, Alano! Semangat yaaa!" Teriak perempuan yang bernama Sabrina sambil tersenyum manis menatap Alano.

Padahal yang sebenarnya, Alano menatap pada Aurel. Disaat semua murid menyemangati Alano, hanya Aurel yang terlihat biasa saja, mungkin bosan.

Tak lama, suara sorakan terdengar atas kemenangan tim Alano. Alano berhasil memasukkan bola ke dalam ring dan memenangkan pertandingan. Namun meskipun menang, Alano tetap tak merubah ekspresi wajahnya yang terkesan selalu datar.

"Hai, Alano! Nih minum dulu, biar aku lap-in," ujar Sabrina sambil memberikan Alano minuman dan berusaha me-lap keringat yang menetes dari tubuh Alano.

Sebelum Sabrina menyentuh wajahnya, Alano segera menepis dan mengambil minuman yang berada di tangan Aurel. Sabrina yang melihat itu pun terkejut, Alano lebih memilih minuman dari perempuan sialan ini di banding miliknya.

"Alano, kamu ngapain sih, ngambil minuman jelek itu? Mending punyaku, ini mahal banget lho," ucap Sabrina dengan nada yang dibuat selembut mungkin.

"Minggir!" Akhirnya sebuah suara yang jarang dikeluarkan terdengar, namun nampaknya lawan bicaranya tak mengindahkan.

"Ih, kamu harus minum dari botol yang aku bawa. Nanti, gimana kalo ada racun di minuman itu?" Balas Sabrina sambil memeluk sebelah lengan Alano.

"Lepas!"

"Gak mau, aku kangen sama kamu!"

Sabrina yang masih memeluk dan mengendus bau tubuh Alano, tiba-tiba tubuhnya tersentak hampir terjatuh jika dirinya tidak menyeimbangkan badan.

"Kamu jahat, Alano!" Teriak Sabrina pada Alano yang hanya diam.

"Nih!" Ujar Aurel memberikan sebuah handuk berwarna biru, yang langsung di terima Alano tanpa berkata apapun. Kemudian, tanpa di suruh Aurel segera menyiapkan pakaian ganti untuk Alano dengan membuntutinya. Benar-benar seperti bodyguard, bedanya Aurel tak di bayar.

 Benar-benar seperti bodyguard, bedanya Aurel tak di bayar

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

***

"Wah! Tumben banget si Alano ngambil minuman dari cewek!" Ujar Dimas saat melihat Alano menghampiri seorang perempuan.

"Gak tau, biasanya juga bakalan dibiarin!" Balas Nathan cuek.

"Lho!? Itu bukannya si Aurel, ya? Murid baru yang sempet dihukum bareng kita?" Ujar Dimas heran sambil menepuk pundak Nathan.

"Iya."

"Bukannya Alano gak masuk gara-gara hidungnya di tinju sama Aurel? Kok, sekarang tuh anak kayaknya deket banget sama Aurel?" Heran Dimas saat Aurel mulai mengikuti Alano.

"Aduh, bebebku Sabrina kenapa?" Ucap Dimas saat melihat Sabrina yang hampir terjatuh.

"Anjir! Mereka mau kemana? Aurel ngapain pake ngikutin Alano segala!?" Panik Dimas seraya memukul bahu Nathan.

"Gak usah lo urusin, mending ganti baju sana. Lo bau," jawab Nathan menjauhkan diri dari Dimas.

"Heh, Nath! Keringetan gini, cewek-cewek masih pada suka sama gue," balas Dimas percaya diri.

***

"Kamu udah yakin, Van? Bakalan pindah?" Tanya seorang dokter kepada putra sulungnya yang sedang bermain ponsel.

"Iya, pa. Vano bakalan pindah."

"Jadi, pindah kemana?" Tanya sang dokter menatap putranya.

"Kayaknya di SMA Garuda," jawab sang anak menatap ayahnya yang sedang membuka beberapa berkas laporan pemeriksaan.

"Oh, kayaknya papa kenal sama kepala sekolahnya. Jadi, mau masuk kapan?"

"Mungkin secepatnya, pa. Vano tinggal ngurus surat pindah dari London aja," balas sang anak yang di jawab anggukan oleh sang dokter--papanya.

***

Ada yang suka basket? Atau pernah pindah sekolah, gak?

SaudadeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant