XV - Saudade

75 8 5
                                    

***

"Aurel kemana?"

Alano yang baru saja datang dengan Nathan dan Dimas, heran melihat ketiga sosok yang tadi dimintai tolong untuk menjaga Aurel kini malah bersantai ria duduk di depan ruang tunggu dengan wajah yang masam.

"Ta-tadi Aurel dibawa sama... Keluarganya, ya?" Ujar Amanda ragu karena tak yakin jika sosok yang datang ke rumah sakit tadi adalah bagian dari keluarga Aurel.

"Kenapa keluarganya? Lo ragu pas ngomong begitu!" Dimas berujar membuat Alano dan Nathan menatapnya tajam.

"Ng-nggak tau juga, kak."

"Gini Bang, tadi pas kita lagi nunggu, dokter bilang mau ketemu sama pihak keluarga buat menindaklanjuti kondisi Aurel. Kebetulan, di hp Aurel ada kontak terfavorit, jadi kita pikir salah satunya pihak keluarga." Jelas Brian yang membuat Amanda mengangguk mengiyakan.

"Lo yakin yang nemuin Aurel tadi dari pihak keluarga?" Giliran Nathan yang bertanya dengan nada menuntut.

"Yakin nggak yakin, sih." Cicit Brian yang membuat Alano meradang.

"Lo jangan main-main, ya!" Alano segera manarik kerah seragam yang masih dikenakan Brian dengan tatapan tajamnya.

"Beneran, kak. Diliat dari penampilannya sih, kayaknya emang dari keluarga Aurel." Leo yang sejak tadi diam kini mulai membuka mulutnya untuk berbicara, ia tak bisa membiarkan keributan terjadi dihadapannya.

"Gue minta kontaknya." Alano mencoba untuk tenang, menyingkirkan segala pikiran buruk tentang Aurel yang ada di benaknya.

"Kita nggak sempet save nomernya, kak. Tadi hp Aurel juga langsung diambil." Ujar Amanda yang membuat Seano seketika mengumpat seraya mendesah pelan.

"Sial!"

***

"Kak Al."

Merasa namanya dipanggil, Alex segera menuju ranjang dimana tempat adiknya berbaring. Aurel menatapnya seraya tersenyum tipis, sedangkan Alex hanya membalasnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Kakak disini?" Aurel mencoba untuk berbicara kembali, walau kakaknya tak menyahut sama sekali.

"Aurel boleh peluk kakak sebentar?" Aurel masih tak menyerah, ia mencoba peruntungannya agar sang kakak mau bersikap hangat padanya kembali.

"Nggak boleh, ya? Yaudah, nggak papa." Aurel tersenyum getir mengingat sikap kakaknya yang masih sama, terlalu dingin padanya.

Merasa Aurel tak akan berbicara lagi, Alex segera beranjak untuk keluar dari kamar adiknya. Aurel yang melihat itu, menghembuskan nafasnya gusar. Aurel mencoba mengingat, mengapa dirinya ada disini--rumahnya kembali. Seingatnya saat di gudang tadi, tiba-tiba ada sosok seperti Alano yang menghampirinya dan menggendongnya ntah dibawa kemana.

Aurel tak apa, tubuhnya hanya lelah karena akhir-akhir ini ia menghadapi banyak masalah, termasuk mengganggu pikirannya. Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Alex dengan menendang pintu dan tangan yang tengah memegang nampan, menghampiri Aurel yang masih terbaring di ranjangnya.

"Makan." Ujar Alex meletakkan makanan disertai dengan segelas air putih, juga beberapa obat di atas nakas.

"Makasih, kak." Aurel berucap terima kasih yang dibalas tatapan dalam oleh Alex, kemudian ia kembali keluar dari kamar adiknya.

SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang